Sang Pelita
Seorang pahlawan terkenang karena tanda jasanya. Namun, apakah kalian sadar? Ada seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya membantu kita untuk meraih kesuksesan. Ya, pahlawan itu adalah guru. Menurutku sih, menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia. Kenapa? Tampa kalian sadari, guru ikut meringankan kewajiban orang tua dalam hal 'mengajar anak'. Seorang guru juga dituntut menjadi seseorang yang bisa menjadi teladan baik bagi murid-muridnya. Bahkan sepertinya guru sudah menjadi orang tua kedua kita.
Kisah ini berawal saat aku kelas 5. Saat itu aku baru pertama kali masuk sekolah, setelah daring cukup lama. Kalau boleh jujur sih, waktu pertama masuk sekolah aku seperti anak tk. Karena aku seperti orang yang bingung dan tak tahu apa-apa. Daring membuatku susah beradaptasi dengan pelajaran-pelajaran sekolah pada saat itu. Namun, lebih parahnya lagi, aku dipilih untuk ikut kelas Matematika oleh sekolah. Padahal kalau boleh jujur, aku paling lemah dan benci Matematika pada saat itu.
Namun, pada semester akhir kelas 5 ia datang. Seorang guru yang membuatku seperti sekarang. Semua prestasi yang aku raih tak luput dari jerih payah ajarannya. Namanya Bu Dinda. Dia bisa dibilang guru favoriteku. Ia yang mengjarkanku pelajaran yang paling aku 'gak suka' menjadi 'sumber prestasiku'. Aku masi ingat kalimat Bu Dinda yang paling menusuk ke hati pada saat itu.
" Delita kamu anaknya kuat. "
Satu kalimat simple itu mudah diucapkan, tapi tidak semua orang bisa mengucapkannnya. Satu kalimat itu yang buat aku bangkit dan mau belajar lebih giat. Sehingga aku bisa meraih banyak prestasi sampai sekarang. Semua juga tak luput dari Allah swt. Juga berkat Bu Dinda yang selalu ada ketika aku bingung dengan pelajaran Matematika. Bu Dinda selalu menguatkan aku saat aku tidak beruntung dalam hal lomba. Ia seperti mengatakan "Everything must have a time. And don't make failure an excuse to give up." Ia seperti menjadi dorongan keras dalam setiap prestasiku pada saat itu. Berkat dia aku bisa mendapatkan banyak piagam-piagam Matematika, yang pastinya sangat berguna bagiku saat ingin masuk SMP.
Hingga hari terakhir itu tiba. Saat ia terakhir kali mengajarku. Itu adalah saat MTSN 2 JEMBER menyelenggarakan lomba POTENSI 8. Aku mencoba keberuntunganku dalam bidang Matematika. Dan, hasilnya postif. Meski aku tak dapat beasiswa, aku mendapat juara ke 7 dalam bidang itu. Namun, ternyata semuanya tak sampai disitu. Keesokan harinya setelah aku mendapat hadiah Bu Dinda memberikan apresiasi kepadaku. Aku sangat terharu pada saat itu. Kalau kalian tanya mengapa aku bisa terharu? Jawabannya simple bukan karena ini hadiah pertama, tapi karena ini hadiah terakhir sebelum perpisahan antara aku dan Bu Dinda terjadi. Ya, setelah kejadian penerimaan hadiah itu, aku sudah tak diajar lagi oleh Bu Dinda. Karena aku sekarang sudah memiliki sekolah baru, teman-teman baru, dan guru baru pastinya. Aku juga harus terus berjuang untuk kebutuhan pendidikanku. Tapi yang pasti, aku gak bakal ngelupain jasa Bu Dinda. Sampai sekarang aku sangat-sangat bersyukur kepada Allah swt karena ia telah mengirimkan guru Matematika seperti Bu Dinda.
Aku harap masi banyak siswa diluar sana yang bisa menghargai guru mereka dengan sepenuh hati. Karena, " We must give the greatest respect to the teacher. Because it is the teacher who helps us in terms of 'Learning'. So we shouldn't act arbitrarily to the teacher. Because basically, teachers are our second parents, who are in school."
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar