Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Seorang pahlawan terkenang karena tanda jasanya. Namun, apakah kalian sadar? Ada seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya membantu kita untuk meraih kesuksesan. Ya, pahlawan itu adalah guru. Menurutku sih, menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia. Kenapa? Tampa kalian sadari, guru ikut meringankan kewajiban orang tua dalam hal 'mengajar anak'. Seorang guru juga dituntut menjadi seseorang yang bisa menjadi teladan baik bagi murid-muridnya. Bahkan sepertinya guru sudah menjadi orang tua kedua kita.
Ceritaku berawal saat aku masuk di MTsN 2 Jember. Aku duduk di bangku kelas 7 saat itu. Ada seorang guru bernama ibu Sri wahyuni, beliau mengajar pelajaran Bahasa Indonesia. Sebenarnya aku paling malas menulis dan membaca saat itu. Jujur, aku bahkan tidak membaca atau belajar kalau bukan karena ujian. Bukuku selalu terlihat rapi dan indah karena jarang dibuka. Tapi, meski punya kebiasaan malas menulis dan membaca, aku punya kebiasaan unik yaitu suka membaca novel, bahkan seharian penuh jika aku mau. Aku juga punya kebiasaan menulis litering dan buku harian. Itulah yang ibu Sri lihat dariku. Beliau langsung menganggapku sebagai anak yang bisa ikut serta dalam ajang lomba menulis bulanan, bahkan beliau pernah menyebut wajahku " Wajah Buku ". Jujur saat itu adalah saat pertama kali aku mengikuti lomba menulis dan lomba menulis saat itu bertema " Pahlawan ". Saat itu, kita di ajak menulis puisi tentang perjuangan para pahlawan. Saat itu aku agak tertekan si karena aku bisa dibilang tidak terlalu berbakat dalam membuat tulisan, apa lagi puisi. Namun, ibu Sri tidak tinggal diam. Beliau menuntun saya agar membuat tulisan dan jangan menyerah.
" Delita, buat saja tulisan jangan pikirkan hasilnya, mengedit belakangan, " Ujar beliau.
Apakah saya percaya dengan kata-kata itu? Ya, tentu saja saya percaya dengan kata-kata dari ibu Sri. Aku menulis puisi serabutan sesuai dengan kemauan saya. Lalu kalau saya pikirkan hasilnya, tentu jika dilihat sekarang sangat berbeda. Hasilku yang dulu itu sangat melanggar aturan dan temanya tidak sesuai. Tapi, yang membuat aku percaya dulu adalah pujian Bu Sri. Bu Sri terus membimbingku dan mengajarkanku cara mengedit yang benar-benar. Bu Sri mencoba memberiku masukan-masukan untuk tulisanku agar lebih indah. Alhasil, saat pengumuman lomba menulis saat itu, tulisanku masuk di jejeran nama pemenang. Saat itu aku jingkrak-jingkrak kegirangan. Bu Sri yang melihatnya tidak melupakan ucapan selamat. Bu Sri sendiri mengatakan bahwa tulisanku sangat bagus dan menaburkanku dengan bubuk pujian. Di lomba-lomba berikutnya juga seperti itu. Bu Sri selalu mengajariku menulis dengan benar dan memahami tema tulisan, terkadang beliau juga ikut belajar dengan kita semua.
Setalah beberapa bulan aku mengikuti lomba menulis dan selalu menang. Akhirnya, sekolahku diangkat menjadi sekolah model literasi. Bu Sri semakin meyakinkan aku untuk selalu menulis setiap bulan. Bu Sri juga mempercayaiku sebagai Duta Literasi MTsN 2 Jember. Hal ini tentu tak luput dari rahmat Allah SWT. Hal ini juga terjadi karena doa kedua orang tuaku dan dukungan keras dari ibu Sri. Aku sangat senang sekali menjadi Duta Literasi. Aku juga sangat berterimakasih kepada Bu Sri telah mengajarkan aku sampai sejauh ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar