Dara Nugraha Auliantira

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Viora Naurah Fasyaneustasya

Flashback On

1 tahun yang lalu...

“Vi, nanti jadi kan?” tanya Lia dengan semangat.

“Jadiii cantikkk” jawab Viora sambil mencubit kedua pipi gembul Lia dan langsung berlari.

“Ihh Vioo mahhh!” teriak Lia dan langsung mengejar Viora.

“Jangan lari-lari Liaa,Vioo nanti jatoh nangis deh” ucap Amanda yang sudah berkacak pinggang.

“Iyaa, Ndaa” ucap Vio.

“Yauda yuk ke kelas” ajak Andara.

*Dikelas.

“Woww, guys! Liat deh! Ada anak mantan NAPI!” teriak Sherly yang menekan kata ‘napi’ saat Andara dan teman-teman nya masuk ke kelas.

“Eh anak NaPi jangan deket-deket dong. Kuman!” ledek Dynda-sahabat Sherly.

“Tau, udah sana pindah kelas aja jangan disini! Hushh! Hushhh!” usir gadis disamping Sherly.

“Kenapa tanggung banget si Win? Kenapa ga minggat aja dari sekolah ini!” sahut Sherly.

“Iya ya, takutnya yang dilakuin bokapnya nurun ke anaknya kan gawat! Upss! Ahahahhaha!” ucap Dynda yang berhasil membuat air mata Vio lolos.

Amanda dan Andara melihat sahabatnya menangis tak bisa diam saja. Amanda pun langsung ambil lagkah.

“Maksud lu apa ngomong gitu hah?!” bentak Amanda kepada Dynda.

“Lu ngatain bokapnya Vio mantan NaPi dan bilang kalo Vio gapantes ada disini trus apa kabar sama lu, yang bokap lu seorang KORUPTOR hebatt! Upsss!” balas Andara mengikuti gaya bicara Dynda dan berhasil membuat Sherly bungkam dan pucat pasi.

“Hmm, emang sih bukan mantan NaPi. Tapiii NAPI nya!” bentak Lia.

Hah serius?

Dih gayanya aja begitu padahal sendirinya sama.

Lah busuk amat mbanya.

Sedih amat si hahaha.

“Gimana rasanya diledekin sekelas?” tanya Desti yang senang karna teman-teman dikelasnya mulai membicarakannya.

Sherly menggeram emosi dan langsung keluar kelas diikutin antek-anteknya.

*Awas lo ya! Tunggu aja pembalasan gue*batin Sherly

***

Kini Lia, Amanda, Andara, Desti, Jauza, Viora, Khansa, dan Ledya sedang makan dikantin. Lia dan Vio yang tertawa lepas saat mendengar ocehan dari Ledya dan Desti. Yang lainnya hanya mendengarkan dengan sesekali ikut tertawa. Saat sedang fokus mendengar cerita, Vio mendapat sebuah pesan dari orang tak dikenal.

+628XX XXXX XXXX

Hai! Apa kabar? Kangen gak? Ketemu yuk, aku di sekolah kamu. Aku di gudang belakang sekolah. See you cantik

Vio yang membacanya seperti tersadar dan mengenal siapa itu. Ya! Itu adalah Boy, lelaki yang ia tunggu 2 tahun terakhir karna lelaki itu pergi ke AS. Ia sangat senang! Sangat merindukannya juga.

“Gaisss! Vio punya kabar baguss dong” ucap Vio.

“Apa Vi?” tanya Andara penasaran.

“Jadiiiii, Boyy balikkk gaisss! Vio seneng bangettt aaaaa!. Boy ada di gudang belakang. Vio mau nemuin Boy. Ada yang mau ikut?” jelas Vio. Andara yang melihat sorot mata Vio, ia sangat tahu. Vio sangat mencintai Boy.

“Engga deh Vi, lu aja. Takutnya nanti ganggu hahaha. Kan mau kangen-kangenan.” jawab Lia.

“Yaudaa, Vio nemuin Boy dulu yah, babaiii!” pamit Vio yang dibalas anggukan dari teman-temannya.

***

“Boy mana ya, kok belum muncul. Tadi dia bilang ada di sini. Kok gaada?” tanyanya pada diri sendiri.

“Boyyy! Boyy dimana?! Vio disini!” teriak Vio.

Saat ia hendak melangkah, ada seseorang yang menarik tangannya dan menutup kepalanya dengan karung hitam. Ia diseret entah dibawa kemana. Memberontak pun tak ada gunanya. Saat rasanya sudah sampai ia di dorong hingga terjatuh. Orang itu pun berbicara.

“Iket dia, Dynda!” suruh orang itu yang ternyata, Sherly.

Vio pun merasa tangannya diikat kebelakang tiang, sangat kencang hingga ia merasakan tangannya perih. Tutupan kepalanya pun dibuka hingga ia melihat siapa saja yang ada disitu.

“Kalian ngapain? Kenapa kalian giniin Vio? Mana Boy?! Vio kesini mau ketemu Boy. Tadi Boy sms Vio buat ketemu. Bukan kalian. Lepasinn!” berontak Vio.

“Hahh?! Lepasin?! Enak aja lo. Gue disini ya mau main-main aja sama lo. Oiya, tadi siapa? Boy? Padahal gue Cuma iseng, nyatanya lo percaya dan ngira gua Boy? Kayanya dia cowo asik yang bisa gua mainkan!” ucap Sherly.

“Jangann! Jangan sakitin Boy. Jangan bikin Boy sedih” kata Vio lirih.

“Ouh, yasudah. Lo aja yang gue bikin sedih. Gimana?!” tawar Sherly.

“Kalian mau ngapain emang?” tanya Vio penasaran.

“Mau main-main dong. Dyn, gunting sini” perintah Sherly, Dynda pun memberikannya.

“Sherly mau ngapain? Kenapa minta gunting? Katanya Sherly mau main” tanya Vio panik.

“Iya, kita main. Main gunting. Wahhh! Rambutnya bagus banget. Kalo dipotong pasti lucu” ucap Sherly sambil menyisir rambut Vio dengan jarinya.

“Jangan! Jangan potong rambut Vio. Vio suka rambut ini.”

“Berisik.”ketus Sherly dan langsung memotong rambut Vio tak peduli dengan berontakan dari Vio.

“Kakinya mulus ya. Lukain kakinya sama tangan juga boleh kan?” tanya Sherly.

“Jang—“ mana sempat, Sherly lebih dulu menggoreskan gunting nya ke kaki dan tangan Vio hingga mengeluarkan darah segar.

“Arghhhhhhhhh! Bundaa tolong Vioooo, sakitt Bunn. Ayahhh tolonng Vioo. Andaraa, Liaaaa!” teriak Vio sambil menangis.

“Mau lebih seru nggak? Dyn, jeruknya sini” ucap Sherly.

“Nah di peres deh jeruknya di luka. Biar enak” ucap Sherly lalu terseyum. Tersenyum jahat lebih tepatnya.

“Sakittttt! Sherly cukupppp! Vio nggak kuat! Sakit Sherly. Perihhhh!” mohon Vio.

“Bodoamat gue gaperduli. Yuk girls, kita tinggalin aja dia disini. Oh iya, lo tinggal tunggu tanggalnya aja oke. gue bakal bikin Boy jadi milik gue. sebenernya sih gue begini bukan karna Boy. Tapi karna lo gue jadi bahan omongan. bye"Sherly pun meninggalkan Vio dalam keadaan yang bisa dibilang sangat menderita.

Rambut yang tak jelas potongannya. Serta kedua kaki nya serta tangannya yang terus mengeluarkan darah. Ia benar-benar lemah. Ia hanya bisa menangis. Ikatan Dynda benar-benar kuat. Ia tak bisa apa-apa.

***

“Vio lama banget yaampun. Kangenannya kaya apaan” sahut Andara.

“Lah iya, ampe kita selesai makan. Samperin aja yuk, jahat banget kalo kita ke kelas duluan” kata Lia.

Mereka pun menuju ke gudang belakang, tapi mereka tidak menemukan Vio.

“Vioooo! Vio lu dimana?!” teriak Lia.

“Viiii! Kita mau ke kelas nih! Gamungkin ninggalin tau!” teriak Andara.

Vio yang mendengar nama nya dipanggil langsung membuka matanya. Ia tau itu sahabatnya. Ia ingin menyahut tapi ia benar-benar sudah tidak kuat. Sedangkan Lia, ia merasa tidak enak. Ia pun menelpon Vio. Betapa terkejutnya suara dering telpon Vio mengarah di gudang. Benarkah Boy mengajak nya di gudang?

“Vio digudang. Yuk samperin” ajak Lia.

“yukk” jawab teman-temannya.

“VIOOOO! Kangenan aja di gud—“ teriakan Lia terhenti saat menemukan Vio terduduk lemas dengan tangan yang terikat, serta tubuh yang berdarah-darah.

“VIORA!” teriak Lia dan langsung menghampiri sahabatnya.

“Vi, kenapa bisa ginii... hiks... kenapa lu gak telpon kitaa?” ucap Lia yang menangis.

“Tahan darahnya, jangan sampe dia kehabisan banyak darah!” teriak Desti, Jauza dan Ledya segera membalut luka itu dengan dasinya dan sapu tangannya.

“Siapa yang lakuin ini Vi? Siapaaa?!” tanya Lia yang sudah terkulut emosi.

“Eng-enggak Li, gaad-da. Kal-kalian jangan nan-nangis dong” jawab Vio terbata-bata. Ia benar-benar tak kuat.

“Handphone lu mana? Tadi deringnya disini” tanya Andara.

Ia mengedarkan pandangannya hingga berhenti disatu titik terlihat benda pipih menyala, ia pun mengambilnya. Betapa terkejutnya itu dalam keadaan vidio, ia pun bertanya.

“Ini Vidio apa Vi?” tanya Andara.

“Ta-tadi niat Vio, Vio ma-mau vidioin pas Vio ke-ketemu Boy, ta-tapi gak ada Boy nya” jawab Vio.

Andara pun menyetel vidio itu, ia sangat terkejut. Ternyata saat Vio hendak menemui Boy, gadis itu memulai vidionnya, dan terlihat ia ditarik seseorang dan dibawa kegudang, semua yang dilakukan Sherly dan Dynda terekam jelas dividio itu. Andara mengepalkan tangannya, wajah nya sudah merah menahan emosi. Lia yang melihat itu juga benar-benar tak menyangka.

“Maafin Vio yah temen-temen. Kal-kalo Vio punya sa-salah selama hidu-pp Vio. Vio, seneng banget punya sahabat kaya kalian. Lia, maafin Vio yah. Nggak bisa nepatin janji Vio buat pergi nanti. Bye” kata Vio dan langsung menutup matanya. Entah kenapa ia sedang merasa sakit tapi ia pergi dengan keadaan tersenyum. Sangat manis.

Itu benar-benar ucapan terakhir Vio, belum sempat kami menjawab, Vio telah pergi. Untuk selamanya, benar-benar pergi meninggalkan kami bertujuh. Ruangan itu pun dihiasi tangisan pilu dari 7 orang yang kehilangan sosok sahabat yang sangat gembira, sangat ceria.

Dan semenjak itu pula. Lia berubah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post