Moonlight
Bulan merebahkan tubuhnya di kasur busa yang ada di kamarnya. Bulan mencoba memejamkan matanya setelah seharian banyak beraktivitas. Ia sangat letih. Menjaga tiga adiknya, membersihkan rumah, dan juga mengerjakan tugas sekolah.
Kejadian dua tahun lalu dimana ayahnya meninggalkan mereka, disusul ibunya yang meninggal karna kecelakaan, membuat Bulan harus mencari uang sendiri untuk kehidupan mereka. Hal ini terasa sangat berat dijalani. Belum lagi Bella, adiknya yang kelas delapan sering minta sesuatu yang membuat Bulan bingung. Bella minta ponsel untuk sekolah daring. Sudah dua tahun Bella dan Bintang kadang rebutan ponsel untuk belajar daring atau sekedar bermain ponsel. Bulan tak punya uang untuk membeli ponsel. Apalagi karena pandemi Covid 19 dagangan Bulan tak banyak terjual. Hutang yang ditinggalkan sang ayah cukup banyak walau tiap bulan dibantu saudara.
Saat Bulan hampir masuk ke dalam mimpi, tangisan adiknya membuat Bulan kembali membuka matanya. Bulan langsung tersenyum menenangkan saat adik laki-lakinya mendekati dirinya dengan berurai air mata. Bulan langsung bangkit dan menggendong Bian, adik bungsunya yang berusia 3 tahun.
“Bian, kenapa nangis?” tanya Bulan. Tangisannya tambah keras. Bulan berpikir, apa yang membuat Bian menangis. Ternyata adiknya itu belum minum susu. Bulan pun menuju dapur untuk membuat susu. Tetapi, Bulan tidak menemukan kotak susunya. Bulan kembali mencari hingga langkahnya terhenti saat melihat Bintang adiknya yang berusia 5 tahun sedang duduk di samping kotak susu yang terbalik. Isinya berserakan di sekitar sang adik. Dia menjilati tangannya yang menggenggam bubuk susu.
Bulan langsung menghampiri Bintang. Dia menurunkan Bian terlebih dahulu. Bulan membersihkan susu bubuk yang berantakan. Walau lantainya sudah bersih, namun tetap tidak hiegenis jika kembali dikonsumsi. Sedangkan Bian masih terus menangis karena lapar. Bulan mengedarkan pandangannya di dapur, mencari apa yang bisa adiknya makan, namun tak ada. Ia pun menggendong Bian, dan menuntun Bintang lalu mencari Bella.
“Bell, jaga adik bentar ya. Kakak mau beli susu sama biskuit,” ujar Bulan.
“Iya kak, hati-hati!”
Beberapa saat kemudian, Bulan kembali dan langsung membuat susu lalu memberikannya kepada adiknya. Selesai minum susu , mereka pun segera tidur. Bulan pergi ke dapur untuk mencuci peralatan makan yang kotor.
Bella yang mendengar suara piring beradu langsung pergi ke dapur. Kakaknya mengurus semua urusan rumah dan itu pasti melelahkan. Bella pun langsung menghampiri Bulan.
“Kak Bulan,” sapa Bella. Bulan menoleh, lalu tersenyum. Ia mencuci tangannya lalu bertanya, “Kenapa, Bel?”
Bella menghela nafasnya, bahkan di keadaan lelah pun kakaknya itu masih tetap tersenyum.
“Biar Bella aja kak yang lanjutin nyuci piringnya. Kak Bulan istirahat aja dulu, Kakak kan udah beres-beres dari tadi pagi,” ujar Bella.
Bulan menggeleng, “Nggak usah, Bel. Udah tinggal sedikit lagi kok. Mending kamu kerjain PR kamu, terus tidur, biar besok nggak kesiangan! Kakak juga bentar lagi tidur,” ucap Bulan. Bella hanya bisa mengganggukan kepalanya lalu melakukan yang dikatakan kakaknya.
***
Jam dinding menunjukkan pukul 04.30 WIB. Bulan membangunkan Bella untuk bersiap melaksanakan salat Subuh. Selesai salat, Bulan memasak sarapan. Bella membantu membersihkan rumah, lalu mereka bersiap-siap belajar daring.
Selesai belajar daring, Bulan menyandarkan tubuhnya di tembok, ia teringat dengan pembahasan di grup kelasnya tadi pagi. Tentang Olimpiade Online Sains Nasional yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Sang Juara akan mendapatkan medali, uang senilai Rp. 25.000.000 dan beasiswa. Bulan sangat ingin mendapat beasiswa, ia sangat ingin kuliah. Bulan pun menghubungi gurunya dan mengatakan bahwa ia ingin mengikuti lomba tersebut.
Bulan langsung mengambil beberapa buku untuk ia pelajari. Bella yang melihat kakaknya begitu serius membaca beberapa tumpukkan buku mengernyit bingung. Ia pun menghampiri Bulan dan duduk di sampingnya.
“Kakak kenapa baca buku sebanyak ini?” tanya Bella.
“Kakak mau ikut Olimpiade Sains, Bel. Lumayan kalau nanti menang, Kakak bisa dapet uang dan beasiswa,” jawab Bulan antusias.
Bella ikut tersenyum melihat kakaknya tersenyum, ia beranjak ke dapur dan mengambil air untuk kakaknya.
***
Sudah sebulan ini Bulan belajar, belajar, dan belajar. Bella menjadi sedikit khawatir dengan kesehatan kakaknya. Pasalnya, Bulan selalu melewatkan jam makan hanya untuk belajar. Bella senang jika kakaknya bersungguh-sungguh, tapi ia tak suka jika kakaknya menjadi abai dengan kesehatannya. Belum lagi ketika adiknya menangis, Bulan mengabaikannya dengan membawa buku-bukunya ke kamar. Bella menjadi takut jika kakaknya itu ter obsesi dengan kemenangan. Ia tak mau itu terjadi.
Setelah memantapkan dirinya, Bella pun memutuskan untuk berbicara dengan kakaknya. Bella menghampiri kakaknya setelah menidurkan Bintang. Yang Bella lihat saat membuka pintu kamar adalah Bulan yang sedang membaca dan mencatat sesuatu di bukunya. Bella mendekat dan duduk di samping Bulan.
“Kak Bulan,” Bulan menoleh lalu kembali fokus kepada buku di hadapannya.
Bella menyentuh tangan Bulan, “Kak Bulan belum makan lagi?” tanya Bella. Gerakan Bulan sedang menulis terhenti, ia memusatkan perhatiannya kepada Bella.
“Adik udah tidur?” bukannya menjawab, Bulan malah balik bertanya membuat Bella kesal. Bella hanya mengganggukan kepalanya. Setelah itu Bulan langsung bangkit untuk makan. Namun langkahnya terhenti kala pertanyaan-pertanyaan Bella yang dilontarkan kepadanya.
“Kenapa sih, Kak Bulan cuma mau makan kalau mereka udah tidur? Apa mereka semengganggu itu buat Kak Bulan? Apa dengan adanya mereka, Kak Bulan jadi nggak bisa fokus? Kak! Kalau kakak ngomong baik-baik sama mereka, mereka pasti ngerti kok. Dengan kakak bersikap kayak gini, itu bakal bikin mereka ngerasa kalau kakak ngehindarin mereka.” Bella menjeda ucapannya, “Walau memang kenyataannya seperti itu” lanjut Bella lirih.
“Bella seneng banget kalau Kak Bulan sungguh-sungguh belajar buat lomba itu. Tapi Bella nggak suka kalau Kakak nggak mikirin kesehatan Kakak! Bella juga nggak suka kalau Kak Bulan mengabaikan adik-adik. Setiap Kakak keluar kamar, pasti Bintang sama Bian langsung nengok buat ngajak main Kakak. Tapi, Kakak malah lewat aja dengan buku-buku itu.”
Bulan membalikkan badannya lalu menatap Bella yang juga sedang menatapnya. Bulan langsung memeluk Bella membuat Bella terkejut. Untung ia bisa menyeimbangkan badannya, jika tidak mungkin sudah terjatuh.
“Maaf… Maafin Kakak… Kakak cuma mau ngasih yang terbaik, Bell,” lirih Bulan.
“Bella ngerti, tapi jangan sampai kakak lupa makan. Bella khawatir kalau Kakak nanti sakit. Kakak juga jangan ngabaikan adik-adik terus.”
“Iya Bel, Kakak minta maaf juga untuk itu. Nanti kakak bakalan minta maaf sama mereka dan ajak main juga.”
Bella tersenyum, “Oke Kak! Ya udah, Kak Bulan makan dulu, aku beresin ruang tamu dulu ya, Kak,” ujar Bella yang dibalas anggukan.
***
Kini Bulan sedang belajar ditemani ketiga adiknya. Jika saja ia tahu kalau belajar ditemani adiknya sangat menyenangkan, sejak kemarin ia akan melakukannya. Olimpiade akan di adakan dua hari lagi, karna itu Bulan harus ekstra belajar. Bella juga membantunya membawakan makanan agar kakaknya itu tak lupa makan. Saat Adzan berkumandang, Bella juga langsung menutup buku kakaknya dan tersenyum. Bulan yang mengerti langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan salat. Ia juga berdoa agar di beri kemudahan saat nanti lomba.
Bulan mengambil bukunya yang ada di teras, lalu menyimpannya di kamar. Ia kembali lalu menggendong Bian sedangkan Bella menuntun Bintang. Bulan dan Bella menidurkan kedua adiknya dan setelah itu ikut tidur.
***
Hari ini adalah hari dimana Olimpiade Online tersebut dilaksanakan. Bella dengan Bian di pangkuannya, dan Bintang di sampingnya juga melihat kakak nya dari kejauhan karna tidak boleh ada yang berada di dekatnya saat Lomba itu berlangsung. Dengan ponsel seadanya Bulan membuka website OSN tersebut dan berdoa terlebih dahulu, lalu mengerjakannya dengan serius. Satu setengah jam berlalu, Bulan sudah menyelesaikan soal-soal itu.
Hati Bulan gelisah, ia takut jika tak menang lalu mengecewakan sekolah serta adik-adiknya. Bella yang mengerti kegelisahan kakaknya pun menghampiri dan menggenggam tangan Bulan lalu tersenyum. Bulan ikut tersenyum. Ya! Ia harus percaya diri, ia sudah berusaha semaksimal mungkin.
Seminggu kemudian, Bulan mendapat email bahwa ia masuk 3 besar. Bulan sangat bahagia akan itu. Bulan memberi tahu kepada Bella, Bella langsung memeluk kakaknya.
“Bella yakin, Kak Bulan bisa. Bella yakin”
“Kakak seneng banget, Bel. Seneng banget”
“Ya udah, kakak mau lanjut kan?”
“Iya Bel, kali ini tatap muka secara online,” ujar Bulan.
Bella mengangguk, “Coba kakak lihat di emailnya, mungkin ada linknya.”
Bulan membuka email tersebut dan menemukan Link zoom untuk yang masuk tiga besar, dan juga syarat nya. Syaratnya adalah, ponsel harus diletakkan 60 cm di hadapannya, dan di meja hanya ada kertas dan alat tulis.
Soal pertama sudah di perintahkan untuk di kerjakan. Bulan dan kedua temannya sama-sama menghitung, saat mendapatkan jawabannya, Bulan langsung mengangkat tangan dan menjawabnya. Jawaban Bulan benar. Bulan tersenyum senang, begitu juga Bella. Bian dan Bintang bertepuk tangan saat melihat Kakaknya tersenyum.
Bulan menggenggam jari nya kuat. Ia kurang percaya diri dengan soal terakhir ini. Bulan mencoba menghitung dengan teliti, hingga jawabannya sudah Bulan temukan, Bulan masih ragu. Ia menautkan jarinya gelisah.
Bulan mengedarkan pandangannya hinga pandangannya terhenti pada Bella. Bella tersenyum lalu mengangguk meyakinkan. Ia tahu jika Bulan sedang ragu akan jawabannya.
Bulan yang merasa diyakinkan pun langsung percaya diri. Bulan langsung mengangkat tangan dan menjawabnya dengan yakin. Juri yang mendengar jawaban Bulan pun mengangguk dan berdiskusi dengan juri yang lainnya. Hingga akhirnya, juri mengatakan, “Benar” dengan lantang membuat Bulan terharu. Ia benar-benar sangat senang. Semua bertepuk tangan. Nilai Bulan adalah yang teringgi dengan jawaban di bagian terakhir. Bulan jadi pemenang. Bulan spontan bersujud menangis saat Juri mengumumkan kemenangannya.
Bella lalu memeluk Bulan. Bulan menatap foto keluarga yang ada di kamarnya. Ia tersenyum haru, “Terima kasih, Tuhan. Ibu... ayah…aku dapat rezeki besar.”
***
Kebahagiaan jelas tercetak di wajah Bulan. Ia pun memeluk Bella, Bian dan Bintang. Bella pun senang melihat kakaknya begitu bahagia. Semua perjuangan kakaknya sudah terbayar sekarang. Begitu juga hutang-hutang mereka, akan terbayar lunas.
***
Pagi ini, Bulan, Bella, Bintang dan juga Bian sedang mengumpul di ruang tengah rumah mereka.
Mereka menonton kartun bersama, mereka sesekali tertawa saat melihat adegan lucu di film itu. Ruangan itu dipenuhi tawa kakak beradik yang terlihat sangat bahagia. Bulan tersenyum hangat melihat adik-adiknya sangat ceria, ia berharap mereka selalu bahagia selamanya.
Dan sesuai janjinya beberapa hari yang lalu, hari ini bulan akan membelikan makanan karna saat lomba ia menang jadi bulan dapat meneraktir adik-adiknya makanan, namun karna keadaan covid-19 Bulan mengurungkan niat nya untuk makan di luar rumah. Jadi mereka akan makan dirumah saja dan memesan melalu aplikasi online.
Setelah 25 menit mereka menunggu, akhirnya pesanan makanan mereka datang, Bulan berdiri dari sofa berniat untuk mengambil pesanan nya namun Bella menyuruh bulan untuk duduk kembali dan biar Bella saja yang mengambilnya, "Biar Bella aja yang ambil kak" ujarnya.
Bella mengambil pesanan nya lalu memberi uang kepada sang kurir dan tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih. Bella menutup pintu kembali dan segera berlari dengan ceria menghampiri kakak dan adik-adik nya.
"PESANAN DATANGG!!" seru Bella dengan sangat ceria.
Bintang dan Bian pun tidak kalah senang, mereka meloncat-loncat sambil tertawa dengan ceria. Mereka menunggu dengan sabar kakak nya membuka semua makanan itu.
Sebelum menyantap makanannya, Bulan tak lupa meminta adik-adiknya untuk mencuci tangan dan berdoa. Setelah itu mereka semua makan dengan semangat.
Setelah semua nya habis mereka tidak lupa mencuci tangan lagi, Bulan kembali ke meja makan mereka tadi untuk mengambil piring-piring yang kotor untuk mencuci nya. Bella juga terlihat sibuk mengelap meja makan mereka karna Bintang dan Bian makan dengan sedikit berantakan sampai meninggalkan noda di meja.
Setelah selesai semua, mereka kembali berkumpul ke ruang tengah dan melakukan kegiatan nya masing-masing. Bulan sedang membaca buku novel miliknya sambil tengkurap di atas karpet, disamping nya ada Bintang dan Bian yang sedang bercanda berdua, sedangkan Bella ia memilih bermain handphone di atas sofa sambil tiduran.
"Kalian kalo kakak ajak pergi keluar mau ga? " tanya Bulan tiba-tiba.
"Tapi kan kita gaboleh keluar-keluar kak?" bukan nya menjawab, Bella malah kembali bertanya kepada kakak nya.
" Yaa boleh aja asal jangan terlalu lama dan enggak berkumpul di tempat yang ramai", Bella, Bintang hanya mengangguk dan kompak menjawab ‘owh’.
"Emang nya kita mau pegi kemana kak? " Bella kembali bertanya.
Bulan berfikir, "Ke pantai, mau kan? ", Dengan berbinar Bella dan juga Bintang menjawab dengan semangat, "MAUUU!!" Bian yang mendengar teriakan kedua nya spotan dia merasa kaget hingga matanya melotot, ketiga kakak nya yang melihat itu pun kompak tertawa.
" Okay, kita pergi besok pagi ".
***
Jam menunjukkan pukul 08.30 pagi, ke empat saudara itu terus teriak dan mondar-mandir bersiap untuk pergi.
"Bella tolong ambilkan susu di dapur", Bulan sedang sibuk menyiapkan sedikit barang-barang yang akan di bawa nanti.
“Bella! Pakaikan Bian celana!”
“Kak Bulan, Tas yang disini mana??”
"JANGAN LUPA PAKAI MASKER!!!"
***
Selesai bergaduh, mereka segera berangkat ke Pantai menggunakan Bus. Bulan duduk berdua dengan Bian sedangkan Bella duduk berdua dengan Bintang. Beruntung hari ini cuaca cerah namun tidak terlalu panas dan di dalam Bus pun tidak terlalu ramai penumpang jadi tidak terasa sumpek dan tidak membuat Bulan khawatir Bian akan rewel karna terlalu berdesak.
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, mereka pun sampai, Bella menuntun Bintang turun dari bus dan berjalan duluan di depan sambil bersenandung kecil. Disusul Bulan yang sedang menggendong Bian yang baru bangun dari tidurnya.
Pantai nya sangat indah, mereka semua tersenyum menikmati pemandangan nya.
"Bagus banget kan pemandangan di sini?" tanya sang kakak kepada adik-adiknya.
"Ini sih lebih dari kata bagus kak, mana adem banget lagi di sini " Bella menjawab dan Bintang mengangguk menyetujui perkataan Bella. Bintang pun dengan senang bermain pasir di sana dia meminta Bian untuk bergabung dengan nya.
“Cunggu Iyaaaan!” teriak Bian cadel, Bian pun berlari menghampiri kakak nya.
Bulan dan bella duduk bersampingan sambil mengobrol santai.
"Kakak seneng deh kalo lihat kalian semua bahagia kaya gitu, senengggggg banget perasaan kakak kaya adem gitu jadinya"
" Inget ga si Bell, dulu kita sering kesini bareng ayah sama ibu, kakak kangen sama mereka berdua Bell " lanjutnya dengan lirih.
Bella menoleh ke kakaknya dan melihat kakak nya menitikkan air mata. Bella sangat paham pasti sangat sulit jadi bulan harus mengurus 3 adik nya sendirian. Terkadang Bella merasa kasihan namun ia bingung bagaimana cara menyemangati sang kakak sampai akhirnya ia hanya bisa memberi pelukan untuk kakaknya
"Sama, Kak. Bella juga sama kangen banget sama mereka kak, nanti sepulang dari sini kita ke makam ibu sama ayah yuk!", Bulan tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
Bella menatap Bulan lekat lalu menggenggam tangan kakaknya itu, "Kak, makasi yaaa udah mau ngurus kita bertiga dengan sabar. Kakak tau ngga? Kakak itu adalah KAKAK PALING TERHEBAT, Bella bersyukur bisa jadi adiknya Kak Bulan. Kakak jangan sedih terus yaa, karna Bella ga suka liat kakak sedih. Bintang juga suka tiba-tiba lari ke Bella sambil nangis dan setiap Bella tanya kenapa dia nangis, dia jawab abis ngeliat dan ngedenger kakak nangis di kamar sendirian, jangan kaya gitu lagi ya kak.” Bella mengangkat pandangannya ke atas menahan air matanya.
Bella kembali melanjutkan ucapannya, “Jangan mendam semua nya sendirian, Kak. Kakak punya Bella dan Bella siap kok jadi pendengar curhatan kakak, Bella juga janji kalo Bella udah besar nanti Bella bakal balas kebaikan kakak, sekali lagi makasih karna udah jadi kakak yang terbaik buat Bella, Bintang juga Bian. Bella sayang kakak!" Cerita dan pujian Bella membuat Bulan semakin menangis, Bulan sangat terharu dan ia merasa sangat bersyukur karna tuhan memberikan Bella, Bintang dan Bian menjadi adiknya. Bulan pun langsung memeluk Bella dengan erat yang dibalas oleh sang adik tak kalah erat. Bintang dan bulan pun berlari saat melihat sang kakak saling berpelukan, mereka langsung bergabung saling memeluk dengan erat,
" Kakak sayang kalian "
" Bintang juga sayang kakak!"
" Iyan uga cayang aka!!" sahut si kecil Bian membuat mereka semua tertawa bahagia.
***
Nama :
1. Dara Nugraha (14)
- @drngrh6
2. Dita Ayu (25)
- @d.aysih
SMKN 49 JAKARTA
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus banget kak ceritanya!! seruuu
hihihi... makasih kak Ruqoyyah
Bagus banget ceritanya Kak! ^^
wuahhh makasih kak shofiyahh
Ana masih kelas 7 kok Kak... Ga usah manggil kakak hehe...