Dara Nugraha Auliantira

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KEANA (Bab 1)

"Terlalu banyak kata yang ku miliki, sehingga tak bisa ku tuliskan untuk mu"

-

2 tahun kemudian…

Sepasang sepatu yang awalnya di rak, kini berpindah ke depan pintu. Seorang gadis cantik dengan rambut terurai juga bandana biru di gambarkan yang mengambil benda itu.

Dia Keana.

Selesai memakai sepatu, Keana berjalan menuju bunga yang ada di halaman rumahnya. Ia menyapanya dengan senyum getir.

“Selamat pagi, Papahnya Keana. Hari ini Keana mau sekolah. Keana udah kelas 1 SMA loh, Pah. Ini semester kedua nya Keana. Yang tandanya sebentar lagi Keana bakal kelas 2 SMA” ujarnya lirih. Keana menarik nafasnya panjang. “Papah inget nggak? Papa pernah janji bawa Keana ke pantai kalau nilai ujian naik kelas Keana 9 semua? Itu semua tercapai, Pah… Rata-rata, nilai Keana 90 dan 95 loh Pah. Tapi sayang, papah udah pergi duluan sebelum Keana ujian.”

Keana meremas tangannya saat merasakan sakit di hatinya. Mengapa Papa nya begitu cepat meninggalkannya. Keana kembali menatap bunga itu dengan seksama. Bunga yang pernah ia tanam bersama ayah dan bundanya. Ayahnya pernah mengatakan, Bunga ini memiliki arti Cinta, Kebahagiaan, dan Umur Panjang.

Bunga Krisan.

“Kea?”

Keana menoleh dan mendapati Bundanya serta Tasya-adik perempuannya. Keana tersenyum lalu menghampiri bundanya.

“Kenapa, Bun?” tanya Keana yang dibalas tatapan bingung Bundanya. “Kok malah nanya? Kamu mau berangkat sekolah jam berapa, Ke?

Mata Keana membola kala ingat bahwa ia harus sekolah. Keana melirik jamnya, kini mulutnya ikut berbentuk O saat jam di tangannya menunjukkan pukul 07:40. Itu tandanya 20 menit lagi, bel akan segera berbunyi, dan 15 menit lagi pagar akan ditutup.

“BUN! KEANA LUPA!” teriak nya membuat Caca yang digendongan bundanya itu ikut terkejut mendengar lengkingan Keana. Caca mengelus dadanya menandakan ia terkejut.

Bulan mendelik kepada Putri pertamanya. “Kamu itu kebiasaan terian-teriak. Caca nya kaget ini”

Keana terkekeh lalu mencubit lembut pipi adiknya, “Kakak kaget soalnya. Yaudah Bun Keana berangkat sekarang deh takut gak kedapetan bus sekolah” pamitnya yang dibalas anggukan.

“Assalamualaikum”

“Waalaikum salam…. Hati-hati ya, Kea!”

***

Keana terus bergerak gelisah di halte bus. Pasalnya, sejak tadi bus tidak kunjung datang. Keana kembali menghela nafas kasar. Seharusnya ia bangun lebih pagi. Saat matanya menelusuri jalanan untuk mencari kendaraan umum, sebuah mobil mewah berhenti di hadapannya. Keana terkejut saat jendela mobil dibuka dan terlihat lelaki dengan paras tampannya tersenyum kearahnya.

“K-ka Aksa?” gumam Keana. Keana seakan terhipnotis dengan senyum Kakak kelasnya yang satu itu. Mata tajam, rahang tegas, hidung mancung, alis tebal, juga lesung pipi di kedua pipinya.

Bayanginnya aja bikin ketar-ketir, gimana kalo beneran ketemu:)

Aksa melirik seragam yang dikenakan Keana, ‘Dia satu sekolahan sama gue?’ batin Aksa.

“Lo anak SMA Erlangga? Kenapa masih disini? 10 menit lagi bel masuk. Dan 5 menit lagi pagar sekolah bakal ditutup. Lo nggak takut telat?” tanya Aksa beruntun. Aksa mengernyit bingung saat melihat adik kelas nya hanya menatap nya intens.

“Ekhmmm!” Aksa berdeham untuk menyadarkan Keana. Keana mengerjap salah tingkah saat sadar ia ketahuan menatap Aksa, “K-kenapa?

“Lo gak berangkat? Udah mau ditutup pagarnya. Bareng gue aja” ujar Aksa.

Keana menggeleng, “Gak usah, Kak. Aku lagi nunggu bus,” jawab Keana berusaha biasa saja.

“Lo mau sampe kapan nunggu bus? Udah 8 menit lagi. Kalo lo mau telat ya udah. Gue duluan“

Keana melotot saat Aksa bersiap menjalankan mobilnya, “E-eh iya! Oke aku ikut”

Keana segera membuka pintu mobil Aksa dan masuk. Mobil mulai jalan dengan kecepatan diatas rata-rata. Keana memejamkan matanya takut. Jarinya bertaut gelisah. Hingga mobil itu berhenti di parkiran sekolah, Keana masih memejamkan matanya.

Tangan Aksa bergerak mengambil tas yang ada di bangku belakang, tapi pergerakannya terhenti saat melihat Keana memejamkan mata dengan keringat yang mengucur. Mata nya beralih ke jari Keana yang bertaut gelisah.

Aksa memegang pundak Keana membuat Keana tersentak, “Lo kenapa?” tanya Aksa. Keana memperbaiki duduknya dan memakai tasnya lalu keluar dari mobil Aksa tanpa mengucapkan apa pun.

“Hah? Dia kenapa?”

***

Keana berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya. Hingga tanpa sadar, ia menabrak seseorang membuat mereka berdua terjatuh.

Bruk!

“Awww!” ringis Keana. Keana bangun terlebih dahulu, lalu pandangannya beralih pada seorang gadis yang ia tabrak sedang menunduk mengambil bukunya. “Maaf, ya. Aku gak sengaja”

Gadis itu mendongakkan kepalanya, matanya bertemu dengan mata Keana. Keana terkejut saat melihat siapa gadis yang ia tabrak. Begitu juga sang gadis, bedanya mata gadis itu berbinar senang saat menatap Keana. Keana tersentak saat gadis itu meraih tangannya dengan senang dan langsung memeluknya.

Keana membeku. Lidahnya kelu saat ingin mengucapkan sepatah kata. Tangannya yang mengepal kuat menjadi pertahanan agar air matanya tak mengalir.

“Anaaa! Kamu kemana ajaa? Yaampun, kamu tambah cantik, Ana”

Keana melepas paksa pelukan itu membuat gadis dihadapannya menatap bingung dirinya.

“Kamu lupa aku ya? Aku Alicya, Na! Cia!” ujar nya girang.

"Kamu sekolah disini juga? Aku kangen banget sama kamu, Na. Kamu kemana aja selama ini? Aku mau cerita banyak sama kamu" tanya Alicya.

Keana menelan salivanya dan berusaha tenang hingga akhirnya menjawab. "Untuk apa kamu bertanya tentang kehidupanku?" jawab Keana dingin.

“Ana… Kok-

"dan tolong. Jangan panggil aku dengan nama itu. Aku bukanlah Ana. Aku Kea, dan jangan bertingkah seolah olah kamu mengenalku." potong Keana lalu melangkah meninggalkan gadis tersebut.

Alicya terkejut. Tentu terkejut dengan perubahan Keana. Alicya memanggil Keana namun Keana terus berjalan tanpa menoleh.

Pandangan Keana lurus dengan air mata yang mengalir. Tak dapat dipungkiri bahwa ia juga merindukan Alicya. Sahabatnya.

***

Angin sejuk yang pertama kali menyapa Keana saat ia menginjakkan kaki di rooftop sekolahnya. Keana melangkahkan kakinya kearah sofa di tengah rooftop lalu merebahkan dirinya di sofa tersebut. Keana memejamkan mata menikmati hembusan angin. Ia kembali kesal kala mengingat kejadian di kelasnya tadi.

Gadis itu, Alicya, sial nya sekelas dengannya. Dan yang lebih menyebalkannya lagi, gadis itu duduk disampingnya. Ia menjadi menyesal karna awalnya memilih duduk sendiri. Keana mengehala nafas berat untuk kesekian kalinya. Matanya menjadi panas.

“Kenapa Cia harus datang lagi ke kehidupan, Keana?” monolog nya. Keana membuka matanya, ia menatap langit dengan seksama. Tetesan demi tetesan air mata mulai turun. Keana mendudukan dirinya, matanya yang terus mengeluarkan air mata masih menatap langit. Bahkan ia tak sadar, bahwa ada yang melihatnya dari kejauhan. Lelaki itu bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuat gadis itu menangis. Lelaki itu pun memutuskan pergi karna merasa bahwa Keana membutuhkan waktu sendiri.

***

Bel istirahat yang berbunyi membuat Aksa yang kini sedang tertidur terbangun. Oh ayolah, ia sangat mengantuk saat ini. Jam istirahat yang pasti akan membuat seisi kelas nya berisik itu akan menggangu. Aksa bangkit dari duduknya lalu berjalan dengan kedua tangan yang ada di saku celananya.

“Mau kemana Lo, Sa?” tanya lelaki dengan rambut ikal. Ia Fachri, sahabat Aksa.

Aksa memberhentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Fachri lalu menjawab, “Mau ke Rooftop.” Jawab Aksa.

Fachri hanya menanggapi dengan kata ‘Oh’ membuat Aksa jengkel. Untuk apa dia bertanya jika hanya akan menanggapi dengan kata itu? Aksa memutar bola matanya malas lalu kembali melangkah dengan santai. Fachri yang melihat Aksa kesal pun tertawa. Sangat menyenangkan baginya melihat Aksa kesal.

***

Aksa menginjakkan kakinya di Rooftop, jika biasanya angin sepoi-sepoi yang menyambutnya, namun kali ini bukan. Tangisan seorang gadis lah yang pertama kali menyambutnya. Aksa mengedarkan pandangannya dan tak menemukan seorang pun. Bulu kuduk Aksa berdiri, wajahnya juga terlihat ketakutan. Oh, ayolah… Bagaimana mungkin seorang Aksa takut hanya kepada mahkluk tak kasat mata?

Aksa melangkahkan kaki ke arah tangisan itu terdengar. Tangisan itu memang tidak terlalu keras, namun tangisannya cukup menarik perhatian Aksa. Aksa terus mendekati suara itu, hingga langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis yang duduk di sofa sedang menangis dengan wajah tertunduk juga dengan tangan yang menutup wajahnya. Bahu nya bergetar. Aksa terus memperhatikan gadis itu, ia seperti mengenalnya namun wajahnya tak terlihat jelas.

Aksa berniat mendekati untuk melangkah, namun langkahnya kembali saat ia merasa bahwa gadis itu tak ingin diganggu. Akhirnya, Aksa mengurungkan niatnya untuk menghampiri gadis itu dan kembali ke kelasnya.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nggapapa kak... Terimakasih sudah mampir dan memberi pertanyaan

05 Oct
Balas

Kak, ana mau nanya dong. Keana itu laki-laki atau perempuan ya kak?

05 Oct
Balas

Perempuan kak Shofiyah... Di paragraf pertama ada penjelasan kalau dia perempuan... terimakasih sudah membaca

05 Oct

Oh iyaa, hehe, tidak terlalu memperhatikan. Maaf, Kak

05 Oct



search

New Post