Tahapan dan Manfaat Apresiasi serta Pendekatan Apresiasi Prosa Fiksi Tahapan Apresiasi
LAPORAN BACAAN 1
APRESIASI PROSA
Tahapan dan Manfaat Apresiasi serta Pendekatan Apresiasi Prosa Fiksi Tahapan Apresiasi
Chintia(20016010)
A. Tahapan Apresiasi
S. Effendi dalam Suroto ( 1990:158) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
apresiasi terhadap karya sastra ialah sebuah upaya atau proses memahami, menikmati ,dan menghayati suatu karya sastra secara kritis yang memunculkan tumbuh penghargaan, pengertian, dan kepekaan pikiran kritis dan kepekaan pikiran yang baik terhadap sastra yang dihasilkan.
Apresiasi mempunyai tahapan-tahapan yang harus ditempuh guna mencapai taraf yang lebih baik. Tahap-tahap tersebut merupakan pedoman yang dapat dilakukan dalam rangka mencapai kemampuan apresiasi yang diharapkan. Untuk tercapainya tujuan pengajaran sastra pada tahap menetapkan penghargaan atau kesimpulan terhadap suatu karya seni, ada beberapa tahap-tahap tertentu yang harus dilewati terlebih dahulu. Tahap-tahap yang dimaksud tersebut menurut Dra. Maidar G. Arsyad dalam Suroto (1990:157) sebagai berikut :
1. Tahap 1
Tahap ini adalah tahap penikmatan. Pada tahap ini penikmat melakukan tindakan untuk melihat, membaca, menonton atau mendengarkan suatu karya seni atau sastra tersebut . Misalnya membaca novel atau Roman.
2. Tahap 2
Tahap ini adalah tahap penghargaan. Pada tahap ini penikmat melakukan tindakan manfaat, melihat kebaikan atau nilai karya seni atau sastra itu.
3. Tahap 3
Tahap ini adalah tahap pemahaman, di sini penikmat melakukan tindakan menganalisis, meneliti unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya, serta berusaha menyimpulkan kembali.
3
4. Tahap 4
Tahap ini adalah tahap penghayatan. Pada tahap ini pembaca akan menganalisis lebih lanjut karya sastra tersebut, mencari makna atau hakikat dari suatu karya sastra beserta argumentasinya, membuat penafsiran dan menyusun argumen berdasarkan analisis yang telah dibuat.
5. Tahap 5
Tahap ini adalah tahap implikasi atau penyerapan, dimana pembaca yang telah membacakan atau menikmati suatu karya sastra sangat mungkin untuk menimbulkan ide baru pada pembaca karya tersebut.
Demikianlah tahap-tahap yang harus dilalui dalam mencapai suatu tingkat apresiasi yang
sebenarnya. Tingkat pemahaman, tingkat penghayatan, dan tingkat implikasi merupakan tahapan yang harus dilalui dalam satu proses apresiasi terhadap suatu karya sastra.
B. Manfaat Apresiasi
Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat, Moody dan Leslie S (dalam Wardani, 1981)
mengemukakan manfaat apresiasi sastra :
1) Melatih keempat keterampilan berbhasa
2) Menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat,
agama, kebudayaan, dan sebagainya
3) Membantu mengembangkan kepribadian
4) Membantu pembentukan watak
5) Memberi kenyamanan
6) Meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.
Hal tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat apresiasi sastra, yaitu :
1) Nilai Personal, meliputi :
a. memberi kesenangan,
b. mengembangkan imajinasi,
c. memberi pengalaman yang dapat terhayati,
d. mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan,
4
e. menyajikan pengalaman yang bersifat emosional.
2) Nilai Pendidikan, meliputi :
a. membantu perkembangan bahasa,
b. meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca,
c. meningkatkan keterampilan menulis,
d. mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
C. PendekatanApresiasi
Penggunaan pendekatan dalam mengapresiasi karya sastra ditentukan oleh tujuan
apresiasi, proses apresiasi, dan landasan teori yang digunakan.
1. Pendekatan Parafrastis Dalam Apresiasi Sastra
Apresiasi sastra dengan pendekatan parafrastis dilakukan dengan jalan
mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang (dengan kalimat dan bahasa yang berbeda) guna memahami kandungan makna dalam karya sastra. Tujuan dari pendekatan parafrastis ialah menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat pengarang, sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang tersimpan dalam suatu karya sastra.
2. Pendekatan Emotif Dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang bertujuan menemukan unsur-
unsur emosi atau perasaan dalam suatu karya sastra. Unsur emosi dapat berupa keindahan penyajian bentuk, keindahan isi, ataupun kemenarikan gagasan.
3. Pendekatan Analistis Dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan analistis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan
pengarang, cara menampilkan dan mengimajinasikan gagasanya, sikap pengarang dalam mengambil gagasannya, serta elemen intrinsik dan mekanisme dalam karya sastra.
4. Pendekatan Histori Dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan historis menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang,
latar belakang peristiwa/sejarah yang melatarbelakangi terwujudnya karya sastra tersebut.
5
5. Pendekatan Sosiopsikologis Dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan ini berusaha memahami latarbelakang kehidupan sosial-budaya,
kehidupan masyarakat, dan sikap pengarang terhadap lingkungan pada zamannya.
6. Pendekatan Didaktis Dalam Apresiasi Sastra
Didaktis secara harafiah juga berarti mendidik. Oleh karenannya, pendekatan ini
berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif atau sikap pengarang terhadap kehidupan.
7. Pendekatan Emotif Dalam Apresiasi Sastra
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang berusaha memahami dan
menghayati unsur-unsur yang mampu memberikan ajukan emosi tersebut, pada dasarnya juga daya ekspresi pengerang dalam mengolah segala realita yang ada dalam kreasi penciptaan.
D. Hakikat Prosa
1. Pengertian Prosa
Kata prosa diambil dari bahasa Inggris, prose. Kata prose tidak hanya mencakup pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, tetapi juga karya non fiksi seperti artikel, esai, dan sebagainya. Prosa adalah karangan bebas yabg tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata dalam setiap baris, serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi.
J. Budhy Raharjo (1986:16) menyatakan bahwa prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat pada bentuk, irama dan sajak. Keindahan terletak pada gaya bahasa pengarang dan kata-kata mengalir tak terbatas, mencerminkan jiwanya dalam menyusun dan menyampaikan buah pikirannya. Plot cerita sepenuhnya berada dalam kemampuan pengarang merangkaikan kata, menjalin narasi dan percakapan.
Aminuddin (1985: 66) menyatakan bahwa istilah prosa fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga disebut dengan prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku- pelaku tertentu dengan pemeranananya, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
6
Fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan (tidak mengacu) pada kebenaran sejarah (Abrams, 1981:61). Istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan realitas (sesuatu yang benar ada dan terjadi didunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris). Benar tidaknya, ada tidaknya, dan dapat tidaknya, sesuatu yang dikemukakan dalam suatu karya yang dibuktikan secara empiris, inilah antara lain, yang membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah bersifat imajinatif, sedang pada karya nonfiksi bersifat faktual.
2. Pembagian Prosa
Berdasarkan pembagiannya, prosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) ProsaLama
Prosa lama adalah prosa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama Indonesia. Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul dan disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan.
Ciri-cirinya yaitu :
a. Statis, lamban perubahannya
b. Istana Sentris, bersifat kerajaan
c. Bersifat fantastis, bentuknya hikayat, dongeng
d. Di pengaruhi sastra Hindu dan Arab
e. Tidak ada pengarang atau anonim
Jenis-jenis Prosa lama yaitu :
a) Bidal
Bidal adalah cara berbicara menggunakan bahasa kias.
b) Hikayat
Hikayat adalah bentuk sastra lama yang berisikan cerita kehidupan para dewa-
dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib.
c) Sejarah / Tambo
Sejarah berasal dari bahasa arab “sajaratun” adalah suatu bentuk prosa lama yang
ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah.
d) Dongeng
7
Dongeng bercerita tentang suatu kejadian luar biasa yang besifat khayalan dari
pengarangnya.
e) Cerita Berbingkai
Cerita berbingkai adalah suatu cerita yang didalamnya terdapat cerita-cerita lagi
yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya.
f) Cerita-cerita Panji
Disebut juga hikayat yang berasal dari kesusastraan Jawa yang berkisah tentang empat kerajaan di pulau Jawa yaitu : kerajaan Jenggala, Kediri, Ngurawan dan Singosari. Contoh : Hikayat Panji Semirang dan Hikayat Dalang Indra Kusumah.
2) ProsaBaru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh
sastra atau budaya barat.
Ciri-ciri prosa baru :
a. Dinamis, perubahannya cepat
b. Rakyat Sentris, mengambil bahan dari rakyat sekitar
c. Realistis, bentuknya roman, novel, cerpen, drama, kisah, dsb.
d. Di pengaruhi sastra Barat
e. Nama pencipta selalu dicantumkan
Jenis-jenis prosa baru yaitu :
a) Roman
b) Novelet
c) Novel
d) Cerpen
e) Kisah
f) Biografi / Autoboigrafi
g) Kritik
h) Resensi
i) Drama
j) Esai dan Kritik
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar