Kompetensi penggunaan bahasa
LAPORAN MEMBACA
Dosen Pengampu : Dr.Abdurahman,M.Pd.
Nama :Chintia
NIM : 20016010
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Mata Kuliah : Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
PENDAHULUAN
Ellis menyebutkan, adanya 2 tipe pembelajaran bahasa yaitu tipe naturalistik dan tipe formal di dalam kelas. Pertama tipe naturalistik bersifat alamiah, tanpa guru dan tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat. Tipe kedua, yang bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan.Hipotesis-hipotesis Pembelajaran Bahasa yaitu,Hipotesis kesamaan antara B1 dan B2,Hipotesis kontrastif, dan Hipotesis Krashe.
Media pemeblajaran yang berbasis IT antara lain, Komputer, Overhead Projektor, Microform Reader, Teknologi Cetak, Audio Visual, Film Dan Video, Televisi.Teknologi pendidikan memiliki karakteristik tertentu yang sangat relavan bagi kepentingan pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan adanya, penyebaran informasi secara luas, merata, ceoat, seragam dan terintegrasi, dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan sistematis, menjadi partner guru, dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.Beberapa keuntungan pemanfaatan teknologi, Media teknologi pendidikan membuat pendidikan lebih produktif. Media teknologi pendidikan menunjang pengajaran individual. Media teknologi pendidikan membuat kegiatan pengajaran lebih ilmiah (scientific). Media teknologi pendidikan dapat membuat pengajaran lebih ‘powerful’. Media teknologi pendidikan dapat membuat kegiatan belajar mengajar lebih ‘immediate’. Media teknologi pendidikan dapat membuat percepatan pendidikan lebih ‘equal’.
PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Bahasa
A. Sejarah Pembelajaran Bahasa
Menurut Nurrhadi dalam sejarah perkembangannya ada empat tahap penting yang dapat diamati sejak 1880 sampai dasawarsa 80-an. Tahap pertama adalah periode antara 1880-1920. Pada tahap ini terjadi rekonstruksi bentuk-bentuk metode langsung yang pernah digunakan atau dikembangkan pada zaman Yunani dulu. Metode langsung yang pernah digunakan pada awal abad-abad Masehi direkonstruksi dan diterapkan di sekolah-sekolah. Selain itu, dikembangkan juga metode bunyi yang juga berasal dari Yunani.Tahap kedua adalah masa antara tahun 1920-1940. Pada masa ini di Amerika dan Kanada terbentuk forum belajar bahasa asing yang kemudian menghasilkan aplikasi metode-metode yang bersifat kompromi.
Tahap ini secara teori dibagi 4 periode, yaitu :
1.Periode 1940-1950, ditandai dengan lahirnya metode yang dikenal dengan nama American Army Method, yang lahir dari markas militer Amerika, untuk keperluan ekspansi perang. Pada periode ini dalam dunia linguistik muncul juga pendekatan baru yang disebut dengan nama pendekatan linguistik. Pendekatan ini merupakan imbas dari lahirnya pandangan strukturalis dalam bidang kebahasaan.
2.Periode 1950-1960, ditandai dengan munculnya metode audiolingual di Amerika dan metode audiovisual di Inggris dan Perancis, sebagai akibat langsung dari keberhasilan American Ermy Method. Metode audiovisual dan audiolingual ini lahir dari pandangan kaum behavioris dan akibat adanya penemuan alat-alat bantu belajar bahasa. Yang menjadi landasan adalah teori Stimulus-Responsnya B.F. Skinner.
3.Periode ketiga 1960-1970, merupakan awal runtuhnya metode audiolingual dan audiovisual, dan mulai populernya aalis kontrastif, yang berusaha mencari landasan teori dalam pengajaran bahasa.
4.Periode keempat 1970-1980, merupakan periode yang paling inovatif dalam pembelajaran bahasa kedua. Konsep dan hakikat belajar bahasa dirumuskan kembali, kemudian diarahkan pada pengembangan sebuah model pembelajaran yang efektif dan efisien yang dilandasi oleh teori yang kokoh.
B. Dua Tipe Pembelajaran Bahasa
Ellis menyebutkan adanya dua tipe pembelajaran bahasa yaitu tipe naturalistik dan tipe formal di dalam kelas. Pertama tipe naturalistik bersifat alamiah, tanpa guru dan tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat bilingual atau multilingual tipe naturalistik banyak dijumpai. Belajar bahasa menurut tipe naturalistik ini sama prosesnya dengan pemerolehan bahasa pertama yang berlangsungnya secara alamiah di dalam lingkungan keluarga atau lingkungan tempat tinggal.Kedua, yang bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan. Seharusnya hasil yang diperoleh secara formal dalam kelas ini jauh lebih baik daripada hasil secara naturalistik.
C. Hipotesis-hipotesis Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran bahasa sampai saat ini belum secara mantap bisa disebut sebagai teori karena belum teruji dengan mantap. Oleh karena itu, masih lebih umum disebut sebagai suatu hipotesis.
Di antara hipotesis-hipotesis itu yang perlu diketengahkan, yaitu :
1.Hipotesis kesamaan antara B1 dan B2
Hipotesis ini menyatakan adanya kesamaan dalam proses belajar B1 dan belajar B2. Kesamaan itu terletak pada urutan pemerolehan struktur bahasa, seperti modus interogasi, negasi dan morfem-morfem gramatikal.
2.Hipotesis kontrastif
Hipotesis ini dikembangkan oleh charles Fries dan Robert Lado. Hipotesis ini menyatakan bahwa kesalahan yang dibuat dalam belajar B2 adalah karena adanya perbedaan antara B1 dan B2. Sedangkan kemudahan dalam belajar B2 disebabkan oleh adanya kesamaan antara B1 dan B2. Jadi, adanya perbedaan antara B1 dan B2 akan menimbulkan kesulitan dalam belajar B2, yang mungkin juga akan menimbulkan kesalahan, sedangkan adanya persamaan antara B1 dan B2 akan menyebabkan terjadinya kemudahan dalam belajar B2.
3.Hipotesis Krashen
Berkenaan dengan proses pemerolehan bahasa, Stephen Krashen mengajukan sembilan buah hipotesis yang saling berkaitan. Kesembilan hipotesis itu adalah sebagai berikut ini :
●Hipotesis Pemerolehan dan Belajar
Pemerolehan adalah penguasaan suatu bahasa melalui cara bawah sadar atau alamiah dan terjadi tanpa kehendak yang terencana. Proses pemerolehan tidak melalui usaha belajar yang formal. Sebaliknya, yang dimaksud dengan belajar adalah usaha sadar untuk secara formal dan eksplisit menguasai bahasa yang dipelajari, terutama yang berkenaan dengan kaidah-kaidah bahasa. Belajar terutama terjadi atau berlangsung dalam kelas.
●Hipotesis Urutan Alamiah
Proses pemerolehan bahasa kanak-kanak memperoleh unsur-unsur bahasa menurut urutan tertentu yang dapat diprediksikan. Urutan ini bersifat alamiah.
●Hipotesis Monitor
Hipotesis monitor menyatakan adanya hubungan antara proses sadar dalam pemerolehan bahasa. Proses sadar menghasilkan hasil belajar dan proses bawah sadar menghasilkan pemerolehan. Semua kaidah tata bahasa yang kita hafalkan tidak selalu membantu kelancaran dalam berbicara. Kaidah tata bahasa yang kita kuasai ini hanya berfungsi sebagai monitor saja dalam pelaksanaan berbahasa.
●Hipotesis Masukan
Hipotesis ini menyatakan bahwa seseorang menguasai bahasa melalui masukan yang dapat dipahami yaitu dengan memusatkan perhatian pada pesan atau isi, dan bukannya pada bentuk. Hal ini berlaku bagi semua orang dewasa maupun kanak-kanak, yang sedang belajar bahasa.
●Hipotesis Afektif (Sikap)
Orang dengan kepribadian dan motivasi tertentu dapat memperoleh bahasa kedua dengan lebih baikdibandingkan orang dengan kepribadian dan sikap yang lain. Sesorang dengan kepribadian terbuka dan hangat akan lebih berhasil dalam belajar bahasa kedua dibandinhkan dengan orang dengan kepribadian yang agak tertutup.
●Hipotesis Pembawaan (Bakat)
Bakat bahasa mempunyai hubungan yang jelas dengan keberhasilan belajar bahasa kedua. Krashen menyatakan bahwa sikap secara langsung berhubungan dengan pemerolehan bahasa kedua, sedangkan bakat berhubungan dengan belajar.
●Hipotesis Filter Afektif
Sebuah filter yang bersifat afektif dapat menahan masukan sehingga seseorang tidak atau kurang berhasil dalam usahanya untuk memperoleh bahasa kedua. Filter itu dapat berupa kepercayaan diri yang kurang, situasi yang menegangkan, sikap defensif, dan sebagainya, yang dapat mengurangi kesempatan bagi masukan untuk masuk ke dalam sistem bahasa yang dimiliki seseorang.
●Hipotesis Bahasa Pertama
Bahasa pertama anak akan digunakan untuk mengawali ucapan dalam bahasa kedua, selagi penguasaan bahasa kedua belum tampak. Jika seorang anak pada tahap permulaan belajar bahasa kedua dipaksa untuk menggunakan atau berbicara dalam bahasa kedua, maka dia akan menggunakan kosa kata dan aturan tata bahasa pertamanya.
●Hipotesis Variasi Individual Penggunaan Monitor
Hipotesis ini, yang berkaitan dengan hipotesis ketiga, menyatakan bahwa cara seseorang memonitor penggunaan bahasa yang dipelajarinya ternyata bervariasi.
4.Hipotesis Bahasa-Antara
Bahasa antara adalah bahasa ujaran atau ujaran yang digunakan seseorang yang sedang belajar bahasa kedua pada satu tahap tertentu, sewaktu dia belum dapat menguasai dengan baik dan sempurna bahasa kedua itu. Bahasa antara ini memiliki ciri bahasa pertama dan ciri bahasa kedua. Bahasa ini bersifat khas dan mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak sama dengan bahasa pertama dan bahasa kedua. Bahasa antara ini merupakan produk dari strategi sesorang dalam belajar bahasa kedua.
5.Hipotesis Pijinisasi
Dalam proses belajar bahasa kedua, bisa saja selain terbentuknya bahasa antara terbentukjuga yang disebut bahasa pijin, yakni sejenis bahasa yang digunakan oleh satu kelompok masyarakat dalam wilayah tertentu yang berada di dalam dua bahasa tertentu.
2. Media IT
A. Media Pembelajaran Yang Berbasis IT
Berikut ini adalah beberapa media yang diguanakan untuk proses pembelajaran yaitu:
1.Overhead Projektor
Dalam kelompok peralatan proyeksi, OHP adalah peralatan yang paling sederhana. Karena peralatan ini hanya menggunakan sistem optik dan elektrik. Overhead projector berfungsi untuk memproyeksikan transparansi.
2.Microform Reader
Microform reader ini adalah peralatan untuk memnaca bahan-bahan yang disimpan pada film dalam bentuk mikro. Ada dua bentuk film yang digunakan, yaitu berbentuk gulungan disebut ‘micro film’.
3.Komputer
Teknologi berbasis komputer merupakan cara menghsailkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh teknologi berbasis komputer dengan yang dihasilkan dari dua teknologi lainnya adalah karena informasi/ materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya teknologi berbasis komputer menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa. Berbagai jenis aplikasi teknologi bebasis komputer dalam pengajaran umumnya dikenal sebagai computer-assisted instruction.
4.Teknologi Cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto atau representasi fotodrafik dan reproduksi. Materi cetak dan visual merupakan dasar pengembangan dan penggunaan kebanyakan materi pengajaran lainnya. Teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak. Dua komponen pokok teknologi ini adalah materi teks verbal dan materi visual yang dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan persepsi visual, membaca, memproses informasi, dan teori belajar.
5.Audio Visual
Teknologi berbasis audio visual cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.
6.Film dan Video
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suatu alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan.
7.Televisi
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit.Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujan pengajarantertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik.
B. Karakteristik Dari Media Pembelajaran Yang Berbasis IT
Upaya yang dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan itu adalah dengan jalan memanfaatkan teknologi pendidikan atau mengelola pendidikan, khususnya proses belajar melalui pendekatan teknologis. Teknologi pendidikan memiliki karakteristik tertentu yang sangat relavan bagi kepentingan pendidikan.
Teknologi pendidikan memungkinkan adanya:
1.Penyebaran informasi secara luas, merata, cepat, seragam dan terintegrasi, sehingga dengan demikian pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud,
2.Teknologi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan sistematis serta mampu melengkapi, menunjang, memperjelas konsep-konsep, prinsip-prinsip atau proposi materi pelajaran,
3.Teknonologi pendidikan menjadi partner guru dalam rangka mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, efesien dan produktif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan anak didik,
4.Teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dapat menyajikan materi secara lebih menarik, lebih-lebih jika disertai dengan kemampuan memanfaatkannya.
C. Keuntungan dari Pemanfaatan Media Pembelajaran yang berbasis IT
Teknologi pendidikan sebagai bagian integral dari kegiatan pendidikan memerlukan upaya manusia yang bersifat menyeluruh. Karena dia hanya merupakan bagian dari upaya pendidikan, berarti upaya memanfaatkan media teknologi pendidikan dan mengkaji kegiatan mengajar dan belajar berdasarkan pendekatan teknologis memerlukan keterampilan tersendiri. Upaya pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bermutu secara kuantitatif, ini bukanlah aktifitas sederhana. Salah satu upaya yang mungkin dilakukan adalah dengan jalan memanfaatkan teknologi pendidikan dalam rangka efektifitas dan efesiensi manajemen pendidikan.
Adapun beberapa keuntungan yang dimaksud adalah sebagai berikut ini:
1.Media teknologi pendidikan membuat pendidikan lebih produktif.
Media teknologi pendidikan telah menunjukkan kemampuannya dalam meningkatkan ‘rate’ belajar. Dia meningkatkan bagi guru untuk memanfaatkan waktu secara efektif dan efesiensi, dapat menjauhkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu, yang kurang menunjang, seperti tugas-tugas administratif atau pekerjaan rutin yang berlebihan dalam rangka tranformasi informasi.
2.Media teknologi pendidikan menunjang pengajaran individual dalam kegiatan pengajaran.
Teknologi pendidikan dapat diterapkan melalui berbagai cara dalam rangka belajar. Kombinasi integratif antara guru, siswa, materi, ruang dan waktu dapat membuat belajar berada dalam kondisi sebenarnya. Teknologi pendidikan memungkinkan siswa untuk dapat menemukan arah diri menurut kemampuan yang ia miliki.
3.Media teknologi pendidikan membuat kegiatan pengajaran lebih ilmiah.
Teknologi pendidikan memmungkinkan guru dan siswa menciptakan rangkaian kerja yang sesuai dengan tujan belajar mengajar, memberi kemudahan kepada anak untuk mengetahui apa yang sebenarnya harus ia pahami. Penelitian, dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun, sangat penting untuk mereinforcement kegiatan belajar, asalkan ia ditempatkan pada bagian yang integral. Teknologi pendidikan memiliki fungsi tertentu tidak hanya sekedar ‘guide’ penelitian untuk menjawab sejumlah pertanyaan, akan tetapi menganggap penelitian satu tahapan yang harus dicapai oleh lembaga pendidikan.
4.Media teknologi pendidikan dapat membuat pengajaran lebih ‘powerful’.
Kontak-komonikasi antar-individu yang ditunjang oleh teknologi dapat memberi nilai tambah dan kemampuan komonikasi tertentu. Media teknologi dapat menimbulkan suatu objek tak terwujud ke dalam realita atau mendekati realita, memberi kemantapan dan percepata pemahaman siswa, menata waktu secara efektir dan efesien, mereduksi ukuran-ukuran suatu objek atau menyederhanakan suatu peristiwa tertentu.
5.Media teknologi pendidikan dapat membuat kegiatan belajar mengajar lebih ‘immediate’.
Teknologi pendidikan dilukiskan sebagai jembatan antara dunia luar (world outside) dengan dunia dalam sekolah. Melalui televisi, film dan media lainnya, kurikulum dapat digarap secara dinamis. Pengetahuan dan realitas mudah didapat, demikian juga pemahaman terhadap berbagai materi pelajaran. Teknologi pengajaran yang diterapkan secara sistematis sesuai dengan realita yang ada dapat membuat aktivitas belajar memperoleh hasil langsung dan ‘rute’ pengetahuan dan pengalaman siswa menjadi lebih berarti.
6.Media teknologi pendidikan dapat membuat percepatan pendidikan lebih ‘equal’.
Equal acces untuk memperkaya kegiatan pendidikan yang tidak mungkin ada tanpa sumber-sumber teknologi. Melalui televisi kita dapat menyaksikan seorang bintang film yang ada di “seberang sana”, atau menyaksikan depat tv antara Reagan dan Mondale.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguitik. Jakarta : Rineka Cipta.
Tarigan.1990.Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1.
Atmazaki. 2013. Mengungkap Masa Depan: Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Konteks Pengembangan Karakter Cerdas. Makalah. Padang: UNP
Dirjen Pendik Kemendikbud. 2014. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Melalui Pendekatan Saintifik. Jakarta: Dirjen Pendik.
Mahsun. 2014. Teks Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slamet. 2007. Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UPT.
Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan
Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas
Padmono, H.Y. 2011. Media Pembelajaran. Surakarta: FKIP UNS
Sadiman,Arief S dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom dikbud dan PT
RajaGrafindo Persada
Sudjana,Nana dan Ahmad Rivai. Media Pengajaran. Cetakan ke delapan 2009.
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Henry Guntur Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung. Angkasa Bandung
Arifin, Zainal Dan Adhi Setiyawan. 2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif Dengan ICT. Yogyakarta: PT Skripta Media Creative
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Danim, Sudarwan. 2012 .Media Komonikasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
https://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/.Diunduh pada 19 Desember 2020
https://singgihcongol.wordpress.com/artikel-2/pembelajaran-berbasis-it/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/pengantar-teknologi-nformasi/pengertian-teknologi-informasi-dan-sistem-informasi
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar