IBUKU PENYEMANGATKU
Tak terbayang jerih payah ibu untukku. Selama sembilan bulan aku berada dalam rahimnya. Mungkin dia merasakan sakit, mual dan pusing. Tapi semua tidak dirasakannya. Dia ikhlas menjalani semua keadaan itu. Ibu rela mempertaruhkan jiwa dan raganya saat melahirkanku. Sebuah perjuangan yang sangat luar biasa mengantarkan aku menikmati kehidupan di dunia ini. Dia juga harus merawat dan menjagaku setiap waktu. Asupan makanan bergizi secara teratur diberikan padaku. Saat aku menangis, dia menggendong dan menghiburku. Sampai saat aku besar seperti sekarang ini, ibu tetap menghiburku dari kesedihan. Ibu tempatku mengadu. Dia mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat aku bercerita padanya. Tak pernah kudengar dia mengeluh. Letih dan lesu dia jalani dalam membesarkanku. Padahal aku sering membuatnya kecewa. Nasihat-nasihatnya kadang kuabaikan. Tapi dia begitu sabar mendidikku. Dia benar-benar memahami apa yang kulakukan.
Ibu menginginkan aku kelak menjadi orang yang sukses dan berguna bagi orang lain. Bagiku ibu adalah wanita terbaik sedunia. Dia selalu ada untukku. Dia selalu mendukungku ketika mengikuti lomba. Walaupun terkadang aku kalah tapi ibu selalu menyemangatiku. Dia tetap bangga meski jarang sekali aku menjadi yang terbaik. “Bagiku kamu tetap yang terbaik. Peringkat 1, 2 , 3 atau berapapun bagiku tidak penting. Yang ibu inginkan, kamu harus tetap semangat untuk meraih masa depanmu.”
Kata-kata itulah yang selalu melekat dalam pikiranku. Kata itu juga yang membuatku lebih semangat untuk berprestasi. Dia selalu mengingatkan aku untuk lebih giat dalam belajar. Karena hanya dengan belajar keiinginanku untuk berprestasi akan tercapai.
Saat aku sakit, dia dengan ikhlas merawatku. Dia menyuapi dan meminumkan obat padaku. Dia menyeka keringat yang membasahi tubuhku. Dia menemani tidur di sebelahku. Ini merupakan pengorbanan yang tak mungkin kubalas. Dia bercerita tentang hal-hal yang membuatku terhibur. Terkadang ceritanya membuat aku tertawa cekikikan sampai perutku sakit.
Ibu selalu mengajariku bersikap sopan kepada setiap orang. Saling menghargai sesama teman selalu dia tanamkan kepadaku. Menghindari sikap yang merugikan orang lain selalu dia nasihatkan kepadaku.
Aku akan berusaha membuatmu bahagia. Aku ingin kau bangga memiliki anak sepertiku. Seperti pada bulan november yang lalu. Kau begitu bangga saat tulisanku dinyatakan sebagai salah satu pemenang dalam lomba menulis bulanan di Media Guru Indonesia. Kau pasang status di WA. “Aku bangga padamu, nak.” Sebuah ungkapan ketulusan dari hatimu yang paling dalam. Tak terasa air mata menetes saat kau memelukku saat itu. Dan kulihat juga kau menangis sambil memelukku erat-erat.
Terima kasih ibu,, kau telah membesarkan dan menjagaku sampai sekarang. Maafkanlah aku yang sering menyakitimu. Ibu, sungguh mulia hatimu. Cinta dan kasihmu akan selalu kusimpan dalam hati. Ibu, kaulah penyemangat hidupku.
PROFIL PENULIS
Chika Nanda Febrio lahir di Pamekasan 01 Februari 2010. Siswa kelas 6 SDN Montok I Kecamatan Larangan Pamekasan ini bercita-cita menjadi seorang penulis. Dia bisa dihubungi alamat email : [email protected] dan nomor WA : 082338119986
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar