Chika Aurelia Hamid

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru, Dorongan Hati Bukan Pekerjaan Materi

Guru, Dorongan Hati Bukan Pekerjaan Materi

“Mengajar adalah panggilan hati, tak berorientasi materi, mengabdi sebagai wujud bakti, bagi Ibu Pertiwi.“

~ Chika Aurelia Hamid ~

Guru, Dorongan Hati Bukan Pekerjaan Materi

Menjadi guru adalah panggilan dan dorongan hati, untuk berkontribusi memberikan sesuatu yang berarti. Seringkali profesi ini dipandang sebelah mata, karena dianggap tak bernilai materi. Sejatinya, guru memiliki peranan penting dalam membangun sebuah peradaban. Mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun generasi cendikia. Sayangnya, besar jasa dan pengabdian guru ini seringkali terabaikan dan diacuhkan hanya karena pendapatan atau penghasilan yang tak seberapa. Banyak di antara kita, yang malu dan enggan menggeluti profesi ini hanya karena takut dengan pandangan orang terhadap apa yang kita lakukan tersebut. Sedangkan, jauh dalam hati kecilnya, kita semua mengakui bahwa guru adalah profesi mulia yang menciptakan berbagai orang-orang hebat.

Bercermin dengan keadaan sekarang, seringkali guru terlupa dengan sebuah tugas mulia yang diembannya. Tak hanya mengajar, guru pun harus mampu menjadi teladan terbaik bagi anak didiknya. Tugas mulia guru sebenarnya bukanlah mendidik anak menjadi cerdas, tetapi bagaimana mendidik dan membimbing anak menjadi cerdas dan berakhlak. Itulah yang menjadi tujuan utama pendidikan melalui peran besar seorang guru di dalamnya.

Seharusnya kita tidak perlu malu untuk menjadi guru atau menggeluti profesi tersebut. Karena kitalah yang akan membangun bangsa ini. Gaya hidup hedonis telah melunturkan nilai – nilai humanis sehingga menyebabkan perasaan malu untuk melakukan tugas mulia hanya karena dianggap tak bernilai materi.

Hakikatnya, kebahagiaan bukanlah terukur dari seberapa besar penghasilan kita, banyaknya kekayaan yang dimiliki, melainkan apa yang dapat kita berikan untuk sekitar, bagaimana kita menggunakan waktu yang singkat ini untuk menebar kebaikan dan manfaat yang kelak menjadi tabungan abadi untuk kehidupan kita yang sesungguhnya.

***

Walaupun harus dengan keterpaksaan, akhirnya aku pun menuruti saran dari temanku, yaitu mencoba menjadi guru.

“Ternyata lulus sarjana dan mendapat predikat cum laude tak menjamin kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Buktinya, aku masih harus ke sana kemari bersusah payah mencari dan menunggu panggilan kerja” Keluh Ratih kepada Nur temannya.

“Apa salahnya kau mencoba melamar menjadi guru di sekolah yang tak jauh dari rumahmu. Barangkali sekolah tersebut bisa menerimamu, yang penting kau sudah ada pegangan pekerjaan.” Jawab Nur mencoba menasihati Ratih agar mencoba bekerja sebagai guru.

“Tetapi bagaimanapun aku tidak pernah berkeinginan untuk menjadi guru. Bagaimana aku melakukan pekerjaan yang aku sendiri tidak mencintainya.” Bantah Ratih terhadap saran yang diberikan oleh Nur.

“Aku tidak memaksamu untuk menjadi guru. Tetapi apa salahnya untuk kau mencoba lebih dulu. Daripada kau terus – menerus berkelana mencari pekerjaan yang belum pasti.” Pungkas Nur mengakhiri perbincangannya dengan Ratih.

Ratih pun kembali merenung dan berpikir mengenai pembicaraannya dengan Nur sore tadi. Apakah ia harus mencoba pekerjaan yang sebenarnya tak pernah dicitakannya sejak kecil? Apa ia harus mengambil langkah ini sebagai sebuah keputusan karena tidak ada pilihan lain yang dapat diambil? Berdialog dengan diri sendiri untuk mencoba mempertimbangkan dengan matang. Akhirnya ia pun membulatkan keputusannya, untuk mencoba melamar sebagai seorang guru.

Pekerjaan yang tak pernah terbersit dalam benakku sebelumnya, akhirnya aku harus menggelutinya. Mau tidak mau, suka tidak suka. Jika aku tidak begini, bagaimana aku bisa bertahan hidup, apa kata teman dan keluarga jika mereka terus bertanya mengenai pekerjaanku, dan berapa penghasilanku. Sebetulnya baru 1 bulan aku lulus kuliah dan menyandang gelar sebagai seorang sarjana. Beruntung saat wisuda kemarin, aku berhasil meraih cum laude. Berbeda dengan temanku yang lain, mereka sudah bisa menikmati dunia kerja dan cita – cita yang tercapai sesuai keinginan. Tidak sepertiku yang masih ke sana kemari mencari pekerjaan, yang ternyata tak semudah yang dibayangkan.

Akhirnya aku pun mencoba melamar sebagai guru ke suatu sekolah swasta. Setelah melalui beberapa tes dan seleksi, akhirnya aku resmi menjadi guru di sekolah tersebut. Meskipun harus menahan egoku, akhirnya aku mencoba untuk menjalani pekerjaan baruku, yaitu sebagai seorang guru. Dengan secercah harapan bahwa aku pasti akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan sesuai dengan apa yang aku citakan.

Langkahku terasa kian berat saat aku akan mulai mengajar, melangkah memasuki ruang kelas, dan menyapa murid-muridku yang akan menjadi dunia baruku.

“ Mengapa aku begitu ragu untuk melangkah, seolah sekujur tubuhku kaku tak bisa bergerak. Badanku gemetar, peluh bercucuran tanpa henti, membanjiri seluruh tubuhku yang begitu berkeringat dingin. Seakan terjadi penolakan besar dalam tubuhku, untuk aku melangkah maju, memulai duniaku yang baru, merintis karierku dengan menjadi seorang guru. “ Gumamku dalam hati saat di koridor menuju ruang kelas.

Pernahkah kalian bayangkan, bagaimana rasanya melakukan pekerjaan yang sama sekali tidak kalian inginkan dan sukai, melakukan sesuatu karena terpaksa, karena tidak ada pilihan lain yang dapat diambil. Mengapa sulitnya mendapat pekerjaan yang diinginkan layaknya mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Dengan segala kelemahan, akhirnya aku menyerah dengan keadaan. Aku terima dan nikmati semua ini, sembari menunggu waktu yang tepat untuk segera pindah ke pekerjaan yang aku inginkan.

Setelah memberanikan diri memasuki ruang kelas, sempat terbersit di pikiranku mengenai tanggapan anak didikku terhadapku, gaya mengajarku, hingga kemampuanku dalam mengajar.

Aku dapat membaca jelas bagaimana raut wajah mereka ketika pertama kali melihat dan menatap mataku. Terlihat jelas bahwa mereka begitu segan juga sedikit meragukanku. Namun aku berusaha untuk tak terbawa suasana, dan mencoba menjalankan kewajibanku sebagaimana guru pada umumnya.

Seiring berjalannya waktu, entah mengapa aku mulai menikmati dan menjiwai pekerjaan itu, seakan aku jatuh cinta dengan sebuah profesi mulia bernama "GURU" . Rasanya aku benar-benar tak ingin melepas pekerjaanku ini, aku begitu menyesal karena pernah memandangnya sebelah mata.

Tak terasa, sudah sebulan aku bekerja. Merajut kisah, menikmati berbagai suka, duka, canda, dan tawa yang memberi warna baru dalam kehidupan juga hari-hariku. Sekarang tibalah waktu yang selama ini begitu aku nantikan. Bahkan mungkin tak hanya aku saja yang menantinya, tetapi rekan guru dan para pekerja lainnnya.

“Hari ini adalah saat yang kita nantikan bersama. Tak terasa sekarang tiba waktunya.” Terdengar suara Bapak Ngadiman yang begitu mengagetkanku

Aku pun tak bisa menyembunyikan kebahagiaanku, karena tak terasa sebulan sudah aku mencintai pekerjaan baruku, menjadi seorang guru. Meskipun awalnya karena terpaksa, akhirnya aku pun jatuh cinta. Apalagi hari ini waktu yang dinantikan itu tiba. Saatnya aku menerima gaji pertamaku.

Bahagia yang tak tertahankan ini pun, membuatku berpikir untuk menjawab celetukan Bapak Ngadiman, “Ya betul sekali Pak. Akhirnya sekarang saatnya kita menerima gajian. Atas pekerjaan yang sudah dilakukan selama satu bulan kemarin.”

Hari ini adalah saatnya kami untuk menerima gaji atas pekerjaan yang telah dilakukan. Menyampaikan materi, melaksanakan berbagai ujian, melakukan rekap nilai, dan sebagainya.

Betapa terkejutnya aku, ketika membuka amplop gaji pertamaku. Bayaran atas apa yang telah aku berikan untuk anak didikku selama sebulan aku bekerja dan mengajar mereka. Semuanya jauh di luar dugaanku. Niatku yang ingin segera pulang dan menceritakan semuanya kepada orang tuaku pun menjadi kandas.

“ Bagaimana mungkin, pekerjaan semulia dengan guru. Hanya dibayar dengan gaji yang tak pantas. Yang tak seharusnya diterima oleh aku dan rekan – rekan lainnya. Yang tidak sama sekali sebanding dengan perjuangan dan apa yang telah kita berikan, tak hanya dalam mengajar, tetapi juga atas apa yang telah kita berikan untuk sekolah.” Amarahku yang tak tertahankan seakan meluap menguasai diriku.

Aku pun lepas kendali dan kembali berserah dengan keadaan. Rasanya aku ingin menyerah, ke luar dari masa sulit ini. Tak ingin kurasakan pekerjaan ini lagi. Apa yang kudapat tidaklah sesuai dengan apa yang mereka dapat, sekolah dan anak didikku. Tanpa guru, tanpa profesi yang sedang kujalani kini, bagaimana sekolah ini bisa maju.

“Berkorban waktu, tenaga, juga pikiran yang menyita begitu banyak hal. Seringkali aku kehilangan waktu untuk diriku sendiri, walau hanya sekadar bergurau atau berbincang hangat dengan teman dan keluarga, karena kesibukanku mengajar dan menyusun berbagai program sekolah. “ Emosiku yang semakin tak terkendali semakin menguasai diriku.

Apa yang akan aku katakan pada mereka, bahkan untuk sekadar menelan air liur pun aku tak mampu. Bagaimana mungkin pekerjaan semulia guru dihargai dengan hal yang tidak setimpal. Aku tidak terima.

Kembali aku berpikir untuk berhenti dari pekerjaan yang sebenarnya sudah mulai aku cintai. Hanya karena gaji yang tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Di saat aku kembali jatuh dan ingin menyerah. Saat ini pulalah yang menyadarkanku akan satu hal, bahwa guru bukanlah pekerjaan yang berorientasi pada materi. Karena guru adalah sebuah dorongan hati, mengabdi sebagai wujud bakti, bagi Ibu Pertiwi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa. Sangat menyentuh

10 May
Balas

Terima kasih banyak Kak

10 May

Luar biasa Dek..sangaat menyentuh

10 May
Balas

Terima kasih banyak kak

11 May



search

New Post