Ch. 2: Weird
Pagi hari telah tiba, matahari bersinar terik, Cashile dan Auristella masih tidur nyenyak dikamarnya. “Yahoo, waktunya bangun~”, seru sang ibu sambil membuka hordeng kamar. “Bunda…”, gumam kecil Auristella sambal meregangkan tubuhnya dan berjalan ke kamar mandi. Auristella mulai mencuci wajahnya dan menggosok giginya lalu mandi, Cashile juga mandi di kamar mandi yang berbeda namun anehnya akhir akhir ini Cashile sangat sunyi, bahkan lebih tenang dari hari hari biasanya.
Waktunya sarapan, Cashile memakan sarapannya dengan lahap dan lengsung mencuci piring dan berjalan ke perpustakaan yang ada di rumahnya, “Nak, kenapa tidak pakai gaun milikmu? Di desa ini wajib loh~”, ujar sang ayah dengan kekeh-an pelan. Cashile menengok dengan mata lesunya dan langsung berjalan kekamar tidur dan memilih gaun yang cocok untuk dirinya, Cashile keluar dengan bando hitam, gaun biru muda dan sepatu hitam, kaus kaki berwarna putih sepanjang lutut. Rambutnya yang satu ia ikat dan sisanya digerai. “aku izin ke perpustakaan ya mah, yah.”, ujar Cashile datar. Auristella tahu apa yang membuat Cashile lebih sunyi, mungkin karena kejadian kemarin, namun Auristella hanya tetap diam dan berpura-pura tidak tahu juga.
Auristella masuk ke dalam perpustakaan, melihat sosok sang adik yang terlihat indah duduk di atas kursi dan disekitarnya terdapat banyak buku-buku bertumpukan, “Baca apa dek?”, tanya Auris membuka kesepian di perpustakaan. “Cara keluar dari dunia aneh ini!”, jawab Cashile santai, “gak mungkin, kalau seandainya mungkin…ya harusnya ada sisa sisa jejak dong?”, ujar Auristella. “kakak bodoh atau bagaimana?! Kalau ada sisa jejak..MAKA MEREKA TAHU?! Mengerti?”, ujar Cashile dengan nada agak membentak disela-sela pembincangan.
2 jam berlalu.., mereka belum menemukan petunjuk apa apa, Cashile mengacak-acak rambutnya dan bernapas kasar. “RIBET”, seru Cashile, “belajarnya seru tuh, kami izin berkerja dulu ya, jaga rumah oke?”, ujar sang ibu yang seketika ada di belakang Auristella sambil mengelus surai Auristella dan surai Cashile. “hmn!. Gak masalah mah.”, jawab Cashile.
“Kak, ayo kita menggali informasi lebih di perpustakaan dekat rumah!”, ujar Cashile sambil menggenggam tangan Auristella, sedangkan Auristella sendiri tidak terlalu memperhatikkan Cashile. “Cash, lihat kupu-kupu!, sayapnya merah semua indahnya~”, ujar Auristella sambil mengulurkan 1 tangannya, kupu-kupu itu hinggap di jari milik Auristella. “kakak, ayok!”, seru Cashile yang membuat perhatian Auristella terhadap kupu-kupu itu kacau, “Ehmn, ayo!, kakak siap siap dulu ya!”.
“Perpustakaan Rōzu”. Kira-kira itulah sebuah tanda yang tercantum diatas pintu masuk lalu dikaca tertempelkan kertas dengan tulisan “Open” atau biasa kita ketahui artinya adalah ‘Buka’, Auristella melangkahkan kakinya ke atas lantai secara perlahan masih dibuat bingung karena dari depan hanya ada 1 lantai namun saat masuk terdapat 3 tingkat rak buku. Cashile hanya menatap datar perpustakaan ini dan langsung berjalan kesana kemari mencari buku yang dapat berguna bila dipinjam ataupun dibaca, Auristella yang tadi melamun karena terpesona langsung menampar wajahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mulai berjalan mencari buku bersama Cashile.
Cashile berjalan-jalan keliling perpustakaan dan menemukan 50 buku tipis yang berbeda-beda judul namun penulisnya sama, “Buat apa dek? Apa memang fungsinya?”, tanya Auristella dengan nada kecil. “bukunya beda tapi pengarangnya sama kak!, dan ada catatan kecil di setiap bukunya setelah aku rangkai-rangkai kurang banyak kata jadi aku berpikir bahwa mungkinkah di buku ini ada catatan itu?”, jelas Cashile panjang lebar.
Saat Cashile hendak melanjutkan pendapatnya terdengar suara langkah kaki besar, Cashile dan Auristella langsung menatap ke sumber suara, “Cashile ayo lewat pojokan, mahluk itu pasti akan lewat tengah!”, ajak Auris dengan suara kecil khawatir ‘mahluk’ itu mendengarnya.
Di saat mendekati pintu Cashile dapat melihat ‘mahluk’ itu, dia (Cashile) langsung menarik lengan Auris dan menunjuk tunjuk ke arah ‘mahluk’ itu, Auris melotot setelah melihat ‘mahluk’ itu dan langsung menarik tangan Cashile dan keluar dari perpustakaan itu. Mereka langsung berlari ke arah rumah dan mengkunci pintu rumah lalu langsung naik ke lantai atas dan masuk ke kamar mereka.
“GURITA!, MONSTER GURITA!”, seru Cashile dengan keringat di sekujur tubuhnya dan air mata yang membanjiri matanya, Auris juga melihat hal itu dan itu bukan gurita namun siapapun yang melihatnya akan ber-reaksi sama seperti mereka, tempat dimana harusnya ada mata namun itu bolong dan berdarah mulutnya seperti di kuncir dan juga tangannya seperti sedotan dengan darah dimana-mana.
Auristella mencoba menenangi dirinya, dia menarik napas dan mengeluarkan napasnya itu sambil menutup matanya, saat ia buka matanya seketika Auris terbelalak melihat tangan kiri Cashile yang bengkak ungu, “TANGANMU!”, seru Auristella. Cashile memiringkan kepalanya dan mengangkat tangan kirinya, “H-HAH?!”, teriak Cashile ketakutan, Cashile mencoba mengelus-elus tangan kirinya dan seketika sebelum disentuh bengkak-an ungu itu sudah lenyap dari tangannya.
“halusinasi..?”
“TINNN TINN”, suara klakson mobil membuat kedua putri kelaurga verflucht terbangun dari lamunannya, “itu bunda dan ayah, ayo sembunyikan bukunya!”, ujar Auristella sambil mulai merapihkan buku bukunya. Auristella dan Cashile menuruni tangga dan berlari ke depan pintu lalu mendapati Ibunya dan Ayahnya tentunya dengan aura berbeda, ibunya dengan luka bekas jahitan berbentuk horizontal di keningnya dan juga sang ayah dengan satu mata tambahan di bawah mata bagian kiri dan luka di bibirnya.
Auristella mencoba agar tidak terlihat tegang dan berusaha tersenyum se-normal mungkin, “Selamat datang!”, seru Auris sambil tersenyum riang dan juga Cashile yang berlari langsung memeluk ibundanya. ‘aku..t-takut..., Cashile tenang..kita akan segera pergi ke dunia asli kita’ batin Cashile, lalu Cashile menghela napas dan langsung tersenyum “Mah, Yah, aku sama kakak mau mainan di kamar dulu ya!, kalau sudah makan malam bilang, oke?”, ujar Cashile dengan efek bunga bunga disekitarnya, ibunda Cashile dan Auristella hanya terkekeh dan mengangguk-anggukan kepalanya. “Ayo kak!”, ajak Cashile sambil mengulurkan tangannya, “hmn!”, balas Auris.
“GILA, KITA LAKIK BANGET!! GAK TERBATA-BATA ATAUPUN KAYAK, BAGAIMANA YA?!”, teriak Cashile bangga, Auris juga tersenyum senang karena mereka panik namun akting mereka sangat bagus dan sempurna. Di saat asyik-asyik berbahagia kupu-kupu merah yang tadi datang di perpustakaan di dalam rumah datang kembali, “eeh? Kupu-kupu ini lagi?, ada apa?”, bisik Auristella sambil tersenyum manis, “hati-hati”, Auristella terkejut dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Mana ada kupu-kupu berbicara, pasti Auris hanya berhalusinasi karena lelah, “MAKAN MALAM SUDAH SIAP!”, teriak sang ibu dari dapur, “BAIK BUN”. saut Auristella.
Auris dan Cashile berjalan menuruni tangga lalu ke ruang makan, terdapat banyak aneka jenis makanan di atas meja makan. “UWAHHHH”, seru Cashile terpukau, “hahaha, ayo duduk. Mari makan!”, ujar sang ibu sambil tersenyum. Mereka mulai memakan santapan malam mereka, tak ada yang aneh dari makanan ini secara fisik dan setelah di cicip sedikit juga tidak terlalu berbahaya, setelah merasa aman mereka mulai menyantap beberapa makanan, Cashile makan sangat lahap dan juga dengan senyumannya itu.
“OHOK!”, Bellona (sang Ibu) sepertinya tersedak dia berjalan menuju wastafel dan memuntahkan..DARAH?!, “Sayang?!”, teriak sang ayah sambil panik dan mendekti istrinya itu, Auris menutup mulutnya karena kaget akan sangat banyaknya darah yang dimuntah kan oleh ‘ibu’-nya sedangkan Cashile memberikan tatapan ‘untuk apa aku peduli’ ke kejadian tadi itu, Cashile langsung melanjutkan makannya namun di tengah-tengah kegiatan makannya dia merasa seseorang menatapnya dengan tajam, ‘jangan khawatir, kalau mendekat aku lawan saja!’, batin Cashile.
Auris menatap kasihan ‘ibunda’-nya itu, sedangkan Cashile sama sekali tidak mempedulikan atas apa yang telah terjadi. “izin tidur ya”, ujar Cashile dengan santainya dan langsung beranjak ke kamar, Auristella hendak mengehntikan adiknya namun, “sshh, sudah biarkan. Kamu ikut tidur ke kamar saja!”, ucap sang ayah. Auristella menganggukkan kepalanya dan ikut berjalan ke kamar. “adik, kamu bagaimana sih? Kok kurang ajar?!”, seru Auristella, “Cash?, lah.., sudah tidur toh”, gumam Aures sambil mengeluarkan udara di paru-parunya. Auris mengganti pakaiannya menjadi pajama tidur dan langsung naik ke atas tempat tidur dan memakai selimutnya.
“kau akan tewas”
“hati hati”
“menyesal lah”
“kami para kupu-kupu akan menyiksamu”
“tak usah sok baik”
“tewas saja sana”
“ayo, bangun. selamatkan dirimu dan adikmu, auris.”
To be Continue..
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar