Ch. 1: Moving Day
Sang surya bersinar terang, suara bising seisi rumah membuat gadis bernama Auristela Verflucht terbangun dari bunga tidurnya. Hari ini memang keluarga verflucht sangat sibuk karena adanya pindahan ke sebuah desa, mereka memutuskan untuk pindah karena hal sepele yaitu 'bosan dengan suasana kota', Auristela membuka kedua matanya manik ungu tua itu menatap sayu langit langit kamarnya. Auristela menguap dan meregangkan tubuhnya lalu ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar dirinya terasa lebih segar.
"Kakak, baru bangun toh? ayo mandi dulu. Lalu setelah itu ke kamar-mu ya nak, packing-packing bajumu dan benda yang mau kau bawa, kita pindahan hari ini!", ujar ibunda dari Auristela. Auris mengangguk-anggukan kepalanya dan segera ke kamar mandi dan mandi. Setelah mandi ia keluar dari kamar mandi dan mengenakan celana jeans biru tua dengan kaus putih dengan jaket berwarna merah muda dan juga rambut di ikat seperti ekor kuda.
Barang-barang dan pakaian dibawa dan dimasukkan ke dalam kopernya, sang adik yaitu Cashile Verflucht berteriak kencang, "Lemot amat sih kak!, ayo dong aku udah gak sabar makan nih!". Auristela hanya menghela napas kasar dan berjalan lesu ke meja makan untuk sarapan bersama keluarganya, "Jadi, bawa apa aja nak?", tanya sang ayah dengan tatapan lembut dan senyum yang terlukis diwajahnya. Walaupun sang ayah sudah berada di usia yang tidak seharusnya masih berkerja tetapi sang ayah masih menjadi ayah yang bertanggung jawab atas keadaan ekonomi dan hal hal lainnya kepada keluarganya, "uhm..., Ya 'itu' yah", ujar Auris malu malu. "Jangan malu, ayah gak gigit kok". ujar sang ayah dengan sedikit kekeh-an.
Sarapan sudah selesai, semuanya mencuci piring masing-masing dan segera mencuci tangan, mengelap piring dan memasukannya ke tas khusus barang barang seperti contohnya, piring, gelas, sendok, dan lain lainnya. Semuanya masuk ke mobil, perjalanan pindah rumah dimulai.
Waktu sudah sore, perjalanan terasa sangat membosankan, “Kak, ayo kita nonton video di ‘yo!, tuber’ kak..bosenn” ucap sang adik yaitu Cashile. “Kakak kantuk, tonton sendiri aja ya, ini handphone punya kakak kalau mau jajanan yang tadi dibeli ada di dalam tas di kursi belakang” saut sang kakak dengan nada lemas dan mata yang sedang ditutup karena ingin tidur, Cashile mengembungkan pipinya dan mengambil handphone milik kakaknya dan menonton acara kesukaannya berupa Gaming (menonton orang lain bermain video game/permainan di media elektronik), Animasi, dan banyak lainnya yang sedang tren.
-
“Cash, ayo berhenti menontonnya matamu bisa sakit!”, ujar Bellona Verflucht yaitu ibunda dari Auristella dan Cashile. “Ntar”, jawab Cashile dengan santainya, sang ibu terdiam dan menghela napasnya “Baiklah, hanya sebentar..”. Beberapa menit kemudian berlalu, itu sudah cukup lama sang ibu menatap Cashile yang sedari tadi cekikikan sampai sampai air mata keluar dari matanya, ‘astaga..senyuman itu manis, aku rindu senyuman Cashile yang itu..’ Batin sang ibu, setetes kecil air mata meluncur di pipinya mengingat masa lalu dimana saat ia mengingat anak anaknya masih kecil dan sangat imut dan juga ‘penurut’. Sekarang? Lihat saja tadi, “Ntar”, kata kata itu simpel namun itu agak menyakitkan untuk didengar, Cashile tertidur lalu sang ibu mengambil handphone yang ada di wajah Cashile dan menaruhnya di dalam tas Aurstella. “tin!, tin!” suara klakson dari arah samping, ayah dan ibu Cashile dan Auristella menatap ke samping dan melotot, “AYAH!!! ADA BUS!!”, teriak sang ibu dengan kencang, “AYAH TAHU, K-KURASA KITA TAK AKAN BISA!”, saut sang ayah dengan keringat di sekujur tubuhnya.
//BRUAGHH//
Auristella membuka matanya perlahan, “euhm.., di mana ini..? Bun, yah, sudah sampai kah?”, ujar Auristella dengan kondisi matanya yang sangat lesu dan badannya yang lemas, dia melihat sekitarnya dia melihat ayah dan ibundanya yang terlihat lesu dan pakaian kuno seperti dimasa dahulu, gaun dengan hiasan rambut dan juga sang ayah dengan baju kemeja dan seperti jas dari kulit hewan dan juga sarung tangan putih.
Orang tua Auristella dan Cashile sudah berdiri dengan baik, mereka akan mencari koper mereka yang kata sang ayah terlempar ke suatu tempat pada saat berjalan-jalan. “Cashile!, kamu baik baik saja kan? Astaga..pakaianmu kotor, lututmu juga lebam, pipimu seperti tersilet.., ayo bangun!”, ujar Auristella sambil memberikan satu tangannya kepada Cashile, tangan milik Auris diterima oleh Cashile dan Cashile langsung berbisik-bisik ke Auristella.
“Kak!, aneh gak sih?! Tadi kita kan ada di mobil mau pindahan..kok sudah beda tempat dan pakaian, apa apaan ini?!”, bisik Cashile sambil mentunjuk-tunjuk gaun yang ia kenakan dan gaun milik Auristella. “Iya sih.., aneh banget!”, bisik Auristella ke telinga Cashile dan memain-mainkan pakaiannya atau bisa disebut gaun.
Mereka semua tiba di depan rumah kuno yang tidak besar tidak kecil itu, “Bagus.., sangat mirip seperti yang pak guru deskripsikan waktu itu..”, gumam Auristella dengan kagumnya. “kak!, jangan oleng, ayo sini!", seru Cashile sambil melambaikan tangannya, “Kak, mamah dan ayah berlaku aneh!, biasanya kan..”, sebelum melanjutkan gumam-nnya ibunda mereka menengok ke belakang dengan tatapan sangat horor, “Kalian ngobrol apa?”, tanya sang ibunda membuka bisik bisik dari kedua anaknya. “Bukan apa apa, katanya Cashile suka sama seseorang mah!, dia malu bahasnya, jadinya cerita ke aku deh!”, saut Auris dengan raut tenang dan tersenyum manis, sang ibu hanya mengangguk-angguk dan melanjutkan jalannya.
Sesampainya di dalam rumah...
“Be-beh, besar sekali..”, ujar kedua anak bermarga verflucht itu. “Selamat datang dirumah baru~, baiklah ayo sekarang taruh pakaian pakaian kalian di kamar. Kamar ada di lantai 2 pojokan sebelah sana ya nak!”, ujar sang ibu mengarahkan lokasi kamarnya, “Baik!”. Kedua saudari itu langsung lari dan membuka pintu kamar lalu dikunci pintu kamar tersebut , “astaga, anak anak itu..”.
Mereka menghela napas, mereka ketakutan dan keringat dingin disekujur tubuh, “APA ITU?!?!?!”, teriak Cashile dengan raut sangat ketakutan dan lemas, “bagian kepalanya ada bekas jahitan..., auranya berbeda, kepala ibu juga sedari tadi goyang goyang tidak jelas!, ada apa ini..?”, gumam Auristella sambil memegang dadanya. “Kita...bukan didunia kita kak, MANA ADA HAL SEPERTI ITU DI DUNIA KITA?! MANA ADA ULAR DI LEHER BANYAK SEKALI NAMUN IA..TAK BEREAKSI!”, teriak Cashile dengan suara yang diakhiri sangat serak. “Aku haus”, ujar Cashile lagi, “Akan kuambilkan minum.., rapihkan pakaian kita..”, saut Auristella sambil mengelus surai cokelat tua adiknya itu, manik ungu sang adik agak bergetar ketakutan dengan cairan putih bening mulai meluncur di pipi sang adik.
Auristella berjalan menuruni tangga dan mengisi air putih di gelas untuk Cashile, “Auris? Itu kamu?”, tanya seseorang bersuara berat dar belakang, “ayah..?, iya, ini Auris. Lagi ambil minum”, saut Auris. “ooh, ok”, setelah mengucapkan hal itu sang ayah langsung berjalan ke luar kediaman. Auristella keringatan dan mengambil 1 gelas lagi untuk dirinya dan melihat air takut hal aneh ada di dalam minumannya, setelah merasa aman Auris langsung meminum air putih itu dan mencoba bernapas manual.
Setelah napasnya manual, Auris membawa 2 gelas minuman punya dirinya dan Cashile ke kamar mereka berdua, “ini minum, aman. Tadi kakak juga sehabis minum”, ujar Auristella, Cashile mengangguk dan meminum air putihnya, “agak asin, hwek!”, Cashile memeletkan lidahnya lalu terkekeh pelan, Auristella hanya bisa tersenyum tipis dan terkekeh pelan.
To be Continue..
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar