1. Bersama
1. Bersama
Kriing.. kriing..
Alarm milik gadis itu berbunyi nyaring. Semakin lama ia membiarkan ponsel itu bergetar, semakin besar dan cepat pula frekuensi alarm yang berbunyi. Karena kesal dengan suara yang memekakkan telinga, ia pun meraba nakas untuk mencari benda pipih miliknya. Selain lampu tidur yang tertata, di atas nakas juga terdapat pigura yang menampilkan sebuah foto keluarga bahagia. Keluarga kecil yang sangat indah, menyukai kedamaian dan tentunya sangat harmonis. Tetapi itu hanyalah sebuah kenangan. Tepat dimana 10 tahun yang lalu, foto itu diambil. Entah kemana keluarga yang bahagia itu pergi. Kini hanya tinggal mereka yang tak lagi menyatu seperti dahulu.
“Ya Allah, uda jam segini !!” Gadis itu panik saat mengetahui pukul berapa ia terbangun. Ia langsung meraih handuk yang berada di jemuran balkonnya, dan memasuki kamar mandi.
Hanya 5 menit waktu yang ia butuhkan untuk membersihkan dirinya. Setelah memakai setelan baju yang berupa seragam sekolah berbentuk baju terusan atau gamis dan kerudung, ia pun meraih tas dan segera turun ke lantai bawah rumahnya. Saat sampai di dapur yang berhadapan dengan tangga kayu di rumahnya, ia melihat sosok lelaki yang duduk disana. Ia menggunakan setelan hoodie berwarna hitam, juga celana jeans nya. Lelaki itu terlihat sedang melahap sebungkus roti isi. Tanpa pikir panjang, gadis itu juga mengambil sebungkus roti isi yang terletak di keranjang meja makan.
“bang, bang Ken mana?.. nanti aku telat lho.” Gadis itu bertanya pada lelaki itu. Yap, lelaki itu adalah kakak laki-lakinya. Pemilik nama lengkap Kevin Zahran Afahri adalah kakak pertama gadis itu. Sekarang Kevin menduduki bangku perkuliahan, tepatnya pada awal semester 3. Ia adalah sosok kakak yang penyayang, perhatian juga humoris bagi adik-adiknya. Bahkan bila Kenzo dan Keira kesusahan dalam belajar, ia yang akan mengayomi mereka. Keira sangat sayang dengan sosok kakak seperti Kevin. Karena baginya, Kevin seperti sosok kedua orang tuanya. Yang pastinya akan selalu ada untuknya dikala suka maupun duka.
“mana abang tau.. panggil aja kali Kei.” gadis yang dipanggil ‘Kei' itu mengangguk. Nama lengkapnya adalah Keira Jovanca. Ia adalah anak bungsu sekaligus satu-satunya seorang putri dari tiga bersaudara. Keira memiliki postur tubuh yang tinggi dari kebanyakan temannya disekolah. Ia bersekolah di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Sriwijaya Jakarta. Begitu pun dengan kakak keduanya, yaitu Kenzo Adama Putra. Mereka memiliki selisih usia 1 tahun. Sekarang Keira menduduki bangku kelas 2 SMA dan Kenzo menduduki bangku kelas 3 SMA.
“Bang Ken !!” Panggil gadis itu sedikit berteriak. Yang dipanggil pun menyahut, “iye, iye.. bentar dong.” Disusul dengan derap langkah kaki yang cepat menuju lantai bawah.
“Kuylah, kita berangkat.” Kevin berucap sembari beranjak dari tempatnya. Diikuti dengan langkah kaki kedua adiknya di belakang. Seperti biasa, Kevin akan mengantarkan kedua adiknya ke sekolah. Setelah mengantar, ia akan pergi ke Universitas dengan mengendarai mobilnya seorang diri. Hingga kini, orang tua mereka bertiga masih berada di luar kota. Dan akan kembali ke ibu kota pekan depan. Orang tua Keira adalah sepasang suami istri yang terpandang. Mereka memimpin perusahaan ternama di ibu kota, juga pada beberapa daerah lain. Karina Joana dan Andra Yuda Rifaldi -- orang tua Keira – adalah pengusaha sukses dan masih terbilang tenar pada saat ini. Maka dari itu, Kevin-lah yang memasakkan makanan, berbelanja kebutuhan, untuk kehidupan sehari-hari mereka selama satu bulan ditinggal oleh orang tua. Dan entah mengapa mereka bertiga telah terbiasa menjalani hidup seperti ini. Karena memang sudah terlalu sering mereka ditinggal pergi untuk bekerja.
“Yaudah, baek-baek ya.. rajin belajar Ken, Kei.” Ucap Kevin memandang kedua adiknya. Setelah bergantian menyalimi punggung tangan Kevin, Kenzo dan Keira pun memasuki gerbang sekolah mereka. Karena sekolah mereka adalah sekolah Islam Terpadu, maka tentu tidak diperbolehkan yang namanya bercampur-baur dan juga berdua-duaan dengan lawan jenis. Pastinya juga dengan kelas dan gedung yang berbeda bagi murid-muridnya.
Keira pun melangkah ke arah kelas yang diatasnya bertuliskan ‘XI MIPA- 4’. Saat melangkah ke dalam dan masih berada di ambang pintu, ia melihat sudah banyak sekali bangku yang telah menjadi milik orang lain. Ia hanya mencoba mencari bangku yang kosong. Karena, setiap hari Senin, kelasnya memiliki jadwal untuk bertukar posisi dengan teman yang lain.
“Keira !” Panggil seorang gadis dari arah dekat meja guru. Dia adalah Marsya Putri Handikusuma. Salah satu sahabat yang Keira miliki.
“Assalamu’alaikum!” ucapnya memasuki kelas.
“Waalaikumussalam” jawab teman-temannya serentak. Keira yang merasa dipanggil oleh Marsya, langsung menghampiri temannya itu.
“Kenapa Mar?” tanyanya.
“duduk disini aja Kei, gue udah tag-in buat lo.” Ucap Marsya seraya tersenyum. Sudah menjadi tradisi bagi Keira dan teman-temannya untuk menandai atau menjaga bangku kosong untuk teman-teman lainnya.
“Makasih ya Mar.” Keira berucap. Disusul dengan anggukan pelan dari Marsya. Mereka hanya berbincang-bincang sembari menunggu bunyi bel berdering.
“Oh iyaa!, astaghfirullah.” Celetuk Afin ditengah-tengah perbincangan, Afin adalah salah satu teman Keira.
“Kenapa Fin?” Caca bertanya pada Afin yang wajahnya terlihat cemas.
“Masa kalian ga inget?, kan hari ini pengumpulan terakhir soal matematika yang dikasi ama Bu Euis!” ucap Afin panik. Kini manik mata mereka semua tertuju pada si disiplin sekaligus si cerdas yang tak pernah lupa akan hal pekerjaan rumah, yaitu Keira.
“Kei, ajarin gue ya.” Caca berucap memohon.
“please Keira, ajarin gue juga.” Kali ini Marsya ikut meminta.
“Iya elah, matanya jangan digitu-gituin napa, jijik gue liatnya.” Keira berucap terkekeh memandang temannya yang membuat mata mereka menjadi bulat agar dikasihani.
“yes !” Afin berucap senang. Pada saat itu juga, sambil menunggu bel berdering, mereka mengerjakan soal latihan itu dengan cepat. Juga dengan ketelitian dan juga dampingan dari si cerdas Keira. Teman-temannya sangat beruntung karena dapat memiliki teman seperti Keira. Dia baik hati, cerdas, mau berbagi, juga cantik. Dan mereka hanya dapat menyemangati Keira ketika ada rasa keterpurukan melanda dirinya. Karena tak jarang Keira mengadukan masalah yang menimpanya kepada teman-temannya.
●●●
“Keira !!” panggil seorang lelaki padanya. Ia sedang menunggu abangnya menjemput. Tak terasa hari berlalu sangat cepat dan tibalah waktu pulang sekolah. Saat mendengar namanya dipanggil, ia pun menghampiri mobil milik kakaknya yang berwarna hitam itu.
“hari ini gak ada kelas tambahan Kei?” Tanya Kevin seraya kembali menjalankan mobilnya ke arah gedung murid laki-laki, untuk menjemput Kenzo.
“gak ada bang.” Ucapnya datar. Kevin hanya manggut-manggut mendengar Keira.
“Kalo Kenzo ada kelas gak?” Tanyanya lagi.
“Entah, Kei lupa.. tuh ada temennya, tanya aja bang.” Keira berucap seraya menunjuk salah satu teman Kenzo. Kevin membuka kaca mobil dan bertanya pada salah satu siswa yang berada di tangga koridor. Ternyata benar, beberapa siswa yang sedang duduk adalah teman sekelas Kenzo. Dan menurut mereka Kenzo mengikuti kelas tambahan pada hari ini.
“Kata mereka iya, Ken ikut kelas hari ini.” Kevin berucap kembali menjalankan mobilnya. Mereka pun pulang ke rumah dengan cepat.
Sesampainya di rumah, Keira berniat akan istirahat di kamarnya. Ia meminta izin, “bang, aku ke atas ya, mau rehat bentar.” Ucapnya.
“oh iya Kei, ayah bilang ke abang kalo ayah ama bunda bakal nyampe malem ini.” Kevin berucap santai.
“iya bang?, serius?, alhamdulillah..” Keira sangat menunggu kehadiran ayah dan bunda. “Kapan kita jemput ayah ama bunda bang?” lanjutnya.
“abis maghrib aja, abis shalat langsung capcus.. oke?” Kevin meyakinkan adiknya.
“siap!” ujar Keira bersemangat. “yaudah kalo gitu aku ke atas, dadah" ia berucap melambaikan tangannya. Kevin hanya terkekeh melihat aksi adik kecilnya. Ia pun berjalan gontai menuju ruang tamu, berniat akan menonton televisi.
Beberapa saat kemudian, Kevin merasakan hal aneh yang mulai menggerogoti tubuhnya. Ia sangat jarang, bahkan tak pernah merasakan hal seperti ini. Mual yang sangat, ia rasakan saat ini. Ia mulai merintih kesakitan seraya memegangi perutnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung pergi ke kamar mandi lantai bawah. Pada saat yang bersamaan, Keira sedang turun menyusuri anak tangga. Dan ia melihat abangnya berlari menuju ke kamar mandi. ‘abang kenapa ya?’ Batin Keira khawatir. Ia turun ke lantai bawah karena berniat ingin mengambil barangnya yang tertinggal. Keira pun segera menuju ke ruang tamu, menunggu Kevin keluar dari kamar mandi. Dari depan pintu kamar mandi, terdengar seperti orang yang sedang mengeluarkan sesuatu dari mulutnya.
Saat keluar dari bilik itu, Kevin merasa kepalanya sangat pusing. Karena merasakan sakit yang sangat, ia pun berjalan layaknya orang tak sadarkan diri.
“abang, abang kenapa?” Tanya Keira khawatir. Tak pernah ia melihat sosok Kevin yang berjalan seperti itu sebelumnya. Bahkan sekarang Kevin menjadi pucat.
“gak tau abang juga, tiba-tiba mual, terus tadi muntah-muntah..” Kevin menyandarkan kepalanya pada sofa. Ia tampak sangat lemas tak berdaya.
“yaudah ayo aku anterin ke kamar.. istirahat aja dulu, sebelum nanti jemput ayah sama bunda.” Ajak Keira pada Kevin. Mendengar itu, Kevin hanya mengangguk pelan. Kevin mengalungkan satu tangan pada bahu Keira, agar dibantu untuk berjalan ke lantai atas. Kevin pun mengistirahatkan raganya sejenak. Di dalam hatinya, ‘ya allah.. semoga ini Cuma masuk angin biasa, gak lebih..’ . Setelah memakaikan selimut untuk kakaknya, Keira keluar kamar dan berniat membuatkan bubur untuk Kevin. Ia hanya berdo'a kepada Allah yang Mahakuasa, agar tak terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
●●●
“assalamu'alaikum anak bunda!” Karina berucap memeluk gadis semata wayangnya. Keira pun membalas pelukan itu seraya menjawab, “wa’alaikumussalam bundaku."
“bunda kangen banget sama kalian.” Karina beralih memeluk putra keduanya. Ia tak melihat kehadiran putra sulungnya disini.
“lah, Kevin mana? Kok Kevin gak ada?” kali ini Andra bertanya.
“bang Kev ada di rumah yah, bun.. tadi gak enak badan makanya gak bisa jemput ayah sama bunda.” Keira berucap.
“Oalah, yaudah yuk kita pulang ke rumah.. bunda ada kue soalnya.” Karina menunjukkan sebuah kantong yang berisikan sekotak kue. Mereka pun pulang ke rumah dengan cepat, tanpa memikirkan hal lain terkecuali Kevin yang sedang tidak Vit.
Ketika sudah sampai di rumah, mereka menggelar makan bersama dengan satu anggota keluarga yang tidak hadir. Meski begitu, sudah sangat lama sekali makan bersama di atas satu meja makan tak di gelar. Kini Karina memasakkan keluarganya makanan yang sangat enak. Yaitu Spaghetti Carbonara. Makanan favorit satu keluarga. Keira dan Kenzo sangat menikmati senda gurau dari Andra. Juga gelak tawa yang pecah karena Karina. Malam ini menjadi malam yang istimewa bagi mereka. Karena sudah sangat lama Karina dan Andra tak berkumpul bersama keluarga. Terlebih lagi bila Kevin yang akan sangat senang melihat sosok bunda dan ayahnya ada di sisi mereka. Namun kini, Kevin hanya dapat merasakan kebahagiaan itu muncul didalam lubuk hatinya. Kini raganya tak dapat bersua, namun hatinya tetap bahagia dapat mendengar gelak tawa dari keluarganya.
“Assalamu’alaikum abang" Karina memasuki kamar tidur Kevin. Disana Kevin terbaring lesu. Wajahnya pucat pasi. Karina yang khawatir mendekati Kevin secara perlahan.
“abang jangan sakit-sakit ya bang.. ntar siapa yang anter jemput adik kamu?” ucap Karina mengusap kepala Kevin. “bunda sayang abang..” Karina memberi kecupan kecil pada kening Kevin. Ia pun meninggalkan kamar Kevin. Sebenarnya Kevin tak sepenuhnya tertidur pada saat Karina memasuki kamarnya. ‘ya allah, semoga hal yang sama gak akan terjadi sama Keira dan Kenzo.. semoga ayah dan bunda gak seperti dulu..’ batin Kevin khawatir. Ia hanya takut hal yang sama akan terjadi pada kedua adiknya itu. Seperti Karina dan Andra yang jarang memedulikan anak-anaknya. Seperti Karina dan Andra yang jarang akan sayang pada putra dan putrinya. Kejadian seperti itulah yang tak diinginkan terulang kembali.
●●●
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar