Aku dan Senja (hari ke-5 & 6)
Banyak yang tahu, senja adalah akhir dari hari, membuat semua yang sudah terjadi menjadi sebuah rangkaian cerita yang terususun secara detail dan rapi. Seperti teka-teki yang diharuskan untuk dirangkai agar terbentuk sesuatu yang dapat dikenali, kisah-kisah dihari ini yang akan menjadi kenangan di keesokan hari nanti.
Senja yang setelahnya adalah malam. Sang langit sudah tidak peduli kepada cahaya mentari yang telah pergi, karena dia hanya peduli dengan pertemuannya dengan sang rembulan. Walau begitu, senja tidak pernah marah, ia hanya diam. Menyembunyikan semua ceritanya sendiri, tidak tahu itu menyenangkan atau malah sebaliknya.
Benar, dari senja itu aku bisa belajar menghargai rasa sunyi dan sepi. Tidak selalu aku akan bersama orang yang kuharapkan. Tidak selalu orang yang kuharapkan juga mengharapkanku. Terkadang Allah membuat apapun yang kita harapkan pergi, bukannya karena Allah tidak peduli. Allah malah sangat peduli.
Begitu juga dengan saat ini, Allah menghadiahkan kesendirian untukku, memberikan suatu rasa sunyi agar aku menjenguk diriku. Agar sekali-kali peduli dengan diri sendiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus, Mbak Bianda. Lanjutkan.Salam literasi
Menarikk ceritanya, salam literasi