Kembalinya Tas Hijau Ku
Hari Kamis, saat pulang sekolah adalah hal yang ditunggu tunggu oleh Keisha. Karena Keisha selalu bercerita pengalaman sekolahnya kepada ibunya. Bel pulang sekolah sudah bordering, waktu sudah menunjukkan pukul 15:30 WIB. Saat itu, Keisha menunggu di dalam kelasnya , karena diluar sekolah sedang hujan lebat sampai air menggenang cukup tinggi. Cukup untuk membuat kaki terendam sampai mata kaki. “Kakak mana ya?.. aku kok belum dijemput..” Tanya Keisha sambil merapikan barang barang nya di kelas. “Eh, Kei, kamu belum di jemput?’ Tanya Mira, teman Keisha . “Iya Mir , aku lagi nungguin kakakku jemput aku. Mungkin di jalan raya lagi macet gara-gara hujan lebat begini” Jawab Keisha. Sambil melihat jendela kelas. “Temen temen kok pada main hujan hujanan di luar ya?.. padahal udah tau kalo diluar lagi banjir.” Kata Mira. “Keisha, kelas 4B. sudah dijemput.”Panggil satpam sekolah. “Eh, aku sudah dijemput, aku duluan ya!” Kata Keisha sambil melambaikan tangan kepada Mira.
Di depan gerbang sekolah, kakak Keisha dengan sepeda motor dan jas hujannya sudah menunggu. Keisha berjalan menuju kakaknya dengan hati-hati. “Dik, ayo pake jas hujan dulu!” kata Kakak sambil menyodorkan jas hujan hijau. “Iya kak.” Jawab Keisha. Setelah melepas tas dan sepatunya, ia memakai jas hujan. Kakak memasukkan ponselnya dan sepatu Keisha kedalam tas. Sementara kakaknya kebingungan mencari alat untuk melindungi tas Keisha dari air hujan yang lebat hari ini, seorang lelaki paruh baya menyodorkan kantong kresek putih kepadanya. “Terima kasih pak” balas Kakak. Segera dimasukkannya tas sekolah Keisha kedalam kantong tersebut, menyimpulkan ujung kantong kresek, dan meletakkannya di sepeda motor.
Hujan hari ini benar-benar lebat sekali, banyak genangan air dimana-mana. Keisha menjadi sedikit takut menghadapi keadaan yang tidak seperti biasanya ini. Sepanjang perjalanan dia berdo’a dalam hati. Hari ini, tidak seperti biasanya Kakak Keisha mengambil jalan lain untuk sampai di rumah. Kakak berniat menghindari daerah yang tergenang banjir. Namun di tengah perjalanan, Keisha dan kakaknya kaget melihat arus banjir yang lumayan besar di depan mata. Kakak Keisha menjadi takut karena khawatir sepeda motornya mogok. Tapi Keisha ingin segera pulang ke rumah, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menerjang arus itu. Dengan sekuat tenaga Kakak Keisha mempertahankan kecepatan dan keseimbangan sepeda motor agar tidak terbawa arus. Mereka berhasil melewati arus tersebut, dan sampai pada jalanan yang lebih kering. Tapi, kantong kresek putih berisi tas sekolah Keisha tidak ada pada tempatnya. Mereka langsung panik menghadapi situasi tidak terduga ini. Mereka segera menepi, berteduh didepan toko yang tutup bersama dengan beberapa pengendara sepeda motor lainnya. Setelah memarkirkan motornya dan menitipkan Keisha pada orang lain, Kakak turun ke jalan berusaha mencari sepanjang arus itu membawa tas itu. Dengan penuh harap menemukan tas itu kembali, ia terus berjalan, bertanya pada orang-orang disekitar. “Pak, tadi lihat ada kantong kresek putih nggak?” Tanya kakak pada seorang penjaga toko kacamata pinggir jalan. “Wah banyak mbak barang-barang yang kebawa arus” jawab penjaga toko itu. Di sisi lain, Keisha yang ditinggal sendirian merasa sangat sedih dan khawatir barang barangnya akan menghilang. “Bagaimana nanti kalau buku buku ku hilang? Aku nanti nggak bisa belajar lagi..” Kata Keisha di dalam hati sambil menutup helmnya karena menangis.
Setelah cukup jauh berjalan tanpa hasil,Kakak Keisha kembali menghampiri adiknya yang ditinggalkan sendirian. Mengingat barang-barang didalam tas sekolah itu, mereka merasa sangat takut akan kehilangannya. Ada beberapa buku pelajaran sekolah Keisha, sepatu sekolah, kotak bekal, ponsel kakak, uang, dan tas itu sendiri. Selama beberapa menit mereka tidak tahu harus berbuat apa, hingga akhirnya mereka tersadar untuk segera menghubungi Mama yang pasti sudah menunggu di rumah. Dengan meminjam ponsel seorang bapak-bapak yang juga berteduh, mereka menelepon Mama dan menceritakan secara singkat kejadian yang baru saja mereka alami. Mama yang ada di rumah merasa sangat khawatir, dan segera menghubungi Papa yang sedang berada diluar rumah, mencari solusi. “Terimakasih pak” kata Kakak sembari menyodorkan kembali ponsel itu pada pemiliknya. Tidak lama kemudian, Mama kembali menelepon, memberitahukan bahwa Papa akan segera selesai kerja dan menjemput menggunakan mobil, dan menyuruh mereka untuk menunggu di tempat yang aman. Waktu terus berjalan, sampai waktu sudah menunjukkan pukul 16:20 WIB. Seiring berjalannya waktu, hujan mulai mereda, memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Tanpa menunggu Papa menjemput, Keisha dan Kakaknya segera menaiki sepeda motor. Sudah hampir sampai di rumah, ada kendala lain yang mereka hadapi. Genangan air yang hampir selutut membuat kendaraan tidak bisa melewati jalan itu. Banyak pengendara motor dan mobil yang menunggu air surut di pinggir jalan. Begitupun Keisha dan kakaknya.
Sesampainya di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 17:30 WIB. Keisha dan Kakaknya segera membersihkan diri, dan berkumpul dengan anggota keluarga lainnya, menceritakan detail kejadian perjalanan pulang sekolah tadi. Setelah shalat maghrib, Papa dan Mama berusaha mencari lagi tas yang hilang itu. Kakak berusaha mencari bantuan melalui media sosial, mungkin saja ada orang yang menemukan tas Keisha. Sangat sulit mencari kemana perginya arus membawa tas itu. Sangat sulit mencari kemana perginya arus membawa tas itu. Hingga malam itu, belum ada hasil yang didapatkan dari usaha pencarian yang sudah cukup lama.
Esok harinya, Keisha memulai hari seperti biasanya. Ia berangkat ke sekolah dengan tas biru dan sepatu ungu, yang berbeda dari biasanya. Hari itu Keisha banyak menceritakan kejadian kemarin pada teman-teman maupun guru-gurunya. Hingga pada siang hari, Keisha mendapat panggilan dari pengeras suara di sekolah. “Kepada Keisha Amalina, harap segera menuju ke ruang guru. Sekali lagi kepada Keisha Amalina, kelas 4B harap segera menuju ke ruang guru”. Mendengar itu, Keisha segera menuju ke ruang guru dengan perasaan cemas telah melakukan sesuatu yang salah atau ada hal buruk lainnya. Di ruang guru, mata Keisha terpaku pada sebuah tas hijau yang sangat mirip dengan tas miliknya yang hilang. Melihat Keisha yang tertegun, bu guru segera menghapirinya. Menyodorkan tas hijau, yang ternyata memang miliknya. “Ada seorang pemuda yang memberikan ini pada satpam hari ini, tapi identitasnya tidak diketahui” kata Bu Guru. Keisha segera menerima tas itu, dan berterimakasih pada bu guru, kemudian segera meninggalkan ruang guru. Setelah berjalan cukup jauh dari ruang guru, Keisha berhenti, membuka tasnya, berniat memeriksa isi tasnya itu. Buku-buku pelajaran, kotak bekal, dan sepatunya masih lengkap, ada didalam tas. Tapi ada satu barang yang hilang. Ya, ponsel Kakak. Sepulang sekolah, Keisha segera memberitahukan tentang kembalinya tas miliknya pada keluarganya. Kakak tentunya merasa sedih mengetahui ponselnya hilang. Namun, dari kejadian ini banyak hal yang masih bisa kita syukuri. Pertama, Keisha dan kakaknya sampai dengan selamat sampai rumah, meskipun telah melakukan hal nekat, menerjang arus banjir yang cukup besar. Kedua, tas, buku dan sepatu untuk sekolah masih dikembalikan oleh yang menemukan, Keisha tidak perlu membeli perlengkapan sekolah baru, meskipun Kakak perlu membeli ponsel baru. Dari kejadian ini, mereka, terutama kakak belajar untuk lebih sabar dan tenang dalam menghadapi segala sesuatu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar