Ramadhan bersama Ayah
Azmi Lailatifah
SMKN 3 TANJUNGPANDAN
Waktu yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Bulan Ramadan akhirnya tiba. Bulan yang berlimpah akan pahala. Walaupun ramadan tahun ini tak seramai dulu, tapi kita harus melaksanakannya dengan ikhlas dan semangat.
Hari-hariku selama bulan Ramadan ini tak banyak berubah. Hanya saja, aku masih merasa sangat kesepian. Meski dia sudah lama pergi, tapi aku selalu merasa ada yang kurang. Senyumnya yang selalu terlukis dan lesung pipi yang selalu muncul di pipinya kini tak lagi ada.
Ingin rasanya aku merasakan bulan yang penuh berkah ini bersama dengannya lagi. Dulu saat dia masih ada dekat bersamaku, menjelang berbuka puasa kami sering melakukan ngabuburit atau jalan-jalan sore. Menyusuri jalanan kota sambil melihat orang-orang yang membagi kebaikan.
Tiba waktunya untuk berbuka. Kami bertiga, aku, ibu dan dia. Melepaskan segala rasa dahaga yang terbenam dengan senyum yang manis di setiap wajah. Makan makanan ibu yang kelihatannya benar-benar sangat lezat. Selesai dengan kegiatan berbuka aku dan dia biasanya pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat tarawih berjamaah.
Hingga malam pun berlalu dan waktunya sahur, dia membangunkanku. Aku bangun dengan malas. Rasanya aku tak mau melakukan sahur karena diriku terlalu malas untuk melakukannya dan aku juga bisa melakukan puasa tanpa makan sahur, tapi ini adalah kewajiban yang harus dilakukan.
Dengan kaki tiganya dia melangkah pelan menuju kamarku. Bersamaan dengan piring yang berisi makanan, ia mendekat dan duduk di sebelahku.
Sebenarnya aku tak mau dia malakukan ini, tapi dia tahu aku tak akan mengambil makanan sendiri dan pergi makan. Iya aku memang manja.
Tangan besarnya mengarahkan sendok ke arah mulutku. Aku tentu membuka mulutku dengan lebar dan melahap makanan yang ia arahkan padaku. Aku sudah serasa seperti putri dibuatnya.
Terik matahari memang selalu mendukung dikala bulan ramadan ini. Ia datang dengan semangat untuk menguji kemampuan kita. Aku heran dengan ayah. Kenapa dia masih bisa tersenyum saat terik seperti ini dan bekerja dengan kaki tiganya penuh semangat. Katanya untuk membeli baju lebaran buatku.
Benar saja. Saat matahari mulai meredup. Ayah mengajakku pergi dengannya ke toko baju. Pria itu memerintahku untuk memilih baju yang aku suka. Hingga sampailah pada baju bernuansa pink yang indah. Tak lupa juga dengan baju ibu yang sama-sama bernuansa pink.
Keluar dari toko itu. Aku sempat bertanya padanya. Kenapa ia tak ikut membeli baju untuk dirinya. Lalu ia berkata bajunya masih bagus untuk dipakai di lebaran tahun ini. Aku hanya mengangguk, anggukan itu entah berarti mengerti karena baju ayah masih bagus atau karena mengerti dengan perasaan ayah yang sebenarnya rela berkorban demi anak dan istrinya.
Seperti biasa, kami berkeliling kota dengan motor merah milik ayah dan tak lupa membeli beberapa makanan untuk di makan saat buka puasa nanti. Kenangan ini benar-benar indah hingga saat pria itu sudah pergi jauh. Aku hanya bisa mengirimkan doa untuknya. Menatap senyumnya dari balik bingkai figura.
Aku bangga dengannya karena selama ia menemani dan berjalan bersamaku dengan kaki tiganya. Ia tak pernah lelah. Ia selalu membuatku tersenyum. Ia tak ingin aku menangis, tapi dia lah yang sebenarnya membutku menangis.
Mulai hari itu hingga sekarang. Ramadan kami benar-benar sepi. Hanya tersisa aku dan ibu. Setiap ada waktu dan kesempatan aku dan ibu datang ziarah ke makamnya. Membersihkan rumput- rumput liar yang tumbuh di sekitar papan nama miliknya dan tak lupa mengirimkan doa padanya agar ia selalu tenang di sana.
Ayah sudah pergi. Ia pergi untuk selama-lamanya. Ramadan tahun ini lagi-lagi aku laksanakan tanpanya. Rasanya memang berat, tapi kita tak bisa menentang takdir. Bagiku keceriaan yang aku dapatkan saat bulan Ramadan lima tahun lalu lebih ceria dari tahun ini. Tahun yang sepi karena pandemi yang tak kunjung berakhir namun masih tetap ceria walau hanya sedikit.
Tentang penulis
Azmi lailatifah,lahir pada 04 desember 2005 di kota Tanjungpandan, Belitung. Bersekolah di SMK Negeri 3 Tanjungpandan, jurusan Tata Busana. Menyukai hal yang berhubungan dengan membaca, menulis dan menggambar. Ia bisa dihubungi melalui nomor WA : 087781979064 atau bisa menghubungi email : [email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar