Scout Boy
1. Scout Boy
Latihan Pramuka adalah saat yang kami tunggu. Aku,Robi Farel dan kawan-kawan lain. Kita latihan setiap hari Kamis, Jumat, dan Minggu pukul 14.00 WIB. Kita latihan SMS (sandi morse semaphore), pioneering, PBB (peraturan baris berbaris), tata upacara pramuka dan sebagainya.
Prit…prit … prit bunyi peluit kakak Pembina untuk memberi kode agar kita segera berkumpul. Aku,Robi, Farel, dan teman teman segera ke halaman sekolah untuk membentuk barisan.
Robi sebagai Pinru (pimpinan regu) melaporkan kepada kakak Pembina bahwa kita sudah siap menerima materi. Kakak Pembina segera datang ke tengah barisan. Menyampaikan pembinaan. Seperti biasa sebelum latihan kita membaca doa terlebih dahulu dipimpin oleh kakak pembina.
Setelah pasukan dibubarkan kita mulai latihan pramuka karena lomba pramuka sudah semakin dekat. Itulah kerja keras yang kami lakukan untuk bisa memberikan prestasi terbaik di sekolah.
Saat kami akan latihan itu tiba-tiba langit mulai gelap, tidak berapa lama hujan deras turun. Kami segera berdoa “Allohumma Shoyyiban Nafi’an, Ya Alloh jadikanlah hujan ini bermanfaat, amin,”.
Setelah itu kami segera berteduh masuk ke kalas. Ketika kami mau berteduh ke dalam kelas, tiba tiba Robi terpeleset dan jatuh. “Robi ….bangun Robi,” teriak Ilham sambil menggoyang-goyang tubuh Robbi. Ternyata Robi pingsan, dengan gerak cepat, kami segera mengambil tandu dan membawa Robi ke UKS (usaha kesehatan sekolah).
1 jam kemudian hujan pun reda tapi temanku Robi masih belum sadar, kakak Pembina pun menyuruh kami melanjutkan latihan Pramuka. Kita seolah kejar tayang, karena waktu lomba pramuka sudah di depan mata. Waktu mulai beranjak sore, tanah yang basah sudah mulai mongering. Tampak Farel menemui Kak Ridwan yang sedang sibuk menata tongkat dan beberapa tali untuk latihan pioneering.
“Kak sekarang kan sudah sore, gimana kalau dilanjut kan besok saja latihannya,” kata Farel.
“O yaudah dilanjutkan besok saja ya, jam 13.00 ya,” jawab Kak Ridwan sambil tersenyum.
Aku, Farel dan Rizki segera ke UKS untuk melihat keadaan Robi, saat aku ingin melihat Robi tiba-tiba ada ular besar didepan UKS aku pun langsung memanggil Kak Ridwan sebagai Kakak Pembina. Saat Kak Ridwan datang, tiba-tiba ular itu sudah tidak ada. Lalu aku mencari ular dengan teman-teman lain, kawatir si ular tadi masuk ke UKS atau ruang kelas.
Lama kami mencari si ular tadi, aku cari ditumpukan genting dan kayu bakar yang akan dipakai api unggun, tetiba aku mendengar ada desisan suara di belakangku. “hssssstttt….heessssstttttt”. Aku segera menoleh ternyata ular itu ada di belakangku. Karena kaget, lalu aku teriak “ulaaaar..!!!” mendengar teriakanku semua teman langsung mendatangiku dengan membawa tongkat pramuka. Tidak berapa lama kami bisa menangkap ular tersebut. Warnanya hijau, panjangnya sekitar 25 cm, ukuran diameter tubuhnya sekitar 3cm.
Setelah ditangkap ularnya, kami langsung melepaskan ke sawah. Biarlah si ular mencari makanan di sawah, bisa menangkap kodok atau hewan lainnya, yang terpenting si ular tidak mengganggu kami. Mereka juga butuh makan, butuh hidup.
Saat kami kembali ke UKS Robi yang ditemani Kak Tiya sudah siuman. “Bagaimana kondisimu, Robi? Apa sudah tidak pusing?” Tanya Kak Tiya penuh perhatian.
“Alhamdulillah tidak Kak, aku sudah enakan,” jawab Robi sambil tersenyum.
“Yakin? Mau diantar pulang sekarang?” Tanya kak Tiya. Tampak Robi mengangguk pelan.
Kemudian Kak Ridwan langsung mengantarkannya pulang dengan Rizki. Aku dengan Farel membawa sepeda Robi ke rumahnya. Sedangkan Robi naik sepeda motor diapit dengan Kak Ridwan dan Rizki karena kawatir kondisinya masih lemah.
Ke esokan harinya aku dan Riski ingin menjemput Farel, kami naik sepeda ontel menuju rumahnya farel yang mewah, jangan kaget ya mewah itu mepet sawah hehehe artinya rumahnya gandeng dengan sawah. Udara persawahan sangat sejuk, membuat mata seperti ingin tidur menikmati semilir angin yang meninabobokkan kita yang lelah seharian belajar di sekolah. Setelah Ishoma kita kembali ke sekolah untuk latihan pramuka, bisa dibayangkan gaes, capeknya seperti apa. Namun capek itu hilang dan kalah dengan semangat kami.
Saat kami sudah sampai di rumah Farel, segera kami ucapkan salam, “Assalamualaikum Bu, apakah Farel ada dirumah? Kami mau mengajaknya berangkat bersama untuk latihan pramuka,” tanyaku pada Ibu Farel.
“Waalaikumussalam, ooo Nak Abim dan Riski. Maaf Farel sudah berangkat 15 menit yang lalu,” kata ibu Farel.
Akhirnya kami segera berpamitan dan segera menyusul Farel yang sudah duluan berangkat ke sekolah. Dalam perjalanan ke sekolahan, kami melihat Farel di warung bakso. Ternyata dia belum sampai sekolah, masih menikmati bakso bersama Robi.
“Ayo kita latihan Pramuka!” Teriakku dan Riski. Lalu Farel dan Robi pun segera menghabiskan baksonya. Kami langsung ke sekolah. Saat kami tiba di kesekolah ternyata upacara buka latihan sudah dimulai. Kami berempat agak deg-deg an juga, pastinya nanti kena hukuman karena terlambat.
“Kalian berempat kesini!” seru kakak Ridwan, lalu kami berempat segera menghadap. Alhamdulillah kami dihukum untuk push up 15 kali. “Kakak memberi sangsi kalian Push Up, tujuannya adalah agar kalian disiplin waktu, yang kedua dengan push up badan kalian lebih sehat, apakah kalian paham?” Tanya kak Ridwan.
“Jelas, paham,” jawab kami kompak.
Segera kami melakukan push up 15 kali dengan senang hati karena memang kami abai terhadap waktu. Belum bisa membagi waktu dengan baik. Setelah push up kami langsung mengikuti latihan PBB.
“Prit….prit….prittt” Kak Ridwan meniup peluit memberi aba-aba agar kita segera berkumpul ke lapangan sekolah.
“Ayo semuanya berkumpul di lapangan untuk membuat barisan,” kata Kak Ridwan. Kami segera berlari mengambil tongkat pramuka dan langsung berbaris di lapangan sekolah. Latihan PBB kita laksanakan sekitar satu jam.
Setelah selesai latihan PBB dilanjutkan latihan pioneering. Aku, Riski, Robi dan Farel langsung membuat pionering di lapangan sekolah. Kami membuat tiang bendera dari tongkat. Beberapa menit tiang bendera kami sudah siap berdiri dengan kokoh.
Tiba-tiba ada angin kencang lalu tiang bendera yang kami buat pun roboh. “Sudah susah-susah mendirikan tiang bendera, eee malah roboh” keluh Farel.
“Nggak apa apa sudah, didirikan lagi kan bisa” kata Kak Ridwan. “Istirahat dulu gak apa apa kak? “ tanya Robi yang tampak kelelahan dan kecewa karena tiang bendera kami ambruk.
“Iya istirahat dulu nanti dilanjutkan lagi,” jawab Kak Ridwan. Kami pun langsung beristirahat di ruang kelas mengambil air mineral di tas kami. Setelah istirahat kami ingin melanjutkan membuat mendirikan tiang bendera yang ambruk tadi. “gak usah di dirikan gakpapa, hari sudah sore, yang penting kalian sudah bisa dan paham pioneering. Ohya Abim dan Farel segera turunkan bendera kayaknya hujan mau turun lagi. Kita tidak usah upacara tutup kawatir kalian pulang kehujanan. Besok lusa sudah lomba jadi jaga stamina,” kak Ridwan memberikan penjelasan. Aku segera menurunkan bendera. Seperti biasa sebelum kami turunkan, kami memberi hormat. “Hormat grak,” aku memberi aba-aba. Aku dan Farel segera mengangkat tangan kananku untuk memberi hormat kepada bendera.
“Tegak grak,” lanjutku. Setelah itu kami segera menurunkan bendera dan melipatnya dengan rapi. Setelah itu kami segera menyimpan bendera di sanggar pramuka kami.
Sebelum pulang Kak Ridwan memberikan sedikit pengumuman, perlengkapan apa saja yang dibawa dan jam berapa kami kesekolah untuk berangkat lomba pramuka di MTs Alqodiri 5. Setelah itu kami segera pulang kerumah masing-masing.
Sepulang latihan, aku merasa badanku meriang, panas dingin. Bunda sudah menyuruhku makan, tapi lidahku terasa pahit mengecap makanan.
“Kamu kenapa Mas, kok gak makan?” Tanya bunda padaku. Aku merasa makin kedinginan lalu aku ambil selimut tebal.
“Ya Alloh, kamu sakit Mas? Ayo segera kita ke dokter,” ucap bunda penuh rasa kawatir. Setelah mendaftar melalui whatssApp, dan mendapat nomor urutan, kami segera menuju tempta praktik Dokter Doni.
Dokter Doni memberiku obat yang banyak, entah apa saja namnya aku tidak hafal, yang jelas katanya itu obat untuk menurunkan panas dan mengurangi rasa nyeri. Ada juga vitamin untuk nafsu makan.
Pagi hari aku lihat bunda sedang menerima telpon dari Bu Lazim. Beliau menanyakan apakah aku sudah sehat atau belum. Lalu bunda mengatakan aku masih harus istirahat.
“Ya Alloh moga Mas Abim segera sehat bunda, padahal kami sudah menyiapkan Mas Abim untuk lomba SMS ini, kalau begitu saya akan ganti Mas Abim dengan Farel. Mohon doa moga tim kami menang,” ucap Bu Lazim.
“aamiin, sekali lagi mohon maaf bunda. Mas Abim belum bisa ikut lomba. Kawatir malah drop,” jawab bunda.
Sebenarnya aku sedih, hari ini hari yang kita tunggu. Ternyata Alloh punya rencana lain. Aku harus sabar dan ikhlas menerima sakit ini. Bunda menyuruhku untuk terus berdoa untuk kemenangan tim kami.
“Setelah berusaha maksimal, selanjutnya adalah tawakkal, menyerahkan semua urusan hanya kepada Alloh,” hibur bunda. Akhirnya aku hanya bisa berdoa untuk kemenangan tim kami.
Siang hari, aku membaca stori Kak Ridwan. Alhamdulillah tim kami meraih juara umum untuk semua perlombaan. Tim kami memborong banyak trophy. Alhamdulillah aku bangga kepada tim ku yang bisa membawa pulang piala dan membawa prestasi disekolah. Kegigihan dan semangat kita latihan selama ini tidak sia-sia. Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Tetap semangat terus belajar dan berdoa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar