Kehilangan yang menggetarkan hati

Disebuah kota kecil yang ramah, keluarga Budi hidup dalam kebahagiaan yang sederhana. Ayah, seorang tukang kebun, dan Ibu, seorang Ibu rumah tangga, bekerja keras untuk menyediakan kehidupan yang layak bagi anak anak mereka, Dian dan Rama. Meskipun terbatas secara finansial, keluarga ini selalu menemukan kebahagiaan dalam momen kecil bersama.

Namun, kehidupan mereka berubah secara drastis ketika ayah mereka jatuh sakit parah. Doktek mendiagnosisnya dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, membuat keluarga Budi terguncang dan terpukul. Ayah, yang selalu menjadi tulang punggung keluarga, sekarang harus berjuang melawan penyakitnya yang tak terelakkan. Ibu, dengan berat hati harus mengurus suami yang sakit sambil tetap menjaga kestabilan emosional anak anaknya.

”Maafkan aku, sayang. Aku berharap aku bisa terus bekerja untukmu dan anak anak kita” ucap Ayah. ”tidak perlu minta kita lakukan”. Ungkap Ibu untuk menenangkan Ayah. Dan Dian pun berkata ”apa yang akan terjadi, Ibu? Ayah akan sembuh, bukan?” mendengar hal itu Ibu langsung menenangkan Dian. ”kita harus bersiap untuk segala kemungkinan, nak. Tapi kita akan tetapi bersama, apapun yang terjadi”.

Ketika penyakit Ayah semakin parah, keluarga Budi harus menghadapi kenyataan pahit karena mereka akan kehilangan sosok yang sangat dicintai. Meskipun demikian, dalam kepedihan mereka, keluarga ini menemukan kekuatan dan kebersamaan yang lebih besar dari sebelumnya.

Mereka belajar untuk menghargai setiap momen bersama dan menghadapi masa depan yang penuh ketabahan. Meskipun kehilangan ayah dengan rasa yang berat, keluarga Budi tetap bersatu dalam cinta dan dukungan, membuktikan bahwa cahaya selalu ada meskipun ditengah kegelapan.

Jakarta, 19 Agustus 2024.