Bab 1 Pertentangan
"Hey....kenapa ngelamun?" Aku kaget bukan kepalang mendengar sahabatku Eren memukul pundakku entah kapan dia sudah ada di belakangku yang membuyarkan seluruh lamunan ku.
"Busyet lu Ren, untung gue ngak ada penyakit jantung tahu"
"Ngk tempe" aku membelalakan mataku ke Eren " "ngk lucu " kata ku cemberut
"sorry, lagian tumben dirimu ngelamun sendirian ditempat sepi ini awas lo ntar lu kesurupan" katanya sambil tetap makan snak yang ada ditangannya tampah menawarkan kepadaku
" lagian seharusnya kamu senang karena bentar lagi kita akan tamat dari sekolah ini dan kita akan masuk sekolah favorit yang kita inginkan" katanya aku langsung menatap matanya , apakah dia lupa kalo aku tidak di kota ini tapi nun jauh di pulau seberang.
" maaf aku lupa lagi, sepertinya aku tidak akan sanggup berpisah denganmu" dia membalas tatapanku dengan serius , entah mengapa dalam hitungan detik kami sama-sama berpaling menatap kedepan kami tidak ingin kelihatan sedih.
"Coba bujuk lagi Ibumu supaya membatalkan niatnya untuk melanjutkan sekolahmu di pesantren yang jauh"aku hanya diam sambil berkata dalam hati ya aku akan mencoba lagi walaupun sudah sekian ribu kali mungkin.. Bel sekolah berbunyi tanda jam istirahat sudah selesaii dan kamipun masuk kelas berbarengan.
***
"Memang gak ada jalan lain lagi ya selain ke pesantren?" kataku perlahan saat aku membantu ibuku membereskan baju-baju untuk dimasukkan dilemari,lihat adikku disudut kamar lagi asik main boneka sendiri tanpa memperdulikan kehadiranku.
"sayang ibu telah lama memikirkan kesekolah mana kakak yang terbaik, tetapi tetap saja untuk zaman dan keadaan sekarang ini di pesantren lah sekolah yang terbaik" Seperti biasa ibuku selalu menjawab dengan lembut tapi penuh ketegasan, memang selama ini tempat ku berkeluh kesah hanyalah ibuku sementara dengan ayah kami jarang bicara mungkin karna ayahku adalah orang yang agak pendiam atau karna ayah yang sibuk bekerja pergi pagi pulang sore kadang sesekali sampai malam jadi kami sedikit agak sungkan untuk bicara pada ayah,tetapi aku tau keputusan ibu untuk menyekolahkanku ke pesantren adalah perintah ayahku.
"Oke deh bu,sekolah ke pesanten dikota ini aja ya bu".Rengek ku
"sayang kalau kamu mondok masih di kota ini ibu yakin kamu tidak akan bisa mandiri dan kamu tidak akan memgerti betapa luasnya negri ini.".
"Tapi bu,ama kan masih kecil Alif di Negri Lima Menara sudah sma baru pesantren" Ibu tersenyum mendengar perkataanku.yang menyama nyamakan dengan novel
"Sayang zaman Alif tidak seperti zaman sekarang yang separuh waktunya dihabiskan di dunia maya atau sosmed". Hhmm entah apa yang ada di benak ibuku ini sehingga menyuruhku pergi sekolah jauh yang menurutku sangatlah jauh kepulau Jawa yang sangat asing bagiku, akupun tidak mempunyai saudara di sana.Sesungguhnya aku orang sumatra lahir di batam kenapa ibuku harus menyuruhku melanjutkan sekolah di pulau jawa, hatiku memberontak ingin membantah ibuku tapi hanya bisa di dalam hati saja karena kami memang tidak di biasakan membantah kedua orang tua..
"Sudahlah sekarang kamu pergilah istirahat kamu baru pulang sekolah tentu capekkan?" Kata ibuku sambil mengusap kepalaku,kehilangan kelembutan inilah yang aku takutkan bila aku harus berpisah dengan ibuku.
"Kak kita main yuk!" terdengar suara adikku yang mungkin baru menyadariku dikamar ini
"enggak ah dik, kaka capek" kataku tidak semangat sambil berlalu pergi ke kamarku ,aku membantingkan badanku ke kasur dan meresapi keletihanku aku letih,letih untuk terus berpikir agar ibuku membatalkan niatnya untuk melanjutkan sekolah ku ke pesantren.Pikiran melayang akhirnya bersatu dan buyar di peraduan yang sangat nyaman ini dan sebentar lagi akan aku tinggalkan.
***
"Ram bangun ngaji tau".Suara itu membangunkanku
."Dah jam berapa sih kok kamu gak pake pakaian sekolah"
"Sekolah?sekolah sekarang sore buruan mandi terus sholat baru kita ngaji".Ucap sahabatku Eren yang hampir setiap hari membangunkan ku, buru-buru aku mandi dan sholat ashar setelah itu kami lanjut pergi mengaji ke mesjid yang tidak jauh dari rumah kami.. untuk sementara pikiranku lupa akan disekolahkan di pesantren, kami mengaji dan mendenagar ceramah ustadz tentang kepatuhan seorang anak kepada orang tuanya , hatiku sangat nyaman dan tentram mendengar pencerahan ustadz tersebut.dalam hati aku bertekad akan selalu mematuhi orang tuaku karena setiap orang tua akan slalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.
" Eh gimana kamu berhasil membujuk ibumu untuk sekolah disini saja" tanya Eren di perjalanan kami pulang mengaji. Aku menggeleng lemah " ya padahal kita dulu pernah berjanji untuk masuk SMP faforit yang kita suka" aku hanya diam, pikiran ku kacau karena sudah tidak lama lagi kami akan lulus dan berarti aku akan meninggalkan ini semua.
" Ren aku akan mematuhi perintah Orang tua ku untuk sekolah kepesantren karena Ridho Allah ada diridho kedua orang tua kata pak ustad barusan ya kan" kataku sambil mempercepat langkahku yang di ikuti Eren dari belakang dengan wajah yang penuh tanda tanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar