Ada sebuah cerita. Yang mana itu berasal dari pengalamanku sediri. Jujur aja akutu capek. Capek secara batin, emosional, dan capek fisik. Kata temanku, dia iri dengan pencapaianku dalam segala hal dan dalam segala bidang. Dia terpukau dengan kekuatan dan kokohnya benteng pertahanan dalam diri ini. Tapi sayangnya aku menangis tersedu – sedu di depannya. Aku menampakkan wujud asliku di depan mereka. Wujud yang konon katanya sangat kuat dan hebat, namun aslinya rapuh dan sangat Berperasa. Aku mengeluarkan semua unek – unek yang menempel dan mengganjal.

Anehnya mereka membantuku dan menasihatiku. Kupikir, mereka akan menertawaiku, seperti sekelompok orang yang tidak menghargaiku dulu. Dia bilang kamu anak kuat aulia. Kamu harus bersyukur dengan apa yang kamu punya. Di tenda itu, mereka menyemangatiku, memberi support dan dorongan. Namun, aku malah menagis seperti anak kecil.

Saat itu keadaan sekitar sangat cerah, dengan ditemani hembusan angin yang menerpa nerpa tenda kami. Di bilang “kamu kalo mau nangis – nangis ajah ull.” Seketika mata yang berkaca – kaca itu, menumpahkan air dan mengeluarkan tangisan yang di tahan. Dengan sesegukan dia berlindung di punggung temannya. Memeluk erat dan kemudian semua itu hilang, dan lenyap tertelan waktu. Kami saling bercerita keadaan masing – masing. Dia memberikan kata – kata mutiara yang sangat menyentuh, dan bisa kupengang sampai saat ini.

Terimakasih teman. Kalian sudah memberi support dan dorongan yang sangat berguna buatku sampai saat ini. Walaupun terkadang aku sedikit gengsi untuk berteriak memanggil nama kalian, seperti orang pada umumnya terhadap teman. Mungkin saja perlakuanku terhadap kalian salah. Tapi jasa kalian tidak akan ku lupakan.

Pajar Bulan, 1 April 2023.