Piramida Hikmah
Ujian praktek dilakukan kelas Xll. Praktek ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh. Kebijakan dikeluarkan oleh sekolah untuk beberapa siswa. Salah satunya di kelas Xll IPA 5. Untuk mata pelajaran olahraga. Dan diperuntukan kepada Haliza Nur Hafsah.
Dalam praktek yang akan dilaksanakan ialah lari dengan jarak 1.200 M atau lari jarak menengah. Yang bertempat di sport center. Mereka berjalan kaki. Karena jarak sekolah dengan sport center sangatlah dekat.
“Hafsah! Jika pada saat tes dilaksanakan tolong yah beritahu Bapak. Apabila Kamu sudah tidak kuat.” Ucap Pak Segar
Hafsah menjawab,”Baik Pak.” Dengan memberikan senyuman meyakinkan.
Hafsah dikenal sebagai siswi yang tidak putus asa. Dia tidak ingin kebijakan yang sekolah berikan menjadi pembeda dengan siswa siswi yang lain. Hafsah tidak ingin kebijakan menjadi sebuah jaminan baginya.
Hafsah melamun saat berjalan. Hatinya berkata,”Sebagaimana sikap Rasulullah SAW.,yang memiliki jamianan masuk surga. Udah jelas. Tapi Dia tetap berbuat baik kepada seluruh penduduk di muka bumi ini. Dan tetap menjalankan usaha walaupun dirinya telah terjamin. Aku harus semangat. Jangan lemah. Bismillah.”
Bughh..Bughh.. Nazwa menyadarkan Hafsah.
“Astagfirulloh. Iyah ada apa?” Hafsah menoleh kepadanya.
“Kamu ini. Jalan kok ngelamun. Ngelamunin apa sih?”
“Hihihi engga. Ayo jalan lagi.”
“Ayo. Tapi lihat. Kita sudah sampai tauu.”
“Oh iyah hihihi.”
“Hadduh. Ya sudah.Ayo pemanasan terlebih dahulu.”
“Iyah.”
Pemanasan berlangsung. Mereka belum tau bahwa mereka akan berlari di dalam lapangan sepak bola. Perhitungan 1.200 M setara dengan 4 putaran. Setelah mengetahui itu. Wajah Hafsah nampak pucat. Tetapi Dia tetap yakin akan melaksanakannya.
Lagi-lagi teman-temannya mengkhawatirkannya.
“Hafsaah. Kalo kamu cape. Pokonya berhenti yah. Jangan memaksakan. Okee.” Ucap Nazwa teman sebangkunya.
“Iyah.. Iyahh. Berulang kali Aku mendengar kalimat itu lho. Tetapi Aku suka. Hihihi. Kalian sangat peduli. Tapi, yaa memang membosankan. Upsszz.” Hafsah menutup mulutnya yang masih tertawa kecil.
Pembicaraan mereka terhenti. Pak Segar meniupkan peluit. Tanda berkumpul di lapangan. Untuk sesi pertama ialah putri. Dengan jumlah 20 orang. Hafsah berada di barisan ke satu dengan nomor urutan 7.
“Bersediaaa....”. Semua anak memposisikan diri. Setelah Pak Segar memberikan aba-aba.
“Siaapppp..” Posisi siap dengan tubuh setengah mengangkat badan.
“Mulai!!!.” Semuanya berlari. Ada yang cepat. Lambat. Dan ada yang biasa saja.
Cepat didominan bertubuh kecil dan suka berlari. Sedangkan lambat olah orang yang kelebihan berat badan. Dan biasa saja untuk orang yang memiliki strategi. Hafsah berada di zona biasa saja. Bukan karena Dia memiliki strategi. Tetapi Dia harus mengatur pernafasannya dengan baik.
Setengah lapangan sudah dilalui Hafsah. Dengan pengaturan pernapasan yang salah. Membuat Dia terengah-engah. Teman-temanya yang berada di depan. Tetap memberikan semangat kepada Hafsah. Akan tetapi Hafsah berlari dengan menundukan pandangannya. Sontak teman-temannya merisaukan keadaan Hafsah.
“Hafsah.. Hafsah. Sudah. Jangan dilanjutkan lagi.” Terdengar dengungan suara Pak Segar kepada Hafsah. Tetapi Dia tetap berlari.
Hafsah sangat kelelahan. Akan tetapi. Apa yang mereka lihat. Tidak seperti apa yang sedang difikirkan Hafsah. Hafsah memikirkan sebuah krikil yang Dia injak.
“Krikil inii. Dihancurkan dengan cara dipukul. Oleh seseorang yang mengandalkan sebuah jasa. Keringat pasti bercucuran disana. Tua renta bahkan muda pasti ada. Tapi! Orang-orang banyak yang merendahkan pekerjaan ini. Asal mereka tau. Mereka diatas karena ada perbandingan. Negeri ini terlalu egois rupanya. Memandang lemah seseorng berdasarkan mata pencahariannya. Tidak ada yang salah dalam pekerjaan sekecil apa pun. Selama itu halal. Dan yang pastinya terdapat manfaat disana.”
Dalam Al-Qur’an surah Al-Furqan ayat 74 yang artinya,”Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” Kandungan ayat ini merupakan doa memohon anugerah keluarga, keturunan dan kedudukan yang baik.
Saat Hafsah berlari. Dia tidak tau bahwa dirinya dibicarakan teman-temannya.
“Itu lihat. Hafsah larinya engga berhenti-henti. Hafsaahhh..... semangaat.” Teriak Sari yang berada dibelakangnya.
Hanya terdengar suara pemberian semangat dari mereka. Hafsah menjawabnya dengan suara kecil,“Iyahh.”
Nazwa berada disamping Hafsah. Dia berkata,” Hafsah. Ayo muroja’ah. Surah apa yaah?” Tanya Nazwa.
“Gimana kalo dari surah ad-dhuha sampai an-naba? Aku teringat surah ad-duha karena kita belum melaksankn sholat sunnah dhuha.” Ucap Hafsah.
“Okee. Nanti istirahat. Kita ke masjid yaa.”
“Iyah. Ayyo.”
Dengan izin Allah SWT. Hafsah tidak merasakan lelah. Dia berada di garis finish posisi ke 3 dari teman-temannya.
Merupakan hal yang tidak terduga bagi Pak Segar. Sehinnga Dia berkata,”Maa Syaa Allah. Hafsah kuat. Habat. Mamang benar ketika kita berusaha untuk bisa. In syaa Allah pasti bisa. Beda dengan yang tidak memiliki kemauan. Walaupun memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan. Itu percuma.”
“Alhamdulillah Pak.” Hafsah menjawabnya.
“Ya sudah. Sekarang istirahat.” Ucap Pak Segar kepada seluruh siswi.
Sementara itu. Tes lari putra sedang berlangsung. Hafsah dan Nazwa pergi ke bawah pohon. Untuk mendpatkan oksigen lebih banyak.
“Hafsah. Kamu tadi mikirin apa? Kok nunduk terus? Bukannya lari sambil nunduk itu pusing ya?” Nazwa bertanya.
“Aku mikirin krikil. Iya kalo lari sambil lihatnya ke bawah ya pusing.” Ucap Hafsah
“Terus kenapa kamu lihat ke bawah? Udah tau pusing.”
“Aku memang melihat ke bawah. Dan aku juga pusing. Lebih pusing lagi kalau lihat ke atas. Hihihi.”
“Hadduh Hafsah.. Hafsah.”
“Ya udah. Ayo ke Masjid. Kita sholat dhuha.” Ucap Hafsah
“Iyah. Ayo.”
Bismillah. Bukan untaian kata pada setiap kalimat. Yang indah. Yang memberikan rasa takjub berlebih. Akan tetapi, petiklah hikmah dalam setiap cerita.
Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi Muhammad SAW.,beliau bersabda :”Orang yang cerdas ialah orang yang mampu menundukan dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong.” (H.R At-Tirmidzi)
IG@anenurcahya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar