Mantan Banyak Ta'aruf Ku Tertolak
Bermula pada keinginan. Anisa Az-Zahra yang ingin memiliki pasangan halal. Melalui jalan ta’aruf. Usianya masih sangat muda. Dia baru satu tahun lulus SMA. Dia rasa nikah muda adalah jalan yang terbaik baginya. Namun, kebanyakan ikhwan yang telah mengetahui CV (Curriculum Vitae) Anisa Az-Zahra kebanyakan mengudurkan diri.
“Nak, ada apa sebenarnya. Tidak satu pun ada ikhwan yang melanjutkan?”
“Nisa juga engga tau Ummi. Jikalau memang berjodoh pasti akan dimudahkan Ummi. Anisa akan terus bersabar Ummi.” Anisa tersenyum kepada Umminya. Dan meyakinkan bahwa Dia baik-baik saja.
Sahabat Anisa bernama Alma. Dia mengetahui bahwa Anisa sudah beberapa kali gagal dalam tahapan ta’aruf. Walaupun mereka sudah berpisah. Alma berada di luar kota. Mereka tetap terjalin komunikasi yang baik.
Treedd.. Treedd.. Notofikasi WA (WhatsApp)
“Assalamualaykum.” Chatt dari Alma
“Wa’alaykumussalam Alma. Gimana kabarmu. Sudah lama nih kita engga ketemu.” Ucap Anisa
“Alhamdulillah Aku baik Nis. Iyah udah lama banget. Kangeen...”
“Hihihi iyah. Sama.”
“Nis.. Kamu gimana ceritanya. Kok ta’aruf mu itu tidak satu pun menghasilkan gitu. Heran Aku tuh.”
“Hehe memang belum berjodoh.”
“Aku tau kamu Nis. Kita tiga tahun bersama. Satu bangku. Kemana-mana bersama. Pasti kamu jail yah?”
“Hihi iyah iyah. Masa aku jail. Ya engga. Cuma di CV Aku bilang punya mantan banyak. Udah itu doang.”
“Ya ampun Anisa. Kamu tuh yah.”
Terdengar suara Umminya. Anisa bergegas ke dapur. Dan meninggalkan percakapan mereka. Dengan meminta izin pamit.
“Alma. Aku di panggil ummi. Nanti lagi yah.. Assalamualaykum.”
“Iyah. Wa’alaykumussalam.”
Anisa membantu Umminya memasak. Lagi-lagi Umminya mengatakan keheranannya.
“Nak.. nak. Ummi masih bingung kenapa yah?”
“Sudah Ummi. Jangan terlalu difikirkan. Skenario Allah jauh lebih baik Ummi. Mungkin saja. Ada yang lebih baik dari mereka. Pasti dalam menemukan atau bahkan dalam memilikinya. Membutuhkan perjalan yang panjang Ummi.”
“Iyah nak.” Umminya mengelus pundak Anisa tanda kasih sayang.
“Nak.Ummi kehabisan persediaan bulanan. Anisa bisa tolong membantu Ummi?”
“Bisa dong Ummi kuu.”
Umminya memberikan daftar kebutuhan yang harus dibeli. Anisa pergi ke pusat perbelanjaan sendiri. Mengenakan motor. Dan berpakaian syar’i.
“Nasib..harus sendiri lagi..” Ucapnya saat melangkahkan kakinya di parkiran.
Anisa memasuki mall. Dan mencari satu persatu yang harus Dia beli. Akan tetapi Anisa terhenti. Dia mendengar suara ikhwan dari arah belakang.
“Mba. Maaf tasnya terbuka.” Suara dari karyawan mall disana
“Oh iyah. Terimakasih.” Anisa kemudian menutup sleting tasnya. Dan mereka melanjutkan belanjanya.
Dalam hati Anisa berkata,”Ikhwan itu tidak asing bagi ku. Siapa yah?.” Anisa terus berjalan. Dan Anisa melupakan keranjang. Anisa kesulitan dalam membawa belanjaanya.
“Maaf Mba. Saya lihat Mba kesusahan jadi Saya membawakan ini.” Lagi-lagi ikhwan itu yang menolongnya. Dia membawakan keranjang untuk Anisa.
“Jazaakalloh khoyr.” Pada saat itu Anisa mengenali ikhwan itu. Dia adalah Kakak kelas sekaligus pelatih pada saat Anisa MTs.
“Wa’iyyaki.”
“Afwan Kak. Kakak lulusan MTs Al Insan?” Entah kenapa Anisa bertanya seperti itu kepadanya.
“Betul Mba. Saya dulu lulusan dari sana.”
“Afwan. Saya pamit. Assalamualaykum.”
“Wa’alaykumussalam.”
Dari pertemuan singkat itu. Azam merasakan sesuatu dalam dirinya. Azam ingin sekali mengetahui siapa sebenarnya akhwat yang bertemu Dia pada saat itu. Akan tetapi Dia bingung harus kemana Dia mencarinya.
“Tungu-tunggu. Dia pernah menanyakan Aku lulusan MTs Al Insan. Jangan-jangan Dia satu sekolahan dengan ku. Suaranya pun tidak asing bagiku.” Dia tidak sadar bahwa ada seseorang yang mengawasinya dari tadi. Dan Dia mendengarkan perkataannya.
“Apa yang sedang kau pikirkan Azam?”
“Astagfirulloh maaf kan Saya pak. Saya melamun saat jam kerja.”
“Baik. Jangan diulangi kembali. Sekarang lanjutkan pekerjaan.” Kemudian Pak Ahmad pergi meninggalkan Azam. Dia adalah manager disana.
Saat waktu sholat dhuhur semua karyawan pergi ke masjid yang bersebrangan dengan mall itu. Dan mereka menunaikan ibadah sholat dhuhur berjamaah. Setelah selesai, Azam bertemu dengan Pak Ahmad.
“Assalamualaykum Pa.” Saat itu Pak Ahmad sedang membenarkan tali sepatunya. Kemudian Dia menghadapkan dirinya kepada Azam.
“Wa’alaykumussalam. Ohh rupanya Azam. Ada apa Azam? Ada yang bisa Bapak bantu?”
“Tidak apa-apa Pak. Hanya saja. Saya ingin meminta maaf kembali mengenai hal yang tadi Pak.”
“Oh itu. Tidak apa-apa Azam. Kan Azam sudah berjanji untuk tidak mengulanginya. Oh iyah, tadi Saya dengar. Azam memikirkan seorang akhwat yah?”
“Mm, Iya Pak. Kemarin Saya bertemu dengan seorang akhwat. Dan entah kenapa Saya terpikirkan sampai berulang-ulang.”
“Bisa dijelaskan ciri-ciri akhwat itu?”
“Kemarin Dia belanja disini sendiri. Dia menggunakan pakaian syar’i. Mmm.. ganisnya warna hijau.”
“Dulu ada seorang akwat yang sering mengadakan kegiatan disini. Menyewa ruangan untuk organisasi. Dan Dia juga suka sekali dengan warna hijau. Bapak ada kontaknya. Nanti Bapak akan coba menghubunginya. Azam memiliki niat baik kepadanya?”
“Terimakasih Banyak Pak. In syaa Allah Pak.” Terlihat wajah Azam yang sangat kegirangan.
“Iyah Azam. Ayo kembali bekerja.”
Anisa membuka CV miliknya. Dan Dia berkata,”Apa yang selah dengan CV ini. Hmm.” Umminya menghampiri Anisa yang sedang berbicara sendiri.
“Anisa. Coba Ummi lihat.” Anisa memberikan CV kepada Umminya.
Umminya membacanya. Dia mencari ada kesalahan apa sebenarnya.
“Anisa kenapa disini Kamu tuliskan punya banyak mantan. Jujur sama Ummi. Apa benar?”
“Benar Ummi. Anisa kan mantan anak OSIS, mantan anak ROHIS, mantan anak Pramuka. Masih banyak pokoknya Ummi hihihiii..”
“Anisaa..Anisa. Pantas saja Kamu gagal terus. Ikhwannya mundur cuma gara-gara itu.”
“Kan mereka tidak bertanya Ummi. Baru juga tukar CV tapi sudah ada pembatalan.”
“Ya sudah terserah Anisa. Ummi berdoa semoga Anisa mendapatkan yang terbaik.”
“Aamiin. Jazaakillah Ummi.” Anisa memeluk umminya dengan erat.
Tidak lama kemudian. Handphone Anisa berdering tanda chatt masuk.
“Rupanya chatt dari Pak Ahmad. Ada apa yah?”
Kemudian Anisa membaca pesan itu,”Assalamualaykum Nisa, apakah benar kemarin kesini untuk berbelanja?”
Dan Anisa menjawab,”Wa’alaykumussalam Pak. Iyah Pak betul. Ada apa yah Pak?”
Dibalasnya cepat,”Begini Nisa. Ada yang memiliki niat baik kepada Anisa. Salah satu karyawan disini yang bertemu dengan Nisa.”
Kemudian dibalasnya,”In Syaa Allah Pak.” Anisa tersenyum-senyum sendiri. Dan memberitahukan perihal itu kepada Umminya.
Satu hari mereka bertukar CV. Azam teringat bahwa dulu memang Anisa adik kelasnya dan satu organisasi. Azam tahu betul kepribadian Anisa. Dia tidak terkejut dengan tulisan “Banyak Mantan”. Karena yang dimaksud ialah mantan aktifis organisasi. Anisa pernah bercerita juga, bahwa apabila ada yang menyukainya tetapi Dia telah mengenal Anisa sebelumnya. Maka Dia tidak ingin mengetahui perasaan itu. Begitu pun orang yang belum mengetahui. Dia tidak ingin ada perasaan yang terucap sebelum adanya suatu ikatan.
“Apakah ada yang ingin ditanyakan Kak Azam?” Anisa bertanya
“Tidak ada. Karena semuanya sudah jelas. Aku mengenalmu tiga tahun. Itu adalah waktu yang berharga bagiku. Mengenalmu adalah hal yang terindah bagiku. Menjadi kekasihmu adalah hal yang paling mustahil untuk ku. Tetapi Aku salah selama ini. Kau ada dihadapan ku. Dan untuk ku.”
Tanpa memakan waktu lama. Akhirnya mereka dipersatukan dalam ikatan kehidupan yang halal. Innamal a’malu binniat (Sesungguhnya amal tergantung kepada niatnya).
Afwan promosi 😁
Ig @anenurcahya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar