Ane Nurcahya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kerajaan Semut

Kerajaan semut tinggal di sebuah pohon besar yang rindang. Setiap paginya mereka berjalan dan bernyanyi menelusuri hutan untuk mencari makanan sebagai persediaan. Sang raja semut dikenal atas kebijaksanaanya.

Hingga di siang hari dia menemani kelompok semut pembawa sari bunga yang berjalan ke hamparan bunga yang beragam warnanya. Kelompok ini adalah kelompok yang di senangi, bahkan tak sedikit yang menginginkan untuk menjadi anggota. Karena dari perjalanan, merekalah yang sangat jauh. Mereka sangat senang dan tidak mengeluh. Dalam perjalanan, mereka bernyanyi dengan riang gembira.

Kawanan kupu-kupu menunggu kedatangan Sang raja semut dan rombongannhya di hamparan bunga yang luas itu. Merekalah yang akan membantu untuk mengambil sari-sari bunga. Tidak lama kemudian, Sang raja dan rombongannya sampai dan kawanan kupu-kupu menghampirinya.

“Wahai temanku! Kita akan memulainya dari bagian mana?” Ucap kawanan kupu-kupu

“Kita akan memulainya dari sini saja. Dan jangan sampai kita menginjak tanah perbatasan atau terbang ke sana.” Ucap Sang Raja dengan tegas

“Baik Baginda Raja.” Ucap kelompok pembawa sari bunga dan mereka menaiki kupu-kupu teman mereka. Namun, ada satu semut kecil yang penasaran, dalam hatinya bertanya, “Seperti apakah kehidupan kumbang? Tidak ada salahnya jika aku melihat sebentar ke perbatasan.”

Kelompok semut dan kupu-kupu sangatlah sibuk mengumpulkan sari bunga, sedangkan raja semut mengawasinya dari bawah dan menjaga sari bunga yang sudah terkumpul. Akan tetapi, sang raja merasakan ada yang kurang dari kelompoknya. Dan dia bergumam, “Apakah ini hanya perasaanku saja? Semoga tidak terjadi apa-apa.”

Sementara itu, semut kecil itu berjalan ke perbatasan. Semakin tinggi rasa ingin taunya, dia menginjak tanah milik kumbang dan masuk sampai dia menemui sebuah pohon bunga mawar yang indah.

“Wah, indah sekali mawar ini. Sepertinya apabila aku mengambil sarinya, akan cukup ku bawa pulang.” Ucap semut kecil dengan niatnya yang berubah

Saat semut hendak menaiki pohon mawar, dia barulah tersadar. Bahwa pohon mawar yang indah tetapi tubuhnya bengkok. Akhirnya dia mencermatinya, dan berkata , “ Mengapa demikian? Pohon yang indah seperti ini, memiliki tubuh yang bengkok?” Dan semut berjalan memutarinya.

Dan terdengar suara dari belakang, dia mengatakan, “Terdapat suatu kesalahan sedari kecilnya.” Dan semut kecil itu, mengenali suara yang dia dengar itu, “ Ampum Baginda Raja. Maafkan saya yang telah melanggar peraturan.”

“Kamu sekarang di hadapan bunga yang indah tapi bengkok bukan? Sekarang seperti ini, dia temanku, Raja Kumbang. Kita berteman, tetapi maksud saya melarang kalian masuk ke daerah kumbang, karena saya takut kalian memiliki niat buruk untuk mengambil sari bunga mawar ini.”

Dan raja kumbang pun berkata, “ Betul temanku. Saya takut apabila ada yang mengambil sari bunga mawar ini. Karena pada awal penanamannya, kami hanya terfokus bahwa bunga mawar adalah bunga yang indah. Yang akan bertumbuh besar dengan indahnya sendiri. Kami tidak merawatnya dari kecil. Kami hanya berharap tanpa merawatnya dengan baik. Jadilah seperti ini, bunga mawar ini tumbuh besar namun bengkok. Indah tetapi tidak cukup hanya dalam pandangan mata.”

Dan akhirnya semut kecil menyadari dan dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah dikisahkan Sang Raja Semut dan Kumbang.

Tamat.

Salam hangat, Ane Nurcahya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post