Dengan mengucap syukur alhamdulillah, karya pertama yang berjudul "Diari Aktivis Rohis" telah terbit dan ada di tengah-tengah pembaca. Yang terbit bertepatan Hari Guru Nasional dan merupakan tanda penghormatan penulis kepada guru-guru yang senantiasa memberikan bimbingan baik yang bersifat formal maupun non-formal. Serta pelajaran hidup yang tiada hentinya selagi kita masih bernafas dan saling menyaksikan suatu kehidupan.

Apakah kalian sama seperti ku yang bertanya-tanya akan hal ini? Atau apakah kalian bingung dari menulis, dapat mewujudkan segala cita-cita?Jujur saja, iya tidak apa-apa kita sama, hehehe.

Jadi seperti ini kawan. Menulis itu bukan cita-cita dan hal yang sulit. Karena sebenarnya dan alangkah baik kita sadari, kita belajar awal mulanya dari Paud pun sudah menulis. Dan dari menulis ini, tanpa kita sadari dapat mewujudkan harapan, impian dan cita-cita. Iya, mungkin tak menyangka. Sama seperti ku, menjadi penulis itu bukan cita-cita ku, melainkan melihat kakak ku sangat suka dengan puisi. Di sinilah ingin sekali ku mencoba berkarya dan mewujudkan cita-citanya. Apa salah mewujudkan cita-cita orang yang kita sayangi? Engga, 'kan. Nah sekarang gimana kok bisa dibilang menulis itu sulit? Apa sebenarnya yang ingin kamu tulis? Ko di bilang sulit? Coba dijawab ya. Dalam hati tak apa ko.

Jadi seperti ini kawan, sekali lagi yang sulit itu bukan menulisnya. Melainkan istiqomahnya seorang penulis. Maksudnya, jika kita ingin benar-benar menjadi penulis ya harus tetap menulis. Mengenai waktu yang menjadi bumerang, bukan karena kamu tak memiliki waktu. Melainkan kamu tidak menyempatkan diri untuk cita-cita besarmu. Segala sesuatu butuh tindakan. Terus, apabila kita cermati dari guru seni budaya, beliau ketika memberikan penilaian terhadap karya, selalu berkata, "Yang mahal itu ide dan tingkat kesulitan pembuatannya." Nah sama, kita belajar juga dari sini. Ketika menulis terasa sulit, karena ide yang belum jelas patokannya seperti apa. Sebenarnya, ide itu mudah dicari. Atau bahkan tidak jauh, tuliskan saja apa yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Itu sudah cukup ko. Dengan demikian, tidak ada lagi kata sulit. Insya'Allah, karena kehidupan kita sendiri ko, masa iyah engga tau?

Poin selanjutnya, menulis itu menghasilkan karya ya, bukan buku. Jadi gini kawan, kalau kita berpikiran sebaliknya, karya itu tidak dihargai. Maksudnya hanya sebatas "Ah ini mah buku" yang tak jarang, selesai membaca masuk ke list penyimpanan. Tapi kalau kita mengingat, itu adalah sebuah karya, baik dalam membeli kita akan menghargainya "Ini adalah karya, bukan sembarang buku", dalam meminjam, berhati-hati dalam setiap halaman bahkan cover buku tidak merubah tampilan awal mulanya, apabila kita menyimpan, usahakan untuk rapih sehingga kita tau judul buku dan nama penulis, dan saat kita membaca pun, perhatikan bagaimana tangan kita memegang.

Se-simpel itukah menulis? Aahh, cobain ajah sendiri, hehehe. Coba deh, minimal kamu tau awal cerita mu mau di bawa ke mana. Masalah alur, dia akan mengikuti. Hati-hati lho, bahkan dan biasanya alur itu berubah-ubah, karena menulis itu asik. Sedikit-sedikit nemuin ide, tidak bisa dipungkiri kita goyah nih. Lho pas di baca lagi, bukan alur awal. Gimana ya? Nah, caranya buatlah kerangka bagian-bagian perbab atau judul ya.

Udah dulu deh, sedikit-sedikit dulu. Karena lebih baik kita belajar dari hal terkecil. Belum tentu hal besar kita dapat menerima dengan baik tanpa ada pengalaman dari hal terkecil. Buat temen-temen yang udah baca, makasih ya. Yang mau tanya-tanya silahkan dikolom komentar, atau bisa di Instagram @anenurcahya.