Leurs Sourires #04
CH.1
Le Sourire
Senyuman dan Ketidaksempurnaan
~Jangan pernah meremehkan kekuatan seorang manusia, karena Allah sekalipun tak pernah.
+++++
Assalamu'alaikum...
Kenalkan, namanya Nasheeha, lengkapnya Nasheeha Aira Al Masyfiyyah. Gadis berumur 23 tahun yang cerdas, kini tengah melangkah masuk ke dalam bangunan warna-warni yang tak asing bagi warga Évreux selatan. Bangunan sederhana warna-warni ini tampak berdiri megah di antara lembah Iton, siluetnya tampak membayangi alun-alun kota, menghalangi teriknya matahari Prancis di kala siang.
Le Sourire, nama singkat bangunan tersebut. Terbuka untuk siapapun yang ingin berkunjung dan bertemu wajah-wajah riang yang jarangkali pudar. The Smile, menggambarkan senyuman dibalik semua kesedihan, guratan senyum yang selalu berbekas di pudarnya rintihan kesakitan.
Namanya Veitch, kehidupan. Umurnya baru sepuluh tahun. Bagi dirinya, nama yang tersemat begitu ironis. Hidupnya hanya sekedar duduk manis dengan kursi yang membatasinya dengan segala hal. Andaikan satu benda itu tak membatasinya, bisa sehebat apa ia?
Mereka Calanthe dan Calantha, dua bunga indah yang tengah layu. Namun Aqiila selalu berpesan, hidup bagaikan bunga, kadang semua mekar dan layu, terkadang tak semuanya mekar dalam satu waktu. Tak bisakah semuanya mekar bersamaan?
Sang ahli debat, Uistean. Bermimpi agar ia dapat mengalahkan Shakespeare dengan Othello-nya. Namun, ketika mulut dibekap dan telinga disumbat, semuanya terlihat mustahil. Perlawanan yang ia dapatkan dari musuh dalam tubuhnya juga tak memudahkan segalanya.
Galen namanya, tepat sekali dengan perangainya yang tenang dan kalem. Sahabat Uistean yang tak terpisah. Berbeda dengan Uistean, ia menerima, pasrah begitu saja dengan keadaannya. Tak pernah memandang pelangi, kini ia pun berusaha untuk menciptakan pelanginya sendiri.
Orion dua minggu, begitu julukannya. Tidak, ia tak masalah dengan panggilan begitu, karena itu 'compliment' untuk keunikannya, begitu katanya. Kalau kau ingin diingat olehnya, silahkan mampir selagi ia ingat...
Jonathan Lewis, nama yang ia ingat. Mantan nelayan yang penuh dengan kemisteriusan, masa lalu begitu suram untuknya. Teman, itu yang ia butuhkan di masa senjanya yang enam puluh tujuh tahun ini.
Ia Alina, pecinta buku-buku antik. Buku-buku ia gunakan untuk menutupi terang dirinya yang tak terbatas. Ia seperti Antares, atau Vega, atau bahkan Powehi, dengan kekuatan tak terbatas dalam menciptakan energi, sehingga overload.
Namanya Malca, sang ratu, anak perempuan tertua dalam bangunan warna-warni tersebut. Hampir tiap malam, hanya satu hal yang ia harapkan, yaitu "Hei, aku ingin seperti mereka; tertawa dengan alasan, menangis dengan alasan, dan bahagia dengan alasan. Aku ingin seperti mereka yang bisa menjelajahkan pikiran sesukanya. Aku ingin seperti mereka, andaikan aku bisa memilih..."
Andai tiap kisah kehidupan dapat dipilih, tentu tak semuanya menjadi sekarang, tak sepenting yang kita butuh. Tapi apa yang terjadi dengan 'barang buangan' yang dipandang sebelah mata oleh manusia lainnya?
Mungkin kita tak dapat memilih arus laut mana yang akan kita lewati, tapi kita dapat mlebarkan layar kapal untuk menuju kemanapun yang kita inginkan.
.
.
Merci et À Bientôt!
[Évreux, Octobre 25 2018]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar