Althafunnisa Hidayah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAB 1: Pertemuan

BAB 1: Pertemuan

BAB 1: Pertemuan

Sahabat Sehidup Sesurga

Viona adalah seorang anak dari keluarga berada. Papinya sudah meninggal tahun yang lalu karena suatu penyakit. Maminya adalah seorang wanita karir yang sukses. Viona berparas cantik, namun, sifatnya tak sebanding dengan kecantikan wajahnya. Ia seorang yang suka membentak, tak sabaran, pemarah, sombong dan bersikap kasar.

Di sekolah Viona suka memamerkan barang-barangnya yang termasuk brand mahal. Ia juga suka membentak dan langsung marah bila ada seorang teman yang menyenggolnya. Tak hanya di sekolah, di rumah pun Viona sering membentak, baik itu pada maminya, asisten rumah tangganya maupun kepada supir pribadi keluarganya.

Suatu hari dirumah Viona; “Viona, ayo shalat dulu sayang, sudah masuk waktunya nih,” panggil Mami dengan lembut. Viona yang sedang asyik dengan smartphonenya menjawab; “ih, nanggung nih mom! ntar dulu napa,” jawab Viona dengan kasar.

“Yaudah mami shalat duluan ya, ntar jangan lupa shalat, nanti waktunya habis lho," kata mami lagi. “Yaudah pergi sana! ,” balas Viona dengan kasar. “Astagfirullah,” mami beristighfar dalam hati melihat sikap Viona yang tak kunjung berubah. Setelah Mami pergi Viona melanjutkan keasyikkannya dalam dunia maya.

“Viona, kok kamu masih duduk disitu sih, udah jam 3 nih, ayo buruan shalat, bentar lagi waktunya habis lho,” Mami mengingatkan Viona sekali lagi.

“Iyaa, ini juga mau shalat kok, bawel banget sih,” sahut Viona dengan sangat kasar. Sekali lagi Mami hanya bisa beristighfar dalam hati. Viona pun beranjak dari tempat duduknya dan pergi mengambil wudhu untuk shalat.

***

Keesokan harinya, Viona sedang bersiap siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah berpakaian dengan rapi, ia segera turun ke bawah untuk sarapan. Viona makan dengan tergesa-gesa. “Viona, kalau makan jangan buru-buru, nanti bisa tersedak lho,” Mami mengingatkan. “Udah ah, Viona mau berangkat sekolah aja, ntar telat lagi,” kata Viona sambil beranjak dari kursinya.

Viona berangkat ke sekolah menggunakan mobil yang dikemudikan Pak Budi, supir pribadi keluarganya. Ditengah perjalanan, Viona melihat seorang anak memakai gamis dan jilbab panjang yang sudah kusam. Dipakaiannya, terlihat ada banyak tambalan yang menandakan ia bukanlah orang berada seperti Viona. Anak itu seumuran dengan Viona. Ia sedang berjualan kue.

Saat lampu lalu lintas berwarna merah, anak itu berjalan menuju mobil Viona lalu mengetuk jendela untuk menjajakan kuenya. Saat Viona membuka jendela mobil, anak itu langsung menawari Viona untuk membeli kuenya.

“Ihh, sorry ya! orang kaya gak ada yang makan kue murahan gitu! kue kamu pasti kotor dan gak enak kan! Liat aja baju kamu kusam dan pasti murah banget harganya atau mungkin itu baju bekas ya? Dasar orang miskin!,” kata Viona dengan kasar sekaligus menghina. Setelah berkata begitu Viona langsung menutup jendela mobilnya. Saat lampu lalu lintas sudah berwarna hijau, Viona meneruskan perjalanannya ke sekolah.

***

Esoknya, saat Viona sedang bersiap untuk ke sekolah, Mami berkata; “Viona, hari ini Mami ada meeting penting di beberapa tempat dan harus berangkat sekarang. Pulangnya mungkin malam. Jadi hari ini kamu berangkat jalan kaki ya.”

“Jalan kaki?” tanya Viona. “Iya sayang, kamu berani kan berangkat sendiri?,” Mami balik bertanya. “Yaudah deh Viona ke sekolahnya jalan kaki,” jawab Viona. Mami tersenyum.

“Oiya, kamu sarapan di sekolah aja ya sayang. Soalnya tadi malam kak khayra pergi ke kampung, jadi gak ada yang bikinin sarapannya. Yaudah Mami pergi dulu ya, bye,” kata mami sambil melambai. “Oke deh, bye, Mom,” balas Viona.

Viona pun berjalan kaki ke sekolahnya. Di tengah jalan, ia berpapasan dengan anak yang berjualan kue kemarin. “Eh, ketemu kamu lagi. Masih jual kue murahan itu ya? Kamu gak sekolah? Oiya kamu kan orang miskin ya mana bisa bayar uang sekolah. Apalagi beli perlengkapan sekolah yang brand mahal kayak punyaku, pasti gak sanggup kan! Baju kamu yang udah kusam ini barang rongsokan ya? Dapet di tong sampah kan! ,” kata Viona pada anak itu dengan nada sombong sekaligus menghina.

“Udah ah, daripada aku buang buang waktu disini, mending aku ke sekolah, ntar telat lagi,” kata Viona sekali lagi sambil mendorong anak itu sampai jatuh.

Viona lalu lanjut berjalan. Ditengah jalan, kepala Viona sedikit pusing karna ia belum sarapan. Sebab itu, jalan Viona sedikit oleng. Anak yang dihina Viona, sedari- tadi memperhatikan gerak gerik Viona.

Saat akan menyebrang jalan, Viona hampir tertabrak oleh seorang pengendara motor yang ngebut. Melihat itu, anak yang dihina Viona segera datang dan menarik Viona ke pinggir jalan, sehingga, Viona terhindar dari pengendara motor yang ngebut itu.

Setelah menarik Viona ke pinggir jalan, anak itu pun menggiring Viona jalan ke salah satu kursi di trotoar. “Terimakasih ya sudah menolongku, maaf ya, tadi pagi aku sudah mengejekmu,” kata Viona dengan suara lemas, ia masih sangat pusing.

“Iya, sama-sama. Makanlah, kamu keliatan pucat sekali,” balas anak itu sambil meberikan satu kue dagangannya pada Viona.

“Tapi kan itu daganganmu. Nanti kamu rugi kalau kuenya dikasih aku,” tolak Viona dengan halus.

“Gak apa-apa kok. Oiya kita belum kenalan. Aku Humaira.” “Aku Viona.” Kedua anak itupun bersalaman.

“Kuemu aku bayar aja ya, berapa harganya?,” tanya Viona. “Dua ribu per kue,” jawab Humaira. “Kalau gitu aku beli dua kue ya, sekalian untuk bekal,” kata Viona lagi. Setelah membungkus belanjaannya, Viona pamit ke Humaira untuk melanjutkan perjalanannya ke sekolah.

***

Siang harinya, Viona sudah di rumah. Dan kak Khayra juga sudah pulang. Saat makan siang, Viona masih memikirkan kejadian tadi pagi. Itu untuk pertama kalinya dia bertemu dengan seseorang seperti Humaira. Walaupun dia sudah mengejek Humaira, tetapi Humaira masih mau menolongnya.

“Kakak pernah gak ketemu orang yang walaupun pernah kakak ejek tapi dia masih mau nolongin kakak?,” tanya Viona pada asisten rumah tangganya.

“Pernah sih Vi. Tapi orang kayak gitu udah jarang ada di dunia ini. Emangnya kenapa Vi?,” jawab kak Khayra sembari balik bertanya. “Gak apa kok kak,” balas Viona.

Viona berpikir apa yang dikatakan kak Khayra benar. Udah jarang banget orang yang berhati mulia kayak gitu. Dia merasa menjadi salah satu orang yang beruntung, karna masih bisa bertemu orang seperti Humaira.

Esoknya, saat diperjalanan menuju sekolah, Viona melihat seseorang yang familiar di matanya. Humaira!. Ya, orang itu Humaira. Tapi Humaira tidak memakai baju sehari-hari seperti biasa, melainkan baju sekolah yang sama dengan baju sekolah Viona. Viona meminta supirnya untuk berhenti di dekat tempat Humaira berdiri.

Saat mobil sudah berhenti, Viona membuka kaca jendela mobil kemudian menyapa Humaira. “Hai Humaira, mau berangkat sekolah?.” “Iya nih Viona,” jawab Humaira.

“Sekolah kamu dimana?,” Tanya Viona lagi. “Di Fatimah Islamic school,” jawab Humaira. “Wah aku juga sekolah disitu. Berarti sekolah kita sama dong!. Berangkat bareng yuk,’ ajak Viona sambil membuka pintu mobil. Humaira pun masuk ke mobil.

Selama di dalam mobil mereka berbincang seru. “Ini hari pertama kamu masuk sekolah ya Humaira?.” “Iya Vi.” “Aku gak bermaksud ngejek kamu ya, tapi kan Fatimah Ilamic school itu sekolah swasta, dan spp nya juga mahal. Kok kamu bisa masuk sekolah itu?,” Tanya Viona. Kemaren kana da lomba tahfidz Qur’an yang hadiahnya sekolah gratis disana sampai lulus, dan Alhamdulillah aku menang lomba itu. Jadi aku bisa sekolah disana sampai tamat,” jelas Humaira panjang lebar. “Oo, eh udah sampe nih yuk turun,” ajak Viona. Mereka pun turun dan berterima kasih pada pak Budi. Lalu mereka berjalan memasuki gedung sekolah yang besar itu.

***

Saat makan malam, Viona menceritakan tentang Humaira yang menjadi teman barunya. “Mom, tadi aku dapet teman baru lho. Dia baik, cantik, juga pintar.” “Oh ya? Namanya siapa?,” tanya Mami. “Iya mom, namanya Humaira” jawab Viona. “Oo, eh udah larut malam nih, habis minum susu kamu tidur ya Viona. Jangan lupa gosok gigi dulu!,” kata Mami. “Ok mom,” balas Viona. Viona pun pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi sebelum tidur.Setelah Viona pergi, Mami juga pergi ke kamarnya dan segera tidur.

Saat jam menunjukkan pukul tiga dini hari, Mami terbangun dari tidurnya. Mami pergi ke wc hendak mengambil wudhu untuk shalat tahajud.

Di kamar, Viona juga terbangun karna ingin buang air. Selesai buang air di wc yang ada di dalam kamarnya, Viona pergi ke dapur untuk mengambil minum.

Saat keluar dari kamarnya untuk menuju dapur, Viona melewati kamar Mami. Ia mendengar Mami sedang berdoa. ”Ya Allah, semoga Humaira bisa membantu Viona untuk merubah sikapnya menjadi lebih baik. Ya Allah, bantulah Viona agar menjadi seorang muslimah sejati. Aamiin.”

Selesai mendengar Maminya berdoa, dalam hati Viona bertekad, Untuk merubah sikapnya menjadi lebih baik dan menjadi muslimah sejati.

Setelah mengambil minum, Viona langsung ke wc untuk berwudhu. Ia ingin shalat tahajud.

Selesai shalat, Viona pun berdoa. “Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku, Ya Allah, bantulah hamba agar menjadi lebih baik dan menjadi seorang muslimah sejati. Aamiin.” Selesai berdoa, Viona segera melepas mukena nya dan langsung tidur.

***

Jam 05:00 Viona bangun dari tidurnya dan langsung menunaikan shalat shubuh. Setelah shalat, Viona langsung mandi dan berpakaian dengan rapi untuk ke sekolah. Selesai merapikan pakaian, Viona langsung turun untuk sarapan.

Saat sarapan, Viona berkata pada Pak Budi, “Pak, nanti kalau kita ketemu Humaira di jalan, nanti bapak berhenti sebentar ya, aku mau ajak Humaira berangkat bareng.” “Oke Viona,” jawab Pak Budi.

“Mom, Viona berangkat dulu ya. Assalammu’alaikum,” pamit Viona. “Waalaikumsalam, hati-hati dijalan ya sayang,” jawab Mami. Mami tersenyum sekaligus senang melihat Viona yang mulai bersikap lemah lembut.

Di perjalanan, Viona kembali bertemu dengan Humaira. Ia pun mengajak Humaira untuk berangkat bersama. Seperti kemaren,selama di mobil, mereka pun asyik berbicang sampai tiba di sekolah. Setelah sampai, mereka langsung menuju kelas.

Saat di kelas, Viona berkata pada Humaira yang duduk disampingnya. “Humaira, nanti pulang sekolah main ke rumahku yuk, pulangnya nanti diantar Pak Budi aja,” ajak Viona. “Boleh, tapi nanti aku izin ke ibuku dulu ya,” balas Humaira.

Pulang sekolah, Humaira meminjam smartphone milik Viona untuk menelpon ibunya. Walaupu mereka hidup pas-pasan, tapi ibunya Humaira punya ponsel yang bisa dipakai untuk telepon dan berkirim pesan. Itu pun harganya tidak mahal.

Setelah mendapat izin dari ibunya, Humaira langsung menyampaikan hal itu pada Viona. Lalu mereka segera menuju mobil Viona dan langsung masuk ke dalamnya.

Sampai di rumah Viona, mereka langsung turun dari mobil dan memasuki rumah Viona. Viona mempersilakan Humaira untuk duduk di ruang tamu. Sedangkan Viona sendiri masuk ke kamar untuk ganti baju.

Selesai ganti baju, Viona mengajak Humaira untuk makan siang. “Hmm, masakan kakak enak banget,” puji Humaira. “Oh ya?, Kalau mau lagi tambah aja, gak usah malu-malu, kakak masknya banyak kok,” balas kak khayra sambil tersenyum. “Oh makasih banyak kak, tapi aku udah kenyang,” kata Humaira lagi.

Selesai makan, mereka main di kamar Viona. “Oiya Vi, kita kan ada pr!, gimana kalau kita kerjakan bareng?,” kata Humaira tiba- tiba. “Ayo!,” Balas Viona dengan bersemangat.

Mereka pun mengerjakan pr bersama. Tiba-tiba perut Viona mengeluarkan suara. “Kamu lapar ya Vi,” tanya Humaira sambil menahan tawa. “Hehe, iya nih. Aku ambil camilan dulu ya,” jawab Viona sambil pamit ke dapur.

Viona kembali ke kamar membawa camilan untuk Ia dan Humaira. “Humaira, tolong bukain pintunya dong!. Aku kesusahan nih bawa nya,” panggil Viona dari luar kamar. Mendengar panggilan itu, Humaira bergegas membuka pintu kamar. “Ya Allah Viona, banyak banget kamu bawanya,” kata Humaira sedikit kaget melihat camilan yang dibawa Viona.

“Gak apa kok, di dapur masih banyak. Lagian aku lapar banget,” Viona meletakkan semua camilan yang dibawanya ke atas sebuah meja.

“Itu namanya nafsu. Nanti kalau gak habis kan jadinya mubazir,” Humaira mengingatkan.

“Yang penting aku kenyang dulu,” kata Viona sambil makan camilan itu. Humaira hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Kemudian mereka lanjut mengerjakan pr yang belum selesai.

Setelah mengerjakan pr, dua sahabat ini kemudian bermain di taman rumah Viona. “Btw, rumah kamu dimana Humaira?, biar lain waktu aku bisa main ke rumah kamu,” tanya Viona.

Humaira terdiam. Rumahnya hanya terbuat dari papan. Walaupun cukup rapi tapi melihat rumah Viona yang sangat mewah dan Viona yang seorang anak dari keluarga berada, apakah mau bermain kerumah seorang anak yang kehidupannya sangat pas-pasan?.

“Humaira kenapa diam?,” tanya Viona lagi. “Oh gak apa kok. Rumah ku beralamat di jalan sakura nomor 2,” jawab Humaira.

“Aku boleh kan main ke rumah mu lain waktu?.” “Oh, boleh kok. Asal kamu mendapat izin dari ibumu. Oiya udah sore nih, aku mau pulang dulu ya” kata Humaira.

“Oke. Pulangnya biar diantar pak Budi aja ya,” balas Viona. Humaira pun pulang diantar Pak Budi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post