Mengejar Piala Jangkar 1
Mengejar Piala Jangkar 1
Oleh: Alifah Rahmania
Dulu waktu kelas 6 SD aku sangat malas mengikuti kegiatan ekskul Pramuka, yang diadakan setiap hari Sabtu. Ada banyak hal yang membuatku malas, di antaranya aku takut jika kulitku akan jadi hitam bila terpanggang terik mentari. Di samping itu, aku juga malas mendengar perintah Kakak Pembina yang menurutku terlalu banyak bicara.
Suatu hari saat aku duduk di kelas 7 SMP, aku mengenal kakak kelas dan memang cukup dekat dengan kakak kelasku itu, ku sebut dia mbak Wawa. Awalnya aku tidak memiliki kepercayaan diri saat melihat mereka yang bergerak bagai robot saat PBB dasar, bertepuk ria saat yel-yel, ataupun SMS yang mereka kodekan dari arah jauh. Aku sama sekali tak mengerti apa makna dari semua ini.
Lambat laun aku mulai di rajuk mbak Wawa untuk mengikuti sebuah organisasi yang ada di sekolahku, MTs Negeri 2 Jember. Organisasi itu bernama Dewan Galang, tempat anak-anak yang memiliki potensi di bidang Pramuka. Awalnya aku menolak karena saat itu aku menjabat menjadi salah satu pengurus OSIS, akan berat jika aku mengikuti Dewan Galang bukan? Tetapi karena aku tertarik sekali, melihat mereka yang terlihat keren jika sudah berada di tengah lapangan, akhirnya aku masuk ke dalam organisasi itu.
Tes mulai dilaksanakan, aku sangat antusias dan niat, aku mempelajari semua tentang dunia per-pramukaan. Beberapa hari setelah tes, aku lolos. Bahkan mbak Wawa sepertinya akan bangga karena aku berhasil tes dengan sangat baik.
Suatu hari, tepatnya di tahun 2020 sebelum pandemi melanda. Aku di pilih untuk mengikuti sebuah ajang perlombaan JANGKAR 1, Ajang Kreasi Antar Regu. Dan Prasanda mulai bergerak, jauh hari sebelum perlombaan itu dimulai, kami sangat bekerja keras. Kami berlatih mulai dari PBB, SMS, Pioneering dan masih banyak materi lainnya. Dari sini aku mulai mengenal rasa persatuan. Sekarang jatuh sakit adalah hal biasa bagiku, aku benar-benar ingin membawa banyak piala untuk sekolah ini.
Perlombaan pun di mulai, Prasanda atau singkatan dari Pramuka Martsanda (MTsN 2) sudah bersiap di depan pintu masuk. Kami menggunakan atribut lengkap, bendera kebanggaan Prasanda kami kibarkan. Kita sama-sama meyakinkan satu sama lain, sama-sama memperkokoh satu sama lain untuk tetap optimis melihat peserta dari sekolah lainnya yang banyak mengisi lapangan. Saat pendaftaran ulang sudah selesai, dan kami di nyatakan sebagai peserta, kami pun masuk ke bumi perkemahan sambil menggotong perlengkapan berkemah.
Tenda kami sudah berdiri, kami benar-benar membagi tugas agar semua biasa selesai bersamaan. Mulai membuat jemuran, memasang rak sepatu, dan mulai menata tas ransel kami ke dalam tenda.
Setiap perlombaan kami ikuti dengan khikmat, kami juga menikmati setiap momen yang nantinya tak akan pernah terulang kembali.
Dan sampailah di lomba Pioneering, perlombaan yang menurutku harus menguras banyak tenaga. Aku dan sebagian anggota yang di ambil untuk lomba ini sudah bersiap, melingkari tongkat dan tali. Saat peluit berbunyi, semua peserta mulai menjalankan aksinya membangun sebuah kerangka menggunakan tali air. Bersamaan hujan datang, mempermudah kami untuk mengikat tongkat. Waktu pun habis, kita menyelesaikan semuanya, namun ada beberapa tongkat yang kurang kuat sehingga tiang di atasnya sedikit miring. Kakak pembina kami dari kejauhan bertepuk tangan dan mengucapkan "Gak papa, kalian hebat," Sambil mengacungkan kedua ibu jarinya. Kami kembali menguatkan satu sama lain, bersama kelompok putra.
Lomba selanjutnya adalah Sandi Morse dan Semaphore, kebetulan aku di letakkan di bagian memegang Semaphore. Saat panitia memberikan sandi kotak 1, pos 1 mulai mengubah menjadi sebuah kata. Lalu pos 1 berlari ke arahku yaitu pos 2, setelah melihat kata kunci itu aku mulai mengibarkan bendera semaphore ku pada pos 3. Di pos 3 ada dua orang, yang satu bertugas membaca kodean semaphore dariku, dan yang satu akan meneruskan kode dariku melalui bendera morse. Dan lomba pun selesai, kami berhasil.
Hari terakhir lomba sudah tiba, semua peserta diarahkan menuju ke lapangan bumi perkemahan untuk mengumumkan kejuaraan di ajang perlombaan ini. Dan nama sekolah kami harum karena sudah berhasil membawa 6 piala. Setelah piala sudah di tangan kami, tepat sebelum pulang kami mengelilingi lapangan bumi perkemahan sambil mengeluarkan yel-yel kebanggaan kami, sebagai bentuk bahwa kami telah berhasil. Keberhasilan akan terus berada di depan kita, saat kita terus berusaha dan meyakinkan diri bahwa kita pasti bisa.
Teriakan apa saja yang kau serukan pada kami, pantang menyerah sebelum patah tulang. -Salam Pramuka
Tentang Penulis
Pengalaman ini ditulis oleh Alifah Rahmania, gadis pelajar asal Jember yang duduk di bangku kelas 9. MTs Negeri 02 Jember adalah tempat ia bersekolah. Lahir di Jember pada tanggal 15 Oktober tahun 2006. Memiliki kebiasaan membaca dan hobi berimajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dia dapat dihubungi melalui:
Alamat email : [email protected]
Instagram penulis : @alfrhraoo
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
semoga mendapat juara