Alifah Nurcharissa Chaniago

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapter 9. Rumah Seberang Jalan (1)

Bian's Pov.

"Bian," panggil Ziva.

"Iya kenapa?" ucapku.

"Itu rumah depanmu sudah tidak berpenghuni?"

"Iya sudah lama kosong,"

"Rumahnya keliatan serem banget," ujar Feli.

"Ya iyalah kan kosong," sahut Aris.

"Yaudin sih, kan aku cuman bilang," ucap Feli.

"Yaudah bukan yaudin," ucap Aris.

"Suka-suka aku lah," balas Feli.

"Udah lah gak usah ribut, sekarang mending kita main tebak-tebakan aja," usul Ziva.

"Ayok lah," sahutku.

"Aku duluan ya," kata Aris.

"Silahkan pak," kata Ziva sambil terkekeh.

"Apa bedanya sprite sama dia?" ujar Aris.

"Kalo sprite minuman," ucap Ziva.

"Kalo dia orang," tambahku dan Feli bersamaan.

"Salah," ujar Aris.

"Cie barengan, jangan-jangan kalian..." kata Aris.

"Teman," jawabku dan Feli langsung.

"Udah jadi yang bener apa?" tanya Ziva.

"Kalau sprite nyatanya nyegerin, kalau dia nyatanya ninggalin," jawab Aris.

"Gini nih jadinya, kalo orang ditinggal pas sayang-sayangnya," ucap Ziva.

"Feli kamu sekolah yang bener dulu ya, jangan kayak Aris," tambah Ziva.

"Iya mak," kata Feli sambil tertawa.

Selanjutnya aku tertawa mendengar perkataan Ziva kepada Feli barusan.

"Udah lah, lanjutt,"

"Aku lagi yaa, boleh kan?" pinta Aris.

"Boleh lah," kataku.

"Bis, bis apa yang bikin penasaran?"

"Bisakah kamu ambil permen di pesawat itu?" jawab Ziva.

"Bisakah kamu ambil air didalam kolam?" kataku.

"Bisakah martabak rasa coklat kejunya juga berasa?" sambung Feli.

"Ck, gak ada yang jelas emang,"

Aku, Ziva, dan Feli tertawa mendengar ucapan Aris.

"Kasih tau aja yang bener apa,"

"Yang bener....."

"Gak usah sok deh," ucap Ziva dengan nada sebal.

"Iya-iya," balas Aris kesal.

"Yang bener, bisakah aku memiliki dia?" tambah Aris.

"Huu, dasar bucin," kata Ziva.

"Udah gak ada obat buat bucinnya Aris," kataku.

"Gak jelas dasar," sambung Feli.

"Aku tertipu, aku terjebak, aku diam," ujar Aris.

"Apaan sih, tambah gak jelas nih anak," sebal Feli.

"Lanjut aja lah, jangan Aris lagi," kata Ziva sambil memakan keripik.

"Ziva, kamu bisa diem gak?" ucapku tiba-tiba.

Ziva yang sedang mengunyah otomatis langsung berhenti dan bertanya.

"Kenapa sih? lagi enak makan nih,"

"Kamu diem aja di hati aku, gak usah kemana-mana lagi," lanjutku.

"Wah, Bian diem-diem bucin juga. Pake acara ngata-ngatain aku," ucap Aris.

"Pah, Bian sudah besar ternyata," ucap Feli kepada Aris.

"Iya mah, udah tau cewe," balas Aris.

Setelahnya keduanya tertawa bersama.

"Sekarang gantian aku dong," kata Feli.

"Silahkan mah," kata Aris.

"Makasih pah," balas Feli sambil tertawa lagi.

"Gaje banget kalian berdua,"

"Suka-suka kita lah," jawab Aris dan Feli bersama.

"Dah lah, gantian aku nih," ulang Feli.

"Iya dah,"

"Eh, bentar," kataku.

"Kenapa sih?" tanya Feli.

"Di rumah itu kayak ada cewe, di deket jendela," ucapku sambil menunjuk rumah depanku.

"Mana sih? gak ada kok," ucap Ziva.

"Itu di deket jendela, masa gak liat sih," kesalku.

"Wajahnya pucet banget," tambahku.

"Ih beneran gak ada," ujar Feli.

"Jangan-jangan..." ujar Aris.

"Jangan-jangan apa? gak usah aneh-aneh," peringat Feli.

"Jangan-jangan Bian anak indihome," kata Aris.

"Ha?indihome?," bingung Ziva.

"Indigo yang bener," sebal Feli.

"Nah itu maksudnya," ucap Aris.

"Kalo iya, sejak kapan?" ucap Feli.

"Iya, sejak kapan Bian?" tanya Aris kepadaku.

"Ya gatau aku," jawabku.

"Sebelum-sebelumnya kamu pernah liat apa gitu, tapi orang lain gak liat. Pernah?" ujar Ziva.

"Pernah, baru seminggu yang lalu juga,"

"Nah, berarti kira-kira kamu udah jadi anak indihome seminggu yang lalu,"

"Indigo Zivaa," gemas Feli.

"Itu maksudku," kata Ziva.

"Emang bisa gitu ya?"

"Bisa, lah ini buktinya kamu," ucap Ziva.

Aku terus memikirkan ucapan ketiga temanku tadi. Apa iya aku sekarang menjadi anak indihome? Eh indigo. Entah lah, aku juga masih bingung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post