Chapter 8. Gudang Belakang Sekolah (2)
Bian's Pov.
Pagi harinya kami berkumpul di rumah Aris seperti biasa. Kami berkumpul sejak pagi. Setelah mendengar penjelasan dari Ziva kemaren, aku jadi lebih penasaran tentang gudang itu. Sebelumnya, aku juga sudah mencari tahu tentang gudang itu.
"Kita berangkat kapan?" tanya Aris.
"Sebentar lagi,"
"Nunggu apa sih?"
"Nunggu dia yang masih dihatinya orang lain," jawab Feli.
"Bucinn," kata Ziva.
"Dih biarin, suka-suka aku lah,"
"Sebenernya Ziva juga mau bucin, tapi gak ada objeknya," ujar Aris sambil tertawa.
"Ish, daripada Bian ditinggal pas sayng-sayangnya," ujar Ziva sambil memandang kearahku.
"Apaan nih, aku gatau apa-apa ya,"
"Halah, dulu siapa yang galau karena ditinggalin?" tanya Aris.
"Gak ada ya, lagi gak mau mikir kearah situ dulu,"
"Iya dah, yang ganteng mah beda. Gak nyari pun, nanti pada dateng sendiri," ucap Aris.
"Secara gak langsung, kamu bilang kalau Bian itu ganteng loh," kata Feli.
"Nyatanya begitu," ujar Aris sedih.
Aku pun yang mendengarnya hanya bisa tertawa.
"Sekarang kita berangkat," ucapku.
"Skuyy,"
Beberapa menit kemudian, tibalah di depan gudang belakang sekolah. Dari depan, terlihat jelas bahwa gudang ini jarang didatangi. Ini terbukti dari banyaknya rumput liar yang tumbuh di sekitarnya. Belum lagi sebuah pohon besar yang ada di samping gudang. Jika malam, pasti suasanan disini sangat menakutkan.
"Bagaimana kalau kita langsung masuk saja?"
"Jangan, kita lihat sekitar gudang ini dulu,'
"Oke lah,"
Saat sedang menelusuri area di belakang gudang, kami mendengar suara seseorang di dalamnya. Itu membuat kami semua bingung. Namun, beberapa menit kemudian, suara lain pun terdengar. Aku yakin pasti ada dua orang di dalam gudang, tapi sedang apa mereka disini.
"Kalian dengar suara dari dalam?" tanyaku,
"Iya aku dengar,"
"Aku juga Bian,"
"Kira-kira apa yang mereka lakukan?"
"Entah lah, tapi sepertinya mereka sedang ribut,"
"Hm, aku jadi penasaran. Apa sebaiknya kita masuk saja?" tawar Aris.
"Tapi aku takut kalau di dalam nanti sampai terjadi pembunuhan. Kan kita gak ada yang tau nantinya,"
"Begini saja, Aris sekarang kamu telpon polisi, siapa tau yang di dalam gudang ini ada penjahat," kata Feli.
"Nah bener tuh," seruju Ziva.
"Oke aku telpon polisi dulu,"
10 menit kemudian.
"Loh, kamu lagi Bian," ucap polisi.
"Eh bapak, kita ketemu terus ya pak,"
"Jangan-jangan kita...." ucap polisi sambil tertawa.
"Kita om dan ponakan yang terpisah," ucapku sambil ikut tertawa.
"Bisa aja kamu,"
"Oh ya, ada apa memanggil kami kemari?" tanya polisi lainnya.
"Jadi begini pak, tadi sewaktu kami sedang berkeliling gudang. Kami mendengar suara dari dalam gudang, sepertinya dua orang. Itu membuat saya penasaran pak, tapi teman saya ragu untuk masuk ke dalamnya. Jadi kami menelpon polisi.
"Oh begitu,"
"Iya begitu pak,"
"Ya sudah, sekarang kita masuk saja. Bapak di depan, dan kalian di belakang,"
"Baik pak,"
Sesampainya di dalam, aku terkejut karena ada dua orang di dalam gudang. Ternyata dugaanku benar. Tapi, salah satu diantaranya sudah tewas dengan bersimbah darah di tubuhnya. Aku yakin pasti dia tewas terbunuh.
"Jangan bergerak, tetap disitu," kata salah satu polisi.
Orang itu hanya diam di tempatnya.
"Oh, kamu ternyata. Akhirnya kamu ketangkap juga,"
"Bapak kenal sama orang ini?" tanyaku.
"Iya, dia ini merupakan salah satu target penangkapan. Dia sudah sering melakukan pembunuhan, tapi dia berhasil kabur selama ini,"
"Lalu, dimana dia membuang mayat korbannya?"
"Mungkin di gudang ini, mari berkeliling gudang ini,"
"Iya pak,"
Selama berkeliling di gudang ini, aku terkejut karena banyak sekali tulang manusia yang ada disini. Aku tidak habis pikir dengan orang itu, bisa-bisanya dia tega menghabisi orang yang tak salah.
"Nah, sekarang kalian sudah tau kan dimana dia menyembunyikannya?"
"Iya pak, saya bingung dengan orang seperti itu. Tega sekali dia,"
"Ya sebelumnya, dia juga pernah masuk rumah sakit jiwa. Tapi, entah bagaimana dia bisa keluar dari situ,"
"Sekarang lebih baik kalian pulang, saya masih harus membereskan masalah ini," sambung polisi.
"Iya pak, kami pulang dulu,"
"Hati-hati,"
Di perjalanan pulang kami terus bercerita tentang masalah di gudang tadi.
"Untung kamu selamat ya Ziva," kata Aris.
"Maksudmu apa?" kata Ziva.
"Ya maksudku, untung saja kamu tidak bertemu dengan orang itu. Kalau kamu kemaren bertemu dengan dia, aku tidak tau apa yang akan terjadi," jelas Aris.
"Yang penting kan aku masih disini. Nanti kalau gak ada aku, kamu kangen lagi," ujar Ziva sambil tertawa.
"Dih pede,"
"Gapapa yang penting gak hanya dianggap teman,"
"Aku terasingkan, aku diam," ujar Aris.
Aku dan Feli yang mendengar itu pun langsung ikut tertawa. Ziva dan Aris memang tidak bisa akur lama, pasti ada saja yang diributkan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar