Alifah Nurcharissa Chaniago

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapter 4. Pembunuhan Kepala Sekolah (3)

"Jadi begini..."

Flashback Off.

Saya sudah tahu bahwa cctv di depan ruang kepala sekolah sedang rusak. Karena pada siang harinya kepala sekolah memanggil dan meminta saya untuk memperbaiki cctv.

Saat keluar dari ruang kepala sekolah, saya bertemu dengan Pak Vino. Pak Vino bertanya kepada saya. Kira-kira seperti ini pertanyaan yang masih saya ingat.

"Loh Pak Tino habis darimana?" tanya Pak Vino.

"Saya habis dari ruang kepala sekolah,"

"Apa ada masalah pak?"

"Oh, tidak ada. Saya hanya diminta untuk memberbaiki cctv,"

"Cctv itu tidak perlu diperbaiki pak," ucap Pak Vino.

"Maksudnya?"

"Kemarin kepala sekolah sudah meminta saya untuk memanggil teknisi. Mungkin sebentar lagi datang," ucap Pak Vino.

"Lalu, mengapa kepala sekolah meminta saya untuk memperbaiki cctv?"

"Mungkin kepala sekolah lupa," jawab Pak Vino sambil terkekeh.

"Berarti saya tidak perlu memperbaiki cctv nya?"

"Iya tidak perlu,"

"Kalau begitu saya duluan pak,"

"Oh silahkan," kata Pak Vino.

Sebenarnya saya sedikit ragu dengan ucapan Pak Vino. Tapi akhirnya saya memilih untuk tidak memperbaiki cctv.

Sore harinya, semua guru sudah akan pulang. Begitu juga dengan kepala sekolah. Saya merasa aneh dengan kepala sekolah, karena biasanya kepala sekolah akan pulang paling akhir. Tapi tidak dengan sore itu.

Kepala sekolah sudah meninggalkan sekolah sekitar 5 menit sebelum saya menutup gerbang. Padahal biasanya, kepala sekolah akan meninggalkan sekolah bersama dengan saya menutup gerbang. Tidak mau ambil pusing, saya langsung menutup gerbang dan segera pulang.

Ditengah perjalanan pulang, saya lupa bahwa belum mengecek ruang kepala sekolah. Saya selalu mengecek pintu sudah terkunci atau belum. Itu hal yang diminta oleh kepala sekolah. Karena sedikit ragu, saya langsung kembali ke sekolah. Untuk memastikannya.

Sampai di depan ruang kepala sekolah, saya mendengar suara seseorang dari dalam. Disitu saya sempat bingung, siapa orang yang ada di dalamnya. Beberapa menit kemudian, sudah tidak terdengar dari dalam ruangan. Saya memutuskan untuk langsung masuk. Betapa terkejutnya saya, ketika melihat kepala sekolah sudah terkapar di lantai dengan tubuh bersimbah darah.

Ternyata di sudut ruangan terdapat seseorang yang duduk sambil memegang pisau. Pisau yang dipenuhi darah. Saya yakin bahwa orang itu adalah pelakunya. Orang tersebut kemudian berjalan ke arah saya, dan itu membuat saya ketakutan.

Dia meminta saya untuk merahasiakan hal ini. Jika saya memberitahukan kepada semua, orang tersebut akan membunuh keluarga saya. Membayangkan saja saya sudah tidak mampu, apalagi sampai terjadi. Akhirnya saya menyetujui saja. Setelah mendengar jawaban dari saya, dia lantas pergi begitu saja. Di tangan kanannya terdapat sebuah pisau.

Begitu orang itu pergi, saya juga langsung pergi. Tapi tidak pulang ke rumah melainkan mengikutinya dari belakang. Dengan begitu saya bisa tahu dimana dia menyembunyikan pisau itu. Setelah mengetahui, saya langsung pulang dengan perasaan campur aduk.

Flashback On.

"Jadi begitu cerita yang sebenarnya,"

"Kalau boleh tau, siapa orang yang membunuh kepala sekolah pak?" tanyaku.

"Pak Vino,"

"Pak Vino?bapak yakin?" tanya Ziva.

"Yakin, karena orang itu sudah melepas topeng yang dipakainya. Dan ternyata itu adalah Pak Vino. Pertamanya saya juga tidak menyangka, tapi orang itu adalah Pak Vino,"

"Sekarang begini saja pak, saya akan memanggil polisi untuk datang kemari," ucap Aris.

"Jangan, saya tidak ingin masuk penjara," ucap Pak Tino.

"Bukan untuk memasukkan bapak ke penjara, namun untuk menangkap Pak Vino,"

Pak Tino hanya mengangguk sabagai jawaban.

Beberapa menit kemudian, polisi datang ke rumah Pak Tino. Kami langsung bergegas menuju tempat dimana Pak Vino menyembunyikan pisau itu. Sampailah di sebuah tempat yang indah. Taman. Taman yang penuh dengan berbagai bunga.

Sebenarnya aku sempat tidak percaya, taman bunga yang indah dijadikan tempat menyembunyikan barang sebuah kejahatan. Tapi itulah kenyataannya. Pisau itu ditemukan di bawah salah satu tempat duduk. Selanjutnya kami menuju ke rumah Pak Vino.

Rumah Pak Vino berada di komplek perumahan. Untung saja kondisi sedang sepi, sehingga tidak terlalu mengundang perhatian para tetangga. Polisi mengetuk pintu, dan langsung dibuka oleh Pak Vino sendiri. Terlihat dari raut wajahnya Pak Vino terkejut dengan kedatangan kami. Apalagi dengan adanya polisi.

"Selamat siang pak," ucap salah satu polisi.

"Siang pak, ada apa ya?" tanya Pak Vino.

"Kedatangan kami kemari untuk membawa bapak ke kantor polisi. Karena bapak di curigai sebagai pelaku pembuhnuhan kepala sekolah SMA Pelita," jelas polisi.

"Saya bukan pelakunya pak,"

"Ya, itu nanti bisa dijelaskan di kantor polisi,"

Selanjutnya, Pak Vino dibawa ke kantor polisi. Awalnya Pak Vino selalu mengelak dengan berbagai jawaban. Namun, pada akhirnya Pak Vino mengakui perbuatannya itu. Pak Vino adalah pelaku pembunuhan, dan itu membuat Pak Vino harus dimasukkan ke dalam penjara untuk waktu yang lama.

Sekarang aku tau apa yang membuat PakVino melakukan pembunuhan. Ternyata, beberapa bulan yang lalu Pak Vino merupakan kepala sekolah SMA Pelita. Namun, karena ada suatu hal yang membuat Pak Vino harus turun dari jabatan, dan harus menjadi guru olahraga di SMA Pelita.

Jabatan kepala sekolah diisi oleh orang lain. Hal itu membuat Pak Vino tidak terima. Pak Vino merasa bahwa seharusnya dirinya yang menjadi kepala sekolah. Sejak saat itu, Pak Vino merencanakan pembunuhan ini. Pak Vino mungkin telah dibutakan, hanya karena jabatan.

"Sekarang kita pulang, dan tunggu saja petualangan berikutnya, kataku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post