Chapter 20. Pada Akhirnya.
Bian's Pov.
Pagi harinya, Ziva dan Aris dimakamkan bersama. Keluarga mereka sudah ikhlas atas kajadian ini. Mereka tidak menyalahkan aku, Feli, atau pun lainnya. Mereka benar-benar ikhlas menerima semuanya.
Makam Aris dan Ziva bersebelahan, setelah pemakaman satu persatu mulai meninggalakan area pemakaman. Dan sekarang tinggal aku dan Feli saja yang ada disini.
"Ziva, Aris yang tenang disana ya. Kalian berdua hebat, kalian teman terbaik," kata Feli sambil memandang makam Aris dan Ziva.
"Aku dan Feli akan selalu ingat dengan kalian, dan akan sering kesini. Walaupun nantinya kami akan kuliah jauh dari sini," kataku.
Selanjutnya, aku dan Feli pulang ke rumah. Di perjalanan kami sesekali mengobrol, masih merasa tidak percaya kalau ini nyata bukan hanya mimpi.
"Rasanya aku baru kemarin bertemu Aris dan Ziva, dan sekarang mereka udah gak ada," ucap Feli sambil terus memandang ke depan.
"Iyaa, setelah ini kita harus bisa bangkit. Walaupun nanti tempat kuliah kita berbeda, kita akan datang bersama ke makam Aris dan Ziva," ucapku pada Feli.
"Iya Bian,"
"Kamu tetap akan kuliah di luar negeri?" tanya Feli.
"Iya, seperti impian awalku,"
"Aku doain kamu keterima di sana,"
"Iya makasih Fel," ucapku.
"Kalau kamu mau kuliah dimana?"
"Mungkin di luar kota," jawab Feli.
"Kalau gitu, aku duluan Bian," kata Feli karena sudah hampir sampai rumahnya.
"Iya, hati-hati," kataku.
5 tahun kemudian.
Aku dan Feli hari ini akan berkunjung ke makam Aris dan Ziva. Sudah 5 tahun mereka meninggalkan kami. Tapi, 5 tahun bukanlah waktu yang mudah untuk melupakan mereka, mereka tetap ada di hati kami sebagai teman yang terbaik.
"Ziva, Aris, aku dan Bian datang kesini. Gak kerasa ya udah 5 tahun kalian ninggalin kami, kami tetap ingat kalian, dan kami tidak akan pernah melupakan kalian," ucap Feli sambil sesekali mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar makam.
"Kalian pasti udah bahagia disana, kalian yang akur jangan berantem disana," ucapku sambil menahan agar tidak menangis. Karena waktu itu, setelah pulang dari pemakaman Aris dan Ziva. Aku menangis di dalam kamar, entah apa yang membuatku seperti itu. Tapi, aku merasa seperti kehilangan salah satu saudara.
"Udah mau sore, aku sama Bian pamit pulang ya. Kapan-kapan kita kesini lagi," kata Feli.
"Ayok Ris," ajak Feli.
"Iyaa," ucapku.
Aku dan Feli tidak langsung pulang, kami pergi ke pantai. Tempat dimana kami pertama kali merencanakan untuk berpetualangan. Aku dan Feli menatap lurus ke depan, menikmati suasana pantai di sore hari.
"Nyatanya gak semua cerita harus berakhir dengan happy ending," kata Feli sambil terus menatap ke depan.
"Pertemuan merupakan awal dari perpisahan. Nantinya kita juga akan berpisah Fel, ibaratnya kita tinggal tunggu waktu aja. Mungkin Aris dan Ziva memang harus berpisah dengan kita lebih awal," kataku.
"Kita sekarang sudah mengikhlaskan mereka, tapi tidak harus melupakan. Karena bagaimana pun mereka teman kita sejak lama," tambah Feli.
"Inilah akhir dari petualangan selama ini," batinku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
kak, ada tulisan yg salah. kajadian, harusnya kejadian.