Alifah Nurcharissa Chaniago

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapter 2. Pembunuhan Kepala Sekolah (1)

Bian's Pov.

Ruangan kepala sekolah yang biasanya sepi, seketika berubah menjadi ramai. Tembok yang semula berwarna biru, kini telah ternodai oleh percikan darah dimana-mana. Sepertinya pembunuhan telah terjadi semalam.

Ini terbukti dari mayat korban yang sudah nulai mengeluarkan bau tak sedap. Mayat korban tergeletak dengan tubuh bersimbah darah. Sementara itu, kini polisi sedang mencari beberapa barang bukti.

Sebenarnya semua siswa dilarang untuk masuk ke dalam area tersebut. Tetapi karena rasa penasaranku, aku memutuskan untuk melihatnya. Ya, walaupun hanya melalui jendela. Setelahnya aku dan tiga melanjutkan perjalanan menuju kelas.

Sampai di kelas, kami membicarakan masalah tadi. Kami memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan pembunuhan ini terjadi.

"Dengan adanya kasus ini, apakah sama saja dengan kita mulai melakukan petualangan itu?" tanya Ziva.

"Ya, kita akan mulai saat ini juga," kataku.

Ketiganya lantas mengangguk.

"Sepertinya ini dilakukan oleh orang terdekat dari kepala sekolah," ucapku.

"Ya, aku juga berpikir sepertimu," ucap Feli.

"Apakah mungkin ini pembunuhan berencana?" tanya Aris.

"Entahlah," jawab Ziva sambil mengeluarkan buku dari dalam tas.

Buku ini yang nantinya akan digunakan untuk petualangan mereka. Jika ada sebuah kasus atau misteri, Ziva pasti akan langsung menulisnya. Dan mereka akan menyelesaikannya bersama.

"Kemarin sewaktu pulang sekolah, aku masih melihat kepala sekolah di depan ruangannya. Berarti pelakunya baru melaksanakan aksi setelah semua pulang," ujarku seraya berpikir.

"Bisa jadi. Lagipula selama ini kepala sekolah selalu pulang paling akhir," tambah Aris.

Keempatnya larut dalam pikiran masing-masing.

"Berarti pelakunya sudah ada di sekitar sekolah sejak pagi,"

"Sejak pagi?" tanya Ziva dengan ekspresi bingung.

"Sejak pagi. Supaya dia bisa lebih mengetahui keadaan sekolah. Sebelumnya, dia pasti sudah mencari tahu dimana ruangan sekolah,"

"Setelah mengetahui ruangan kepala sekolah, kemudian dia mencari cara yang tepat dan memikirkan supaya tidak sampai meninggalkan barang bukti,"

"Tidak meninggalkan barang bukti. Aku setuju kalau tentang ini, karena tadi aku mendengar polisi sedikit kesulitan menemukan barang bukti," sela ARis sambil mengingat ucapan polisi yang di dengarnya tadi.

"Mengapa polisi tidak memeriksa rekaman cctv yang berada di depan ruang kepala sekolah? Mungkin rekaman cctv itu nantinya dapat membantu," ucap Feli.

"Masalahnya, cctv itu sudah rusak 1 hari sebelumnya dan belum ada yang memperbaikinya," jelas Aris.

Mengapa Aris bisa tahu? Karena Aris sempat ke ruang pemantauan seluruh cctv yang ada di sekolah. Dan memang cctv yang ada di depan ruang kepala sekolah tidak terlihat di layar komputer.

"Kalau sudah begini, bagaimana bisa kita mengungkap kasus pembunuhan ini?" pasrah Feli sambil menenggelamkan wajahnya diatas meja.

"Jangan menyerah dulu, kita pasti bisa mengungkap kasus ini,"

"Sekarang, kita coba gabungkan beberapa kemungkinan tadi," kataku.

"Nahh, siapa tau bisa sedikit membantu," ujar Feli kembali bersemangat.

"Sepertinya dilakukan oleh orang terdekat atau paling tidak kenal dengan kepala sekolah. Bisa jadi pembunuhan berencana,"

"Sewaktu pulang sekolah kemarin, aku masih melihat kepala sekolah," kataku.

"Pelakunya pasti sudah cukup mengerti dengan denah sekolah. Karena denah sekolah ini, termasuk sulit di mengerti oleh orang baru. Pelaku tidak meninggalkan barang bukti sedikit pun di lokasi,"

Ketiganya masih mendengarkan aku berbicara.

"Cctv di depan ruang kepala sekolah sudah rusak sejak 1 hari sebelumnya. Biasanya jika ada cctv yang rusak, pasti langsung diperbaiki. Apalagi di depan ruang kepala sekolah, seharusnya langsung diperbaiki,"

"Sedangkan ini tidak. Bisa jadi termasuk salah satu rencana pelaku,"

"Tapi aku yakin, pasti ada barang atau orang yang dapat membantu kita,"

"Eh, sebentar. Mengapa setelah mendengar penjelasanmu, aku jadi merasa curiga kepada seseorang ya?" tanya Ziva sambil mencatat beberapa kemungkinan tadi.

"Curiga? boleh saja sih, tapi jangan sampai menuduhnya tanpa bukti," jawabku.

"Apa jangan-jagan pelakunya berasal dari dalam sekolah? Tapi siapa yang sampai tega melakukannya? Dan apa motifnya?" bingung Aris.

Feli kemudian beralih menatap Ziva.

"Memangnya seseorang yang kau curigai siapa? dan apa alasannya?" tanya Feli kepada Ziva.

"Aku curiga kepada..."

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post