Alifah Nurcharissa Chaniago

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapter 18. Teror (1)

Bian's Pov.

Perjalanan dari labirin menuju villa hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja, dan kini kami sudah sampai di depan villa. Dari depan, villa ini masih terlihat bagus. Kami memutuskan masuk ke dalam villa. Di dalam villa, terdapat 2 kamar tidur, dan 2 kamar mandi saja. Itu tidak masalah bagi kami, karena kami hanya berempat.

"Jadi, aku sama Aris di kamar bawah. Feli sama Ziva di kamar atas aja," kataku.

"Boleh deh," setuju Feli.

"Yaudah kita sekarang bersih-bersih dulu, nanti kalo udah baru kita bahas tentang rumah labirin,"

"Sip sipp,"

10 menit kemudian.

Aku yang sedang duduk di lantai bawah, terkejut karena mendengar suara dari atas, seperti ada yang pecah.

"Suara apa dari atas?" tanya Aris.

"Gatau, cek aja yuk,"

"Oke,"

Samapi di atas, ternyata benar kaca kamar Feli dan Ziva pecah.

"Kenapa bisa pecah?"

"Gatau, tadi aku sama Ziva lagi beres-beres. Tiba-tiba ada yang lempar pake batu dari luar," jawab Feli.

"Batu?"

"Itu batunya," tunjuk Ziva kearah dimana batu itu.

Aku mengambil batu itu, dan terdapat sebuah kertas.

"Ada apa?" tanya Aris.

"Ada kertasnya,"

"Coba buka, siapa tau penting,"

Aku langsung membuka surat itu, dan ternyata ini seperti sebuah teror.

"Jangan coba-coba untuk mencari tahu, atau kalian akan berakhir dengan tragis," bacaku.

"Ha? maksudnya?"

"Mungkin, sebaiknya kita tidak usah pergi ke rumah labirin," kata Aris.

"Bisa jadi," sambung Feli.

"Trus sekarang kita harus gimana?"

"Kita bahas di bawah aja," ujarku.

"Jadi? apa kita tetap akan ke rumah labirin itu?" tanya Aris.

"Sebenernya ini kembali lagi ke kalian, karena nanti kalian yang akan pergi kesana," kataku.

"Kalau aku sih tetap akan kesana," tambaku.

"Aku juga," kata Ziva.

"Aku jadi deh, kamu gimana Ris?" ucap Feli.

"Ikut kamu aja," ujar Aris.

"Good," ucap Feli.

"Pilling good," ucap Aris sambil tertawa.

"Aku liat-liat kalian cocok, kenapa gak jadian aja?" kata Ziva tiba-tiba.

"Iya juga ya, kenapa kita gak jadian aja ya sayang?" kata Aris kepada Feli.

"Kita cuman teman, kenapa pake panggil sayang-sayangan. Aku manusia yang punya perasaan, gak usah kamu kasih harapan. Apalagi tempat pelarian," ujar Feli.

"Tuh Ris, di kode tuh," ujar Ziva.

Aku, Feli, dan Aris yang mendengar ucapan Ziva tadi langsung tertawa. Karena dari dulu, aku dan Aris menganggap Feli sebagai teman atau adik sendiri. Dulu, Feli memang yang paling muda diantara kita bertiga. Tapi sekarang tidak, karena Ziva lah yang paling muda.

Sedikit cerita, aku, Aris, dan Feli sudah berteman sejak lama. Jauh sebelum mengenal Ziva, kami kenal Ziva itu waktu kelas 1 SMP. Dulu, aku dan Aris sempat kagum kepada Feli. Itu karena Feli tidak menunjukkan rasa sedihnya di depanku dan Aris. Ya, hanya sebatas itu saja. Kalau sayang? rasa sayang kakak kepada adiknya.

Jadi, Feli tidak mungkin berpacaran dengan Aris. Lagi pula Aris sekarang sedang mendekati salah satu adik kelas. Kalau Feli? Feli sama sepertiku, sedang tidak ingin memikirkan hal seperti tadi.

"Kok pada ketawa sih?" bingung Ziva.

"Aku tuh gak suka sama Feli, Feli udah aku anggap kayak adik sendiri,"kata Aris sambil tertawa.

"Ha?aku bingung," ujar Ziva.

"Jadi, aku sama Aris itu udah temenan lama, dengan Bian juga. Jauh sebelum kenal sama kamu Ziva," jelas Feli.

"Jadi, aku gak mungkin suka sama Aris atau Bian," tambah Feli.

"Kalian udah temenan lama? kok aku gatau sih," ucap Ziva.

"Kamu kan baru ketemu kita kelas 1 SMP," ucapku.

"Iya jugaa," ujar Ziva.

"Kita tetep pergi ke rumah labirin itu besok kan?" tanya Feli.

"Iya," jawabku.

"Iya dong sayang," kata Aris sambil tertawa.

"Ris, gak usah mulai," sebal Feli.

"Becanda doang," kata Aris kepada Feli.

"Hm,"

"Eh, aku mau cerita nih," ucap Ziva.

"Cerita aja," ucap Feli.

"Aku lagi suka sama seseorang, menurut kalian aku harus ngapain?"

"Orang itu suka juga gak sama kamu?" tanya Aris.

"Enggak kayaknya,"

"Kamu udah coba kasih tau ke orangnya? kalau kamu suka dia?"

"Udah, kemarin malah," ujar Ziva.

"Emang orangnya kayak gimana sih?" penasaran Aris.

"Cowo, baik," jawab Ziva.

"Ya iyalah kalo itu," kesal Aris.

"Kalau boleh tau siapa namanya?" tanya Feli.

"Bian," jawab Ziva.

Feli dan Aris langsung melihat kearahku, aku hanya menatap mereka sebentar lalu fokus kembali ke hp. Dari awal aku sudah tidak minat mendengarkan cerita Ziva, bukan karena apa. Tapi, pasti akan mengarah kepadaku, dan benar saja kan.

"Gini Ziva, kamu tau kan Bian orangnya kayak gimana? dia itu gak mikirin tentang pacaran untuk saat ini, dia sekarang lagi fokus ke sekolahnya," jelas Feli.

"Kamu tau gak kenapa Bian lebih fokus ke sekolahnya?" tanya Aris.

"Enggak," jawab Ziva.

"Karena setelah lulus SMA nanti, Bian akan pergi ke luar negeri," kata Aris.

"Maksudnya gimana?" bingung Ziva.

"Setelah lulus SMA, Bian akan pergi kuliah di luar negeri. Kedokteran, itu impian Bian sejak dulu," kata Feli

"Aku berasa gatau apa-apa," kata Ziva.

"Wajar Ziva, kamu kan baru kenal. Sedangkan aku dan Feli udah kenal Bian dari kecil," ujar Aris.

"Apa Bian tetep gak bisa luangin waktu sedikit untuk berpikir tentang pacaran?"

"Tanya orangnya aja langsung," kata Aris.

"Enggak," ujarku langsung, karena dari tadi aku sudah mendengar percakapan mereka

"Sedikit ajaa," ujar Ziva masih berusaha.

"Gak bisa Ziva, kamu gak akan ngerti alasan kenapa aku kuliah disana,"

"Coba jelasin, pasti aku ngerti kok,"

"Udah lah lupain aja," kataku sudah malas dengan alur pembahasan ini.

"Bian, kalau kamu mau kuliah di luar negeri gapapa kok. Aku bakal tungguin kamu sampai lulus," ucap Ziva masih terus mencoba membujukku.

"Kamu gak usah tungguin aku, cowo bukan cuman aku aja Ziva. Masih banyak yang lain di luar sana, yang mungkin juga bisa membalas perasaanmu itu," jelasku.

"Tapi, aku maunya sama kamu Bian,"

"Ziva, kamu gak usah tungguin Bian ya. Bian pasti kuliah disana lama, belum lagi cewe disana cantik-cantik. Siapa tau nanti Bian malah kecantolnya sama cewe-cewe yang disana. Masa kamu nanti nungguin Bian disini, tapi ternyata Bian udah punya pacar disana. Kan aku kasian ke kamu," ucap Aris kepada Ziva.

"Aku gak akan nunggu kamu Bian, tapi kasih tau aku alasan kamu milih kuliah di luar negeri," ujar Ziva.

"Aku gak bisa kasih tau kamu, Aris sama Feli aja gatau alasan aku milih kuliah disana,"

"Yah kok gitu sih," sebal Ziva.

"Gak semua orang harus tau alasan kita, kadang seseorang juga butuh privasi untuk dirinya sendiri. Paham Ziva?"

"I understand," kata Ziva.

"Good," kataku.

"Sekarang kita istirahat, supaya besok kita siap untuk pergi ke rumah labirin," ucap Feli.

"Tapi, kaca kamar kita kan pecah Fel,"

"Gini aja kalian tidur di kamar bawah, nanti aku sama Aris tidur di sofa aja," usulku.

"Boleh deh," setuju Aris.

"Oke, yuk Fel kita istirahat," ajak Ziva.

"Iyaa,"

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Makasih ya.

25 Jun
Balas

ya, kak.. kutunggu lanjutannya, seru banget > <

26 Jun

Kak, aku koreksi gapapa, yaa. tambaku= tambahku; Becanda= bercanda (tapi emg banyak sih, yg nulisnya becanda, jadi gk terlalu gimanaa gitu)

25 Jun
Balas



search

New Post