Chapter ketiga: Rahasia
Chapter ketiga: Rahasia
Saat di dalam portal,Aku tidak berani membuka mataku. Aku hanya meringkuk sambil berpegangan pada baju Ja’far. Tiba-tiba,Aku terjatuh di tengah ruangan besar dengan karpet berwarna merah. Aku tidak melihat lampu disini. Dan juga tidak ada jendela. Tapi ruangan ini terang.
Aku berdiri dan menatap ruangan sekelilingku. Semuanya sudah lengkap disini. Orang bertubuh gempal itu,Umar,dan juga Ja’far. Mereka menyelamatkanku dan membawaku kesini. Mereka mengatakan tidak punya ide lain,dan tidak sempat berfikir panjang. Bayangkan saja kalau Aku masih di dalam kamar Umar dengan Wanita misterius itu. Akhirnya,Aku hanya mengangguk menurut. Saat Aku meendongak memerhatikan ruangan luas ini,muncul awan hitam di langit-langit. Belum nampak siapa yang akan keluar dari awan hitam itu,pukulan hologram sudah menyambut kami.
Aku melompat mundur kebelakang Umar. Aku tidak ingin terjadi seperti ini lagi Apakah orang bertubuh gempal itu tidak mau membantu Umar dan Ja’far? Atau mungkin dia tidak memiliki kekuatan? Hanya meringkuk sepertiku? Entahlah. Umar menyuruhku pergi ke sudut ruangan. Berlindung disana. Diruangan ini tidak ada perabotan apapun. Hanya ruangan setinggi sepuluh meter dengan panjang dua puluh meter. Aku berlari dibelakang Orang bertubuh gempal itu. Dia juga mau berlindung disudut ruangan.
Ja’far melompat mundur dua langkah. Dia hampir kehilangan kesimbangan. Umar menghindar dengan teknik teleportasinya. Dia muncul dibelakang Wanita misterius itu. Mengeluarkan seperti sebuah kartu nama berwarna biru dari saku bajunya. Lantas melemparkannya kearah Wanita itu. Dia seperti melempar sebuah shuriken. Saat kartu nama mengenai bahu kanan Wanita misterius,kartu nama itu meledak. Itu bukan seperti ledakan bom. Lebih tepatnya,kartu nama itu meleleh menjadi cairan berwana merah muda lengket yang mengikat Wanita misterius tadi.
Ja’far langsung meringkus Wanita misterius itu. Orang bertubuh gempal itu berlari kearah Umar dan Ja’far. Aku mengikutinya dari belakang. Umar mengeluarkan sesuatu dari tasnya,yang berbentuk seperti pil obat. Itu adalah serbuk khusus untuk melepas cairan lengket merah muda tadi. Cairan merah muda itu terlepas dari tubuh si Wanita misterius. Umar cekatan mengambil semacam stik es krim merah muda. Ja’far masih menahan tangan Wanita misterius itu. Itu bukan sembarang stik es krim. Itu adalah borgol yang bisa mengencang jika kita terus memberontak. Wanita itu menyerah,dan di borgol oleh Umar.
Sepertinya ruangan berkarpet merah tadi hanya aula. Aku tidak tahu,sebenarnya aula tadi bukan sembarang aula. Kami berjalan menuju pintu keluar. Aku bertanya pada Umar.
“Sebenarnya siapa Wanita itu?” Tanyaku pada Umar sambil menunjuk Wanita yang masih dituntun oleh Ja’far.
“Tidak tahu.” Jawab Umar santai
“Bagaimana kamu bisa tidak tahu? Padahal Kamu prajurit terbaik Planet ini?”
“Tidak tahu.”
“Dasar prajurit amatiran.” Jawabku mencibir Umar yang sekarang melotot padaku. Aku hanya tertawa geli melihat wajahnya. Dia mendengus pelan. Lalu kembali asyik dengan kepalanya yang gatal.
“Kenapa ruangan tadi kosong?” Tanyaku kepada Umar yang sekarang asyik mengupil
“Jangan lihat sesuatu hanya dari luarnya,Fatih. Sebenarnya ruangan berkarpet merah itu dilengkapi teknologi canggih yang bisa diatur sesuka hati. Kamu saja yang kurang ilmu. Kurang memerhatikan apa yang ada disekitarmu. Aku,sebagai prajurit terbaik Planet ini,dilatih untuk mengetahui setiap detail benda-benda hanya dengan melihatnya sekilas. Ini penting disaat terdesak. ”
Jawab Umar. Dia berjalan sambil bergaya seperti pahlawan yang telah memenangkan sebuah pertempuran. Aku hanya tertawa melihat tingkah sahabatku.
Kami sampai diujung ruangan berkarpet merah ini. Hanya ada dinding Besar putih saja. Tidak mungkin kami disuruh berlari menembus dinding,kan? Tapi,mungkin saja di Planet ini cara keluar dari ruangan adalah menembus dinding. Tapi,itu hanya perkiraanku saja.
Tiba-tiba,Orang bertubuh gempal itu menyikut perutku. Menyuruhku menjauh. Dia mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya. Sebuah pin biru kecil. Lalu menempelkannya ke dinding putih besar itu. Dinding itu begetar,lalu turun kebawah. Aku hanya menatap takjub teknologi Planet ini. Umar dan Ja’far sudah melangkah terlebih dahulu ke sebrang ruangan.
Aku melangkah mengikuti Umar dan Ja’far yang berjalan terlebih dahulu. Disusul oleh Orang bertubuh gempal dibelakangku. Saat kami sudah berada di sebrang ruangan,Dinding itu menutup kembali keatas. Tanpa ada suara sedikitpun. Dinding itu kembali rapat. Seperti tidak pernah ada manusia yang melewatinya.
Umar berbisik padaku bahwa ini hanya latihan yang mereka ikuti. Aku mendengus kesal. Lalu,mengapa mereka ikut menyeretku ke Planet antah berantah ini?
“Bukannya kami bermaksud mencari masalah,Tih. Tapi,pelatihan ini didesain seperti asli. Untuk merekrut prajurit terbaik. Aku dan Ja’far akan menjadi prajurit terkuat yang pernah ada!” Jawab Umar.
“Pasti kamu bercanda.Aku sama sekali tidak percaya. Itu adalah pertandingan antara hidup-mati yang pernah kulihat secara langsung untuk pertama kalinya. Pertarungan seheroik itu? Apanya yang hanya pelatihan?” Tanyaku tidak percaya. Aku melotot kearah mereka.
“Aku tidak bohong,Fatih. Kenapa sih,pakai melotot segala?” Umar menjawab. Membalas melotot kearahku. Aku hanya mengabaikannya. Lebih tertarik melihat sekitar. Aku hanya memperhatikan ruangan apa sekarang. Ruangan besar dengan warna putih,dan juga dengan lantai marmer putih.
Sepertinya warga Planet ini sangat terobsesi dengan warna putih. Ada meja kayu bundar dengan beberapa kursi kayu coklat mengelilinginya diujung ruangan. Salah satu kursi itu terisi. Seorang lelaki,duduk dengan santai di salah satu kursi. Kami terus melangkah ke ujung ruangan itu. Terus berjalan kearah lelaki itu. Dia tersenyum kearah Umar dan Ja’far.
Tunggu dulu. Kemana Wanita misterius tadi? Aku melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada bahaya lagi. Eh? Kenapa Ja’far dengan santainya malah melepaskan borgol dari Wanita itu? Aku lalu menyikut perutnya. Itu berbahaya.
“Jangan panik. Umar kan sudah bilang kalau ini hanya pelatihan yang didesain sedemikian rupa. Ini ditujukan untuk melihat apakah para prajurit mampu menghadapi bahaya kapan saja dan dimana saja. Pelatihannya dijalankan kapanpun dan dimanapun secara tidak disangka-sangka oleh para peserta. Jika kita ingin lulus,kita harus menganggap pertarungan ini serius. Makanya,Aku menarikmu kesini. Ini termasuk kategori penilaian.” Jawab Ja’far dengan santainya.
Aku hanya mendengus tidak percaya. Ini menyebalkan. Akhirnya,Aku memutuskan kembali memerhatikan sekeliling. Kami semakin dekat dengan Lelaki diujung ruangan. Dia masih tersenyum. Umar dan Ja’far tiba-tiba membungkuk hormat kearah Lelaki itu. Diikuti dengan Orang bertubuh gempal disebelahku. Aku bingung. Tapi kemudian ikut membungkuk. Memangnya siapa Lelaki itu?
Umar dan Ja’far sudah kembali berdiri. Aku hanya mengikuti mereka berdua. Lelaki itu berdiri,lalu berbicara sambil bertepuk tangan. Dia memeluk Orang bertubuh gempal yang ada disampingku. Entah apa yang mereka bicarakan.
“Apa kubilang. Aku akan menjadi pajurit terbaik di Planet ini,kan?” Tanya Umar mencibirku yang sedang bengong dengan pembicaraan mereka.
“Apa maksudmu? Aku saja tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.” Jawabku.
“Lelaki itu mengatakan kalau Aku dan Ja’far lulus.”
Aku hanya menghela napas lega. Ternyata hanya pelatihan. Lelaki itu menyodorkan sesuatu kepadaku. Seperti sebuah kapas putih. Aku menerimanya. Sepertinya itu alat canggih lainnya. Aku memerhatikannya. Aku tahu. Ini alat penerjemah. Aku memakainya. Kapas ini berlawanan fungsinya dengan kapas di Bumi. Alat ini membantu menrjemahkan bahasa,menysuaikan dengan bahasa pemakainya. Jika di Bumi,kapas digunakan untuk meredam suara,disisni untuk menjernihkan suara.
Sekarang Aku tahu. Umar dan Ja’far memang lulus pelatihan.
“Jadi ini orang yang meyelamatkanmu, Zaz? Apa dia sahabatmu?” Tanya Lelaki itu. Dia bertanya ke Zaz. Eh,siapa Zaz? Umar berbisik padaku.
“Namaku Zaz. Umar hanya nama samaran. Agar Aku bisa melebur dengan warga Bumi. Nama samaran Ja’far,Gax.”
“Jadi,tolong jangan beritahu siapapun tentang ini. Boleh Aku tahu namamu?” Tanya Lelaki itu. Dia memakai bahasa Planet antah berantah ini. Tapi,berkat alat yang diberikannya,Aku dapat mengerti. Aku menjawab dngan bahasa Planet ini juga. Alat ini juga bisa membuat penggunanya berbicara bahasa Planet ini. Entahlah. Aku merasa nyaman mengobrol dengan Lelaki ini. Dia ramah. Tapi,Aku tidak tahu kalau banyak rahasia dibalik semua ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar