Alfiyya Kamila Dini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapter kedua: Sahabat yang Janggal

Chapter kedua: Sahabat Yang Janggal

Aku memperhatikan gerak-gerik Umar yang aneh. Dia seperti menghindari dari menatapku. Aku tidak tahu apa alasannya. Lalu,dia meminta izin padaku. Ada telephone katanya. Dia memang memiliki telephone rumah khusus. Seperti yang ada di film-film. Aku hanya mengangguk. Tadi memang ada pelayan yang memberitahukan kalau ada panggilan untuknya. Aku tetap fokus pada bukuku. Toh,paling-paling sebentar juga balik lagi. Aku tidak menyangka kalau lima belas menit kemudian dia kembali dengan Ja’far disampingnya. Aku kaget bukan kepalang. Ja’far terlihat baik-baik saja di gandengnya.

“Eh,Kamu nyolong Ja’far dari rumah sakit,ya?” Tanyaku masih bingung

“Enggak mungkin,lah!” Jawab Umar agak marah

“Lah,kenapa dah? Kok pada tegang? Kita kan mau belajar bareng. Iya,kan?” Tanyaku polos.

“Udahan dulu belajarnya ya,Tih. Aku sama Ja’far mau pergi bentar. Urgent, niih…” Kata Umar sambil memasukkan beberapa barang ke tasnya.

“Okey. Kapan mau belajar bareng lagi?” Tanyaku.

“Kalau kami balik,kami bakalan nelphon,kok.” Jawab Umar sambil menyikut perut Ja’far.

“Memangnya,Urgent banget ya urusannya?” Tanyaku memastikan perkataan Umar

“Iya.” Jawab Ja’far tersenyum padaku

Aku melangkah keluar kamar Umar. Ja’far tetap disana. Kamar Umar ada di lantai satu rumahnya. Dibagian depan. Aku sempat berfikir kalau mereka tidak menginginkanku. Tapi,segera kutepis pikiran itu jauh-jauh. Tidak mungkin mereka membenci sahabat sendiri,kan? Aku tahu sifat-sifat mereka dari kelas tiga. Iya,Aku bersahabat dengan mereka dari kelas tiga.

Tapi saat Umar menutup pintu kamarnya yang besar itu,Aku mendengar suara teriakan dari arah kamar Umar. Aku mendengarnya tidak terlalu keras. Karena jarakku dengan kamar Umar sudah lumayan jauh. Dan juga kamar Umar berdinding tebal. Aku tahu kalau Umar menutup pintu kamarnya saat aku menoleh kebelakang. Dan setelah itu,Aku mendengar teriakan yang samar.

Aku spontan langsung berlari ke kamar Umar dan mendobrak pintunya. Mereka berdua kaget ketika melihatku mendobrak pintu besar itu secara tiba-tiba. Aku sekilas mendengar Umar Berbicara kepada Ja’far seperti hanya mendengung. Mereka berdua melongo melihatku terengah-engah di ambang pintu. Aku juga melongo melihat mereka melongo kepadaku.

Mereka melotot kepadaku karena kesal. Dan Aku juga tidak terima melihat mereka melotot marah kepadaku,dan Aku membalas melotot kepada meerka. Seakan-akan mereka mengatakan. Bisa ketuk pintu dulu,tidak?! Dan seakan-akan Aku menjawab. Iya-iya. Maap deh.

Aku langsung bertanya bahwa Aku mendengar teriakan seseorang dari sini. Tapi mereka menggeleng tanda tidak tahu. Aku kembali melangkah keluar kamar dan menuju pintu keluar. Baru saja Aku setengah jalan menuju pintu keluar,Aku merasa ada yang aneh dari mereka berdua tadi. Saat Aku mendobrak pintu kamar Umar,Aku mendengar sekilas Umar berusaha berbicara kepada Ja’far. Tapi hanya seperti mendengung.

Dia seakan-akan mereka berbicara menggunakan bahasa lain. Juga saat Aku bertanya pada mereka apakah mereka mendengar suara teriakan tadi. Mereka hanya menggeleng tanpa berbicara. Aku curiga sekaligus khawatir kepada mereka berdua. Aku berlari kembali ke kamar Umar dan membuka pintunya secara perlahan. Aku melihat sekilas mereka mengemasi barang-barang mereka kedalam tas ransel masing-masing.

Aku mendengar mereka ‘mendengung’ satu sama lain dengan nada yang panik. Sebenarnya itu bukan mendengung,sih. Aku hanya tidak memahami bahasa mereka saja. Mereka berbicara cepat sekali. Seakan-akan seperti mendengung. Dan bahasanya sama sekali belum pernah kudengar. Mereka berdua berdiri membelakangiku. Aku melihat mereka mengetuk pelan jam tangannya sebanyak dua kali. Jam itulah yang berbunyi saat Aku belajar bersama dengan Umar tadi.

Tiba-tiba Jam tangan mereka bercahaya dan seperti mengeluarkan serbuk merah beterbangan di sekitarnya. Aku kaget melihat itu. Aku tidak sengaja menyenggol pintu besar yang sedikit terbuka. Pintu itu bergeser. Dengan spontan,Aku loncat kebelakang. Aku tidak sengaja terjatuh tersandung kakiku sendiri. Umar dan Ja’far menoleh kearahku. Mereka menolongku untuk berdiri.

“Kamu tidak papa,kan?” Tanya Umar khawatir. Aku menggeleng. Aku menunjuk pantatku.

“Tulang ekorku sakit. Kakiku susah untuk digerakkan.” Jawabku.

“Ayo,biar Aku bantu.” Ja’far membantuku berdiri dan menuntunku ke atas Kasur Umar.

“Tih,jadi Kamu barusan ngintipin kita berdua ya?” Tanya Umar tiba-tiba. Ja’far menginjak kaki Umar. Menyuruhnya diam.

“Iya.” Jawabku merasa besalah

“Maaf,ya.” Tapi bukan Aku yang mengatakannya. Melainkan Ja’far. Dia merasa bersalah karena menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya sendiri.

“Sudah kuduga kalau kalian berdua memang memiliki rahasia.”

“Eh,tapi jangan marah gitu,dong.” Lerai Umar

“Sebentar,sebentar. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan sebenarnya,apa yang barusan Aku lihat?” Tanyaku tidak percaya.

“Oke,Aku akan menjelaskannya. Tapi,kamu harus berjanji agar tidak memberitahukannya kepada siapapun. Ini penting. Kamu ingat?” Jawab Ja’far. Aku mengangguk tanda mengerti. Aku tidak tahu,kalau sebenarnya setelah Aku slesai mendengar cerita ini,maka seluruh hidupku akan berubah sepenuhnya. Aku tidak tahu itu. Aku tidak memikirkan,jika Aku mendengar kisah dari Ja’far ini,Aku akan diintai penuh oleh bahaya di belakang sana. Aku tidak mengetahui itu semua. Setelah kisah dari Ja’far selesai,Aku tidak bisa hidup dengan normal seperti Anak-anak pada umumnya. Aku tidak tahu itu semua.

“Sebenanya dunia ini tidak sesederhana yang kamu lihat sekarang,Fatih. Kalau kamu ingin tahu, Aku dan Umar adalah anggota prajurit terbaik yang ada di dunia masing-masing.” Ja’far mulai menjelaskan.

“Apa maksudmu?Aku tidak faham.” Jawabku tidak mengerti. Aku tidak mengerti sama sekali apa yang dikatakan Ja’far. Bukankah kita masih anak-anak hingusan? Bagaimana bisa menjadi petarung terbaik? Aku sama sekali tidak faham apa yang sebenarnya ingin dikatakannya. Entah dia berbohong atau tidak. Tetapi Aku masih diselimuti oleh ribuan pertanyaan yang membuatku tidak bisa befikir. Aku mengangkat bahu tanda tidak tahu.

“Begini. Sebenarnya,Kami berasal dari dunia lain. Dengan kata lain,Kami bukan ‘sepenuhnya’ penduduk bumi.”

“Ha? Jadi kalian penduduk planet Mars? Atau kalian hanya membual saja untuk menakut-nakutiku?” Ucapku panik. Sebenarnya Aku tahu mereka tidak berbohong. Kalian tahu,kan kalau dari awal Aku jenius? Kelemahanku adalah mudah panik. Aku bisa mendeteksi kalau ada orang yang berbohong padaku atau tidak. Tapi Aku terlalu panik untuk memikirkan itu semua.

“Fatih,Kamu jenius. Aku tahu itu. Aku juga tahu kalau Kamu curiga kepada kami. Aku tahu kalau Kamu tidak terima kami berdua menyimpan rahasia. Aku tahu itu semua. Karena kita sahabat. Sahabat saling mengerti satu sama lain,bukan? Sesorang akan khawatir ketika sahabatnya bertingkah aneh. Kamu barusan melakukannya,kan? Kami memakluminya. Jadi,percayalah pada Kami. Kita tetap sahabat. Selamanya,Ya?” Ja’far menenangkanku. Dia tersenyum kearahku. Aku hanya menganguk pelan.

“Kami berdua berasal dari ‘Bumi’ juga. Tapi,bukan Bumi yang kita pijak sekarang ini. Kami berasal dari Planet zaxzacus. Memang kedengarannya ini sangat tidak mungkin. Tapi,Planet kami tiga ratus kali lebih canggih dari Bumi. 1.500 tahun yang lalu,Bumi mengalami kekacauan. Masing-masing pecah menjadi tiga kelompok. Sebenarnya,teknologi zaman dahulu bahkan lebih canggih daripada sekarang. Tiga kelompok yang sudah terpecah mencari tempat tinggal yang lebih sunyi lagi.

Masing-masing dari pemimpin dari tiga kelompok ini,tidak ingin bertatap muka lagi. Pendukung kelompok pertama paling banyak anggotanya. Hampir setengah Planet Bumi. Merekalah yang berhak mengambil alih Planet Bumi. Dua kelompok lainnya ingin mencari tempat tinggal baru yang jauh dari bumi.

Akhirnya,mereka mengambil contoh sampel komposisi Planet Bumi,dan menelitinya. Mereka membuat Planet tiruan yang mirip dngan Planet Bumi untuk tinggal. Kelompok pertama memutuskan tetap tinggal di Planet Bumi dan meninggalkan seluruh teknologi yang ada. Mereka kembali hidup primitif sampai sekarang. Teknologi mereka majukan setahap demi setahap.” Ja’far menghembuskan nafas. Dia tidak percaya kalau dia mengatakan itu padaku. Dia saja tidak percaya,apalagi Aku.

“Dan dua kelompok lain memutuskan untuk tinggal di Planet buatan mereka. Mereka tidak ingin meninggalkan teknologi. Jadi,kelompok kedua tinggal di Planet Tigrax,dan kelompok ke tiga tinggal di Planet Zaxzacus. Aku dari Planet Tigrax. Umar dari Planet Zaxzacus.”

“Lalu,Aku dari Planet Bumi.” Jawabku tidak percaya.

“Cerita ini sengaja di tutup-tutupi agar para generasi penerus tidak berusaha menemukan Planet-Planet yang seharusnya tidak ditemui. Sekarang,itu hanya dongeng di Planet Zaxzacus dan Tigrax. Kecuali orang-orang terpilihlah dan yang bisa dipercaya untuk mengetahui Informasi penting ini.

Kalau di Bumi,cerita ini sudah lenyap di makan waktu. Mereka tidak ingin ada yang tahu kebenaran tentang masa lalu yang kelam ini. Kami mengetahui kisah ini karena kami adalah anggota elite prajurit terbaik yang ada di Planet masing-masing.” Ja’far mengakhiri kisahnya. Aku tertegun tidak percaya. Sahabatku adalah prajurit terbaik dari Planet antah berantah.

“Aku mengerti. Terima kasih,Ja’far.” Aku tersenyum. Umar tertawa lepas. Lega rasanya.

Tapi,ceritaku tidak berakhir begitu saja. Tepat setelah Umar selesai tertawa. Cerita hidupku yang sebenarnya dimulai. Muncul awan hitam tepat dibelakangku. Dinding kamar Umar merekah lebar. Aku loncat dari tempat tidur. Kakiku masih sakit digerakkan. Aku meringis menahan nyeri. Dari awan hitam itu,keluarlah sosok gempal yang melotot kearah Umar dan Ja’far. Dia tidak terlalu pendek,tapi tidak pula terlalu tinggi. Rambutnya hitam pekat. Disisir dengan rapi. Dia memakai jubah hitam besar hingga mata kakinya. Kancing bajunya terdapat ukiran indah.

“Oh,ayolah.Kami memiliki alasan bagus kenapa Kami bisa terlambat. Jangan melotot seperti itu.” Kata Ja’far kepada sosok gempal itu. Sepertinya sosok itu tidak melihatku. Aku sempat loncat menjauh dan berjongkok di lantai saat awan hitam itu muncul. Ja’far menunjukku yang sedang berjongkok disebelah kasur Umar yang dipannya berukiran indah. Sosok itu melihatku. Dia langsung loncat tidak percaya.

Sepertinya mereka mulai berbicara menggunakan bahasa asing itu lagi. Mungkin saja itu bahasa Planet mereka. Aku hanya memperhatikan dengan wajah tidak mengerti apapun. Ja’far menyuruhku berdiri disebelahnya. Dia mengatakan kalau Aku harus pulang sekarang dengan cara apapun. Aku juga dilarang memberitahu siapapun tentang ini. Entah Aku harus bilang apa. Aku hanya mengangguk tanda mengerti. Aku brjalan gontai menuju pintu keluar. Seprsekian detik setelah Aku melihat Umar dan Ja’far masuk ke awan hitam itu,Aku melihat ada awan hitam lain di belakang Umar. Seorang wanita keluar dari awan hitam itu tanpa suara. Seperti mengendap-endap. Aku langsung tahu apa yang hendak ia lakukan.

“UMAR! DIBELAKANGMU!” Aku berlari mendorongnya. Sepersekian detik sebelum Wanita itu meluncukan pukulan mmatikan kearah Umar.

Pukulan itu mengenai udara kosong. Wanita itu terbanting kedepan dan mendarat di atas kasur.

Aku kaget sekali. Umar dan Ja’far sudah memasang kuda-kuda bersiap. Saat itu,Umar dan Ja’far mengetuk perlahan dua kali jam mereka. Serbuk merah beterbangan disekeliling mereka. Umar dan Ja’far memakai sepeti airpods di kedua telinga mereka. Dan muncullah hologram yang membentuk seperti kacamata berwarna biru yang saling menyatu antara airpods telinga sebelah kanan sampai ke telinga sebelah kiri. Aku belum pernah melihat benda semacam itu. Aku hanya menebak kalau serbuk berwarna merah itu adalah kamera sebesar pasir yang tehubung dengan kacamata hologram itu.

Mungkin saja,kamera sebesar pasir itu digunakan untuk melihat gerak-gerik musuh dari jauh. Aku melihat setelah mereka berdua mengetuk perlahan kedua jam tangan mereka,jam tangan itu terbuka. Lalu,keluarlah kamera-kamera kecil itu terbang menyebar keseluruh penjuru ruangan. Setelah sepersekian detik Umar memperbaiki kuda-kuda kakinya,

Ja’far meluncurkan petir kuning cerah yang mengarah ke Wanita misterius itu. Wanita itu lompat melanting hampir setinggi atap rumah Umar. Lalu melepaskan pukulan tangan kosong dengan kencang dari atas. Pukulan itu seakan-akan memiliki hologram yang dapat membesar. Dan juga bisa disentuh. Tidak seperti hologram yang ada di Bumi. Teknologi ini maju sekali. Ja’far menghindar kekiri. Lalu langsung melesat cepat kesebelah Umar.

Pukulan Wanita tadi kencang sekali. Lantai pualam rumah Umar melesak kebawah. Retak. Ja’far menggertakkan gigi. Wanita itu belum puas dengan pukulan yang dibuatnya. Ia menyerang Umar dari jarak dekat. Umar dapat berpindah dengan cepat. Seakan-akan dia dapat berteleportasi. Atau memang dia berteleportasi? Entahlah. Ja’far mengirimkan petir kuning kearah Wanita itu. Wanita itu terjengkang kebelakang tiga langkah. Dengan segera,Wanita itu bangkit seakan tidak terjadi apa-apa.

Dia kembali menyerang Umar. Umar terus berpindah-pindah. Wanita itu terjengkang jatuh. Petir Ja’far telak mengenai punggungnya. Dia tidak sempat menghindar atau minimal bergeser sedikit. Itu terjadi secara tiba-tiba. Dia meringis kesakitan. Ja’far menarikku yang masih menganga di sudut ruangan. Kami masuk kedalam awan hitam. Itu portal. Aku pergi ke dunia antah berantah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post