Chronic Literature
Senyap ini merongrong di tiap sudut kelasku. Diam seribu kata penuh makna. Hiruk pikuk yang ramai dengan celotehan masa putih abu-abu, seakan senyap dalam jangka waktu enam puluh menit. Otak teman-temanku tertekan dengan keras, berpikir sekuat-kuatnya dan berjuang semampunya dalam jangka waktu enam puluh menit. Itulah yang sedang dirasakan teman-teman seperjuanganku. Menghadapi ulangan sastra yang mengerikan. Aku bingung tak alang kepalang, teman-temanku hanya berfikir dangkal. Sastra adalah pelajaran yang yang tidak begitu disegani di kelasku. Tapi tidak denganku, aku lebih suka pelajaran sastra daripada pelajaran matematika, seperti contoh kawan sekelasku. Namanya Yasa, dia teman sebangku ku. Dia paling anti dengan yang namanya sastra, setiap ulangan sastra tak pernah dia tidak mengeluh.
“Aku tidak bisa sastra, Ri… aku benci sastra.” ucapnya dengan wajah memelas.
Mungkin saja dia tidak suka dengan ilmu sastra, tapi kenapa dia masuk jurusan Bahasa yang notabennya setiap hari tidak akan luput dengan sastra. Setiap hari pasti ada tiga mata pelajaran sastra dari sastra Indonesia, Inggris dan Asing. Teman-teman sekelasku pusing saat itu juga dibuat soal sastra, yang harus segera diselesaikan dan tidak ingin mendapatkan nilai dibawah 75. Oh teman-teman, cobalah kalian sedikit bersimpati dengan sastra, ilmu itu tidak terlalu susah kok. Hanya ada satu kunci menyelesaikannya kawan. Pertama sukailah guru sastra terlebih dahulu. Kedua , musnahkan prinsip-prinsip hidupmu dengan mengandalkan kebetulan. Ketiga bukalah buku sastra mu tiap harinya walau hanya sepuluh sampai dua puluh menit saja. Setidaknya pahami maksudnya. Keempat yaitu jangan takut untuk mencoba.
Tragis memang melihat pusing melanda kepala teman-temanku.
“Waktu selesai harap dikumpulkan di depan!” ucap pak Gasta guru sastra paling disiplin.
Teman-temanku tersentak seketika tak beraturan.
“Belum selesai pak… lima menit lagi ya pak.” teriak kawan-kawanku histeris.
“Selesai tidak selesai segera dikumpulkan.”
Seketika kertas ulangan yang sudah bertuliskan jawaban sudah berada ditangan guru sastra. Kawan-kawanku berhamburan saat itu juga.
“Jawabanmu nomor empat berapa?” tanya Laica kepada Yasmin anak rangking satu di kelasku.
“Jawabanku Watching.”
“Apa??? Jawabanku salah dong kalau gitu.” balas Laica tidak sadarkan diri.
Tubuhnya terhempas di lantai begitu saja tak beraturan, teman-teman sekelasku semuanya syok mendadak.
“Gimana ini?? Laica pingsan seketika.“ ucap Yasmin.
”Kenapa kok bisa pingsan?? Bagaimana cara mengangkatnya ke UKS??” ujar Setyo.
Teman-teman sekelasku bingung sekali kalau Laica yang pingsan, kami bingung kalau Laica yang pingsan repot sekali membawanya, karena tubuhnya yang besar jadi harus ekstra tenaga mengangkatnya. Terik matahari panasnya tak terhingga menyerap tulang-tulangku tak kenal apapun. Kulit cokelat ku semakin lama semakin panas, menusuk di sumsum tulang rusukku. Siang ini waktu telah menunjukkan waktu 15.00 WIB, saatnya membuang rasa stress mendalam akibat ulah sastra kronis. Mandi selama setengah jam menjadi salah satu pilihan terakhir bagi penderita sastra kronis. Seperti tragedi siang tadi Laica yang tengah pingsan oleh sastra. setelah diwawancarai mengapa dia tiba-tiba pingsan dia menjawab dengan wajah memelas.
“Kepalaku pusing seketika saat mendengar jawaban sastra Yasmin. Itu melenceng jauh dengan jawabanku.” cetusnya.
“Aku harus gimana, Ri.”
”Gimana nanti kalau aku remidi?? Otakku sudah buntu, mampet dan tidak bisa dibersihkan lagi.” sambung Laica.
Sebegitu kroniskah sastra hingga membuat kawan-kawanku tak berdaya menghadapinya. Bermandikan air bening satu bak mandi penuh selama setengah jam memang pilihan tepat meluruhkan tulisan-tulisan yang mempunyai sentuhan seni. Akupun tak mau kalah, kumanjakan seluruh tubuhku dengan sentuhan klasik air bening yang transparan. Setengah jam penuh kamar mandi ku pakai tanpa gangguan dari siapapun. Tidak pula bundaku, ayahku, dan kakak adikku. Otakku seakan di ganti dengan otak yang baru. Segar tak terperikan, oh nikmatnya hidup ini jika tak ada yang mengganggu.
Tring
Ponselku berdering seketika, itu tandanya ada WA yang masuk. Ku selesaikan upacara mandiku dalam rangka membuang gejala virus-virus sastra kronis, untuk segera membuka WA yang tengah menghiasi layar ponselku.
Yasa
Upacara mandiku setengah jam penuh sukses tanpa gangguan, Ri.
Ah dasar Yana upacara mandiku juga berjalan dengan sangat sukses dan lancar tanpa gangguan dari siapapun.
Upacara mandiku juga berjalan dengan lancar tanpa halangan.
Tragedi sastra tidak berakhir sampai di sini, ada ulangan pasti juga ada hasil ulangan. Pagi ini ada pelajaran sastra, kabarnya hari ini pak Gasta akan membagikan hasil ulangan kemarin. Kawan-kawanku sudah menyiapkan mental sekuat-kuatnya.
“Oh mimpi apa aku tadi malam, pagi-pagi begini sudah ada sastra. Ya Allah selamatkan aku dari virus-virus sastra kronis ini.” ucap Uzi.
“Iya siapkan mental sekuat-kuatnya sajalah.”
Hentakan kaki terdengar semakin keras dan mendekat ke ruang kelasku.
“Assalamu'alaikum dan selamat pagi anak-anak.” ucap pak Gasta guru sastra.
“Waalaikumsalam dan pagi pak…” balas kawan-kawanku sekelas.
“Hari ini saya ingin membagikan hasil ulangan kemarin, saya sangat kecewa dengan hasil ulangan di kelas ini. Hanya ada tiga anak saja yang tuntas dan lolos dari KKM.“ desis pak Gasta dengan ekspresi kecewa.
Saat itu juga syok melanda di otak kami masing-masing.
“Akan saya bacakan yang lolos KKM, hanya ada tiga anak saja yaitu Yasmin, Setyo dan Widuri saja. Dan yang lain tidak lulus KKM.”
Brakkkk
Aku kaget melihat kejadian di pagi ini. Teman-temanku sekelas pingsan semua kecuali tiga anak yang disebutkan tadi. Oh syok telah melanda jiwa-jiwa kawanku. Virus sastra kronis telah menyerang seisi kelas XI IPA 2. Sampai saat ini belum ada yang bisa menyembuhkan penyakit sastra kronis. Ya Allah kelasku kacau akibat sastra kronis.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar