1. Rumah kami
Hari ini adalah hari spesial ku, aku diajak naik kereta menuju rumah Lek ku yang berada di Jakarta. Untuk kalian mungkin naik kereta sudah biasa, namun untuk kami anak desa itu sangat spesial. Tentu aku tidak sendirian naik kereta menuju luar kota, bahkan tidak mungkin juga bila anak 11 tahun sendirian. Aku ber-6, tentu semua keluarga ku akan ikut ke Jakarta. Bapak, Mamak, Aku, Sigit, Qaila, Manaf.
Untuk kalian yang masih belum mengenal adik-adikku, akan kuperkenalkan. Sigit, dia adalah anak nomor dua, anak laki-laki pertama diantara semua Anak Mamak dan Bapak, dan anak ter-Sok bisa. Qaila, anak nomor tiga, satu-satunya adik perempuan yang kumiliki, serta anak ter-Cerewet dan suka mengomel akan ini dan itu. yang terakhir, Manaf, anak bungsu yang paling disayang (Menurut versiku), Suka ikut Bapak kesana dan kesini, Tidak pernah kena marah meski pulang terlambat, dan juga anak ter- Penasaran.
PROOOONGG!
Klakson kereta terdengar begitu lantang. Kereta bersiap akan jalan. Aku duduk persis disamping Emak dan Sigit (Ditengah-tengah nya). Dan bapak duduk didepan bangku kami bersama Qaila dan Manaf. Suara desisan roda yang bergesekan dengan Rel besi mulai terdengar mengeras, kereta sudah mulai berjalan. Sigit dan Manaf sedang berlarian kesana sini, berlomba agar kehilangan keseimbangan untuk tetap berdiri tegak.
“Kalian bisa diam tidak? Mengganggu sekali!” Qaila mulai mengomel.
“Kami tidak mengganggu, kami hanya menghilangkan penat karena duduk” Sigit menimpali.
“Yang benar saja! Baru hitungan menit kau duduk, macam nenek-nenek saja kau”
Sigit memelotot, melirik kearah kirinya (Seperti isyarat mata). Ah! Ada nenek-nenek diseberang tempat duduk Qaila. Qaila yang menyadari nenek itu memelototinya, langsung terdiam mematung. Dibelakang aku menahan tawa, aku memang tak bisa melihat asli wajah mematungnya, namun membayangkannya kurasa sudah cukup membuatku geli.
Lengang. Beberapa menit lalu Sigit dan Manaf sudah berhenti berlarian, duduk ditempatnya dan tertidur. Sejak tadi aku lebih banyak diam, lebih memperhatikan pohon-pohon hijau bertebaran yang terlihat dari jendela, berfikir siapa yang sebenarnya yang susah payah menebarkan bibit pohon-pohon itu sebanyak ini?, burung mungil sesekali ikut melintas, dan hewan hutan lain.
“Kau tahu?” Mamak bertanya.
Dahi ku mengkerut, tahu apa? Mamak belum berkata apapun sejak tadi.
Mamak tersenyum, ikut menatap indahnya pohon-pohon nan hijau diluar
“Dulu mamak ingin sekali menjadi burung indah yang sedari tadi kau lihat itu”
“Untuk apa?” aku tertarik
“Burung itu indah kan? Ya! Mamak dulu sangat ingin menjadi sama indah nya dengan burung-burung indah itu. Terbang bebas kesana dan kemari, Menghirup oksigen dengan maksimal, tidur diatas pohon nan tinggi menjulang keatas. Ah! Begitu menyenangkannya menjadi burung bukan? Namun… sepertinya mamak sedikit keliru. Hidup burung tak seluruh nya indah seperti itu.
“Bahkan, boleh jadi, burung yang tadi Lia lihat juga tidak seindah bulu warna-warninya. Hidupnya, ya! Hidup nya sayang. Sekarang sudah banyak penggundulan hutan illegal dimana-mana. Karena itu, banyak juga hewan indah yang ada dihutan populasinya menurun drastis, karena tempat tinggal mereka habis menjadi rata. Maka, kita sebagai teman sesama makhluk yang baik, harus lah kita bergotong royong, menentang para perusak rumah teman kita. Tak kurang dari itu, mereka pun bisa merusak juga rumah kita, meratakan nya lalu dijadikan pabrik, tambang, dan lain-lain. Sangat merusak”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut qilah...
EHEM.. IYAAAH
cepet banget jam 11-an udh nyampe rumah