AINUR RIDHO

SISWA SD NEGERI KOWEL 3 PAMEKASAN...

Selengkapnya
Navigasi Web

KASIH TIADA BATAS

KASIH TIADA BATAS

Ibu adalah malaikat tak bersayap. Ibu adalah sosok wanita kuat. Tidak mudah menjadi seorang ibu karena ibu harus melakukan hal sangat berat. Setiap harinya seorang ibu selalu disibukkan dengan mengurus rumah tangga, seperti memasak, membersihkan rumah, mengepel, mencuci baju, dan selalu memastikan semua anak-anaknya terurus dengan baik. Ibu tidak pernah mengeluh karena seorang ibu adalah wanita yang tabah dan luar biasa. Perjuangannya untuk keluarga tiada tara.

Ibuku adalah orang terpenting dalam hidupku, tanpa ibu kita tidak akan ada di dunia ini. Bagiku ibu adalah segalanya, beliau adalah penyemangat, cintanya untukku melebihi cintanya terhadap dirinya sendiri, begitu banyak pengorbanan yang ibu lakukan buat diriku. Terkadang beliau marah, tetapi aku sadar marahnya adalah doa dan kasih sayangnya kepadaku, aku tetap menyayanginya.

Masa kecilku aku habiskan di Jakarta bersama ayah dan ibu. Ayah berprofesi sebagai pencari besi tua untuk di distribusikan ke para pengepoll, sedangkan ibu sering bantu-bantu tante membuat kue. Masa itu adalah masa-masa yang sangat indah buat kami, setiap hari aku rasakan kasih sayang ibu yang luar biasa, beliau selalu mencium dan memelukku, menjelang tidur ibu juga selalu menbacakan aku dongeng-dongeng masa lalu. Salah satu dongeng favotitku yang sampai saat ini aku masih tetap mengingatnya yaitu berjudul “ Panjilen ( Bahasa Madura)” yang artinya biji nangka. Kisah inspiratif yang menceritakan tentang kecintaan ibu terhadap anaknya walaupun kondisinya tidak sempurna seperti anak-anak normal pada umumnya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, tidak terasa usiaku sudah menginjak 6 tahun. Bersama tante, ibu menyuruhku untuk pulang ke kampung halaman di Pulau Madura dan tinggal bersama nenekku disana. Awalnya aku tidak mau dan sangat sedih karena aku masih ingin tinggal bersama ibu dan ayah. Tetapi keadaan berkata lain, besarnya biaya kehidupan di Jakarta dan keadaan ekonomi keluargaku yang sedang ada masalah waktu itu, tidak memungkinkan aku tetap tinggal bersama mereka. Untuk bertahan hidup, Ayah harus lebih giat lagi bekerja sehingga beliau sering menghabiskan waktunya di luar rumah mencari besi tua lebih banyak lagi. Sedangkan ibu tidak hanya membantu tante membuat kue, tetapi beliau juga kerja serabutan demi membantu perekonomian keluarga.

Aku pulang kampung bersama tante dan nenekku, aku menangis karena kami akan berpisah untuk sementara. Tangisan ibupun membasahi sebagian jilbab yang aku pakai. Beliau memelukku erat sembari berkata: “Ibu sayang kamu nak, jangan lupa sholat, sayangi nenekmu dan jaga dirimu baik-baik ya nak, insyaallah kita segera bertemu kembali.”

Perpisahan kami membuatku terluka dan sangat sedih, tetapi aku tidak membencinya ,malah aku semakin sayang kepadanya karena beliau adalah ibuku .

Dua tahun berlalu, akhirnya Allah pertemukan kami kembali. Ayah dan ibu pulang ke Pulau Madura untuk mengunjungi aku dan kakakku. Banyak sekali buah tangan yang mereka bawa untuk kami. Ibu langsung menghapiriku, memelukku, menciumku, dan menggendongku walaupun kini aku sudah bukan anak kecil lagi. “Ibu kangen kamu nak, sembari memberikan bungkusan besar kepadaku”. “Dipakai ya nak dan jangan lupa disetiap sholatmu doakan ibu dan ayah”.

Ibuku wanita yang paling kuat, pelita hatiku, cahaya hidupku, penyemangatku,cintanya tiada batas, beliau yang telah melahirkanku dan membesarkannku. Aku tahu melahirkan seorang anak tidaklah mudah, karena setiap wanita yang melahirkan, pasti taruhannya adalah nyawa. Rasulullah saw bersabda: “Rawatlah ibumu, karena sesungguhnya surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.” Kita harus mencintai dan merawat ibu kita dengan baik,karena doanya langsung tembus ke langit ketujuh. Dari Abu Hurairah ra berkata:”Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah saw, lalu dia berkata, siapa kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?” beliau shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan, “Ibumu”,Dia bertanya lagi “Siapa lagi?” beliau menjawab, “Ibumu”, Dia bertanya lagi “Siapa lagi?” beliau menjawab “Ibumu”, Dia bertanya lagi, “Siapa lagi ya Rasulullah?” beliau menjawab “Ayahmu”.

Begitu mulianya seorang ibu, sampai Rasulullah menyebutnya tiga kali. Terima kasih ibu sudah menyayangiku dari kecil hingga saat ini, doaku semoga ibu selalu sehat, barakah umur, dan selalu bahagia. Semoga kelak aku bisa membahagiakan dan menjadi kebanggaan ibu. I love you ibu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post