*Spoiler 2*
Gerak langkahku seketika terhenti begitu melihat gerbang depan akademi yang kini berjarak duapuluh langkah dari tempatku mematung. Tinggi gerbang itu hampir sama dengan tembok pembatas. Mungkin kurang lebih tiga-dua meter. Desain interiornya berhias lekukan lekukan seperti motif batik, membuat kesan estetika tersendiri bagi penikmatnya. Yang menyebalkan adalah, gerbangnya tertutup.
Uh, gerbang itulah satu-satunya jalan keluar dari sekolah ini. Akses keluar masuk di pegang oleh ketua dewan siswa, diatur melalui ear piece miliknya. Sebenarnya ada akses lainnya, hanya diperuntukkan untuk dewan guru, staf, karyawan, dan robot. Aku tidak tahu tempatnya, juga tidak boleh mencari tahu.
Pandanganku beralih ke lengan kiriku, menghidupkan smartwatch. Oh, ternyata bisa. Padahal awalnya aku kira padamnya listrik ini diakibatkan oleh EMP. Mungkin itu juga yang dipikirkan semua orang sehingga tidak menyalakan alat—teknologi, yang dengan begitu tidak akan ada kelap-kelip cahaya.
Aku mencoba mengotak-atik smartwatch itu, berharap bisa sepenuhnya digunakan dalam keadaan genting—untukku—seperti ini. Jari-jariku mulai gemas dengan suasana. Tujuanku tak banyak, hanya membuka gerbang secara paksa, dan melihat apa yang sebenarnya.
Entah karena kecepatan bagian pengelola tenaga listrik atau karena murid-murid jenius TTA, listrik kembali hidup. Aku menyeringai senang, cukup lama. Tapi akhirnya, aku kembali memasang wajah datar, agar tidak menjadi gosip baru berdasarkan kamera pengawas yang ada disekitar sini.
Aku berkutat pada tujuan. Membuka gerbang secara paksa. Itu pilihan yang terbaik jika dibandingkan dengan meminta izin kepada ketua dewan siswa—karena membutuhkan waktu yang lama. Aku memegang kendali gerbang—untuk saat ini, setelah bersusah payah meretas program chip ear piece ketua dewan siswa yang terhubung dengan smartwatchnya. Perlahan, aku membuka gerbang, agar tidak menimbulkan suara.
Aku kembali melangkahkan kaki, menghimpit badan diantara kedua sisi gerbang yang sengaja tak kubuka lebar. Sesegera, setelahnya aku berlari, bertumpu pada jari-jari kaki, membuat kecepatan lebih.
Semua antusiasme ku luntur mendadak. Kakiku melemas, kehilangan kekuatan. Pandanganku linglung. Tak percaya. Astaga, aku benar-benar menemukan mayat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
kak ailaa! post lagiii
Huwehweehee
setelah sekian lama
Cuma off 2 bulan kok
Post cerita lg yaa kk
Hehehe :D
I like it ♡
Thanks :)