Fii Amanillah, ya Ukhti
"Assalamualaikum, nama saya Hanna Athira Inayah. Saya pindahan dari Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Putri." ujar Hanna memperkenalkan diri.
Seluruh anak di kamar itu menoleh. Refleks, Hanna menundukkan kepalanya.
"Waalaikumsalam.." jawab seisi kamar.
Ustadzah Nisa menepuk pundak Hanna. "Masuklah, rapikan barang-barangmu."
Hanna mengangguk. Dia berjalan menuju ranjangnya dan mulai merapikan barang-barangnya.
◍◍◍
Selepas salat Isya', beberapa anak masih berdiam diri di masjid. Tak beranjak dari duduk walau mata sudah protes meminta istirahat. Mereka menghafalkan nahwu shorof dan Al-Qur'an. Sebagian anak lagi memilih untuk belajar dan menghafal di kamar masing-masing.
Larut malam, tinggallah Hanna seorang di masjid. Matanya merah menahan kantuk. Tangan kanannya membolak-balik lembaran-lembaran Al-Qur'an untuk memastikan otaknya menyimpan setiap huruf ayat-Nya.
Seorang gadis memasuki masjid. Hanna menoleh. Sungguh elok wajah Gadis itu. Matanya biru, hidungnya mancung, kulitnya putih bersih seperti bayi yang baru lahir. Kepalanya dibalut jilbab panjang berwarna putih yang semakin mempercantik penampilannya. Jubah Gadis itu berwarna putih dengan hiasan renda sulaman di ujungnya. Aneh, malam-malam begini malah memakai baju putih. gumam Hanna.
Hanna kembali melanjutkan hafalannya. Dia tidak mau teralihkan oleh sesuatu yang dapat menghilangkan fokusnya. Karna besok, Dia harus sidang hafalan juz lima belasnya.
"Bismillahirrahmanirrahim… alhamdulillahilladzii anzala alaa abdihil kitaaba walam yaj'al lahuu 'iwajaa.."
Indah. Itulah kesan pertama Hanna tentang suara gadis itu. Hanna mendongak. Dia melihat gadis itu duduk di mihrab masjid. Al-Qur'an milik gadis itu bersinar, memancarkan cahaya terang. Kemudian, mulut gadis itu bergerak kembali melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an, melanjutkan ayat kedua Al-Kahfi.
Hanna terkesiap. Pandangannya kembali pada Al-Qur'an yang dipegangnya. Telinganya dibuka lebar-lebar untuk mendengarkan setiap huruf Al-Qur'an yang keluar dari mulut si gadis. Dipejamkan matanya, menikmati.
---------Jam menunjukkan pukul dua puluh tiga lewat empat puluh dua. Hana segera merapikan buku-bukunya, menutup Al-Qur'annya, dan mengembalikannya di rak yang bertuliskan nama "Hanna". Hanna segera kembali ke kamarnya. Sebelum pengawas memergokinya karena masih belum tidur.
◍◍◍
Setiap malam Hanna berlama-lama di masjid untuk mendengarkan lantunan Al-Qur'an yang disuarakan gadis itu, gadis berjubah putih itu. Sampai sekarang Hanna tak mengetahui namanya. Menurut Hanna, mendengarkan suara cara indah gadis itu saja lebih dari cukup.
Malam itu, Hanna benar-benar menikmati masa-masa hafalannya. Sampai-sampai, Dia lupa mengecek jam.
Hanna membuka matanya yang sedari tadi terpejam. Dia melihat jam dinding, pukul dua puluh tiga lewat lima puluh sembilan. Gawat! Hanna membereskan buku-bukunya dan berlari kecil keluar masjid menuju kamarnya. Sebelum keluar, Hanna sempat menoleh ke mihrab masjid, tempat biasa gadis itu duduk. Ini sudah tengah malam, dia tak kembali ke asrama?
◍◍◍
Di kamar, Hanna dipergok Lily, pengawas yang satu kelas dengan dirinya (Kelas 8 Khadijah).
"Dari mana saja, Kau?" tanya Lily.
"Masjid." jawab Hanna sambil menunjukkan buku-bukunya.
Lily hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mengingat betapa rajin temannya yang satu ini.
"Sendirian, lagi?" tanya Lily mencoba menebak.
Hanna menggeleng. "Tidak, sejak hari pertama pun aku tak pernah sendirian di masjid. Aku dan gadis berjubah putih itu... Kau tak melihatnya, Lily? Dia selalu datang dan duduk di mihrab masjid."
Lily menaikkan satu alisnya. "Siapa maksudmu? Setiap malam aku selalu memeriksa keadaan di masjid, dan di sana hanya ada kau."
"Entahlah, aku tak tertarik menanyakan namanya. Lagipula, dia tidak pernah berbicara sepatah kata pun padaku." jawab Hanna sambil menaruh bukunya di atas lemari. Lalu, Dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Memejamkan matanya, dan memulai mimpinya.
"Apa mungkin, itu kak Nadia?"
◍◍◍
Sudah tujuh malam Hanna tak melihat gadis itu. Tujuh malam itu pula Hanna menyesali sesuatu. Seandainya Dia menanyakan nama gadis itu, pasti mudah untuk menemuinya lagi. Murung, mungkin hanya itulah yang bisa penulis gambarkan tentang raut wajahnya saat ini.
Hanna membolak-balik Al-Qur'an tanpa membacanya sedikitpun. Dalam tujuh hari kemarin, Hanna hanya dapat menghafal dua juz. Itu berarti masih kurang empat juz untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur'annya. Juz lima, juz enam, juz delapan, juz duabelas.
"Assalamualaikum, Hanna-nya ada nggak?" tanya seseorang yang berdiri di ambang pintu kamar 'Ahlul Hadits'.
Hanna segera menghampiri orang yang mencarinya. "Wa'alaikumsalam. Saya Hanna. Ada apa, Ustadzah?"
"Ingat target yang saya berikan waktu itu ya, empat juz itu selesaikan dalam satu minggu. Semua tugas harian mu akan ustadzah berikan pada yang lain. Baju baju kotor akan di-laundry. Pokoknya, kamu fokus hafalan saja!" ujar Ustadzah Salsa.
Hanna hanya mengangguk patah-patah. Hanna adalah salah satu murid akselerasi dari SD nya dulu. Umurnya sekarang masih terbilang muda, sebelas tahun. Otaknya yang cair serta kemampuan menghafal yang cepat, membuat para guru berharap banyak padanya. Jadi, wajar saja jika Ustadzah Salsa sering menargetnya.
◍◍◍
Salat Isya' sudah selesai dari tadi. Anak-anak pun juga sudah kembali ke kamar masing-masing. Dan seperti biasa, Hanna masih di dalam masjid.
Jam menunjukkan pukul dua puluh tiga lewat tujuhbelas. Tak biasanya Hanna sudah mengantuk. Dia melipat tangannya dan menaruh kepalanya di atas meja lipat. Tak lama kemudian, Hanna tertidur.
◍◍◍
Nadia Athira Inayah. Dia menemui Hanna yang tengah tertidur. Tangannya membelai lembut kepala Hanna. Mulutnya membentuk setengah lingkaran ke atas, tersenyum. Perlahan, tubuhnya memudar dan menghilang sempurna bersamaan dengan hilangnya senyum manisnya.
"Ma'assalamah, ukhtun shogiiroh.. (Selamat Tinggal, Adikku..)"
Selesai
————————————————
Terima kasih sudah membaca!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masya Allah, bagus banget ceritanya! Semangat terus kak
Syukron lakum, Anti... :')
MasyaAllah ceritanya kakak, aku suka
Jazakillah :)
Wa jazakillah khoir kak :)
Kaaakk... lanjutin dong ceritanya. Super duper bagus. Sukaaa banget
Syukron, tapi otak saya sudah buntu
Waw baguss bangettt kak (●♡∀♡)
Jazakillah
Waiyyaki kak Aila (≡^∇^≡)
MasyaAllah... Bagus kak.. Aku suka ada Bahasa Arab di akhirnya (♥ω♥*)
Jazakillah, Ziya
Waiyyaki ^^
MasyaAllah cerita kak Aila...
Syukron
'Afwan kak
Aku kyk pernah baca di artikelnya siapa gt :"
Ini cerita udah lama sy post lho... Kemungkinan yg km baca bisa plagiat sih..