Ahmad Umar Kholifaturrahman

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Social Deception : [2.2]

Hujan mulai deras ketika Rey,Alice,Dan Al tiba di depan rumah nenek Martha.

”Neng, sudah sampai neng..”Tegur Pak Dahlan sang sopir taksi.

”Oh, baik terima kasih..”Alice menjawab seraya bersiap-siap untuk turun.

”Bener yang ini lice?”tanya Al dengan sedikit rasa curiga.

Bukan tanpa alasan Al merasa curiga, sebab rumah nenek Alice nampak seperti rumah yang sudah lama ditinggal penghuninya.Halaman rumah tak terawat hingga tumbuhan liar tegak berdiri.Beberapa pot tanaman hancur, jatuh menatap bumi.Beberapa kaca pecah menjadi duri.keadaanya yang suram,ditengah hujan lebat, membuat siapa saja yang berniat masuk, harus berfikir dua kali.Al tidak bisa membayangkan kalau masih ada orang yang masih tinggal disana.

”Bener kok ini rumah nenekku..”ujar Alice dengan sedikit tak meyakinkan.

”Ya sudah, misalkan rumah ini salah, atau sudah tidak dihuni, Bapak akan antar kalian kembali kerumah..”Tukas pak Dahlan dengan senyuman ramah.

”Wah.., terima kasih Pak Dahlan..”jawab Alice.

”Tidak, tidak apa-apa, Bapak khawatir kalau kalian ditinggal ditempat seperti ini ditengah-tengah hujan deras, tanpa ada yang bisa menolong kalian sama sekali. Sekarang, ayo cepat turun.” ujarnya.

Pak Dahlan segera keluar terlebih dahulu untuk mengambilkan payung dibagasi belakang.

”Ini untuk kalian..”Ujar pak Dahlan seraya memberikan payung kepada mereka.

”Terima kasih Pak” ujar Alice Al dan Rey.

”Coba kalian cek kesana terlebih dulu, Bapak mau menurunkan koper.”.

Merekapun pun pergi menuju gerbang dan membukanya.Mereka melangkah dengan hati-hati. Pandangan mereka sudah tertutupi tanaman liar yang cukup lebat.Perlahan, mereka tiba di teras rumah. Daun daun berserakan disana.Pintu depanpun masih berdiri kokoh meski telah lapuk dimakan usia.Ukirannya juga masih terlihat jelas oleh mata.Ditengah pintu itu, terdapat sebuah besi lingkaran, yang biasa digunakan untuk mengetuk pintu.Rey segera mengetuk pintu menggunakan besi lingkaran itu sebanyak tiga kali.Tak ada jawaban.

Pak Dahlan yang telah selesai membawa koper datang menghampiri mereka.

”Bagaimana? ada orangnya?”.

”Tidak tahu masih Pak..”jawab Al sambil mengangkat kedua bahu.

”Nenek!, Nenek?!..”Teriak Alice tiba tiba.

Tak lama kemudian, terdengar langkah seseorang sedang menuruni tangga didalam, dan mulai mendekati pintu depan. Perlahan pintu mulai terbuka.Terlihat, sosok perempuan tua dengan muka merah padam, mulai memaki-maki mereka.

”Kan sudah kubilang, jangan pernah masuk kemari!, dasar anak-anak nakal!” makinya seraya memukul-mukulkan tongkat.

”Nenek!!!”Alice mendekati perempuan tersebut dan segera merangkulnya.

”Hei hei hei, siapa kamu, beraninya menyebutku nenek!”Ujarnya sambil berusaha melepaskan pelukan.

”Nek!, ini aku nek, Alice!!!”Ujar Alice melepaskan pelukan.

”Hah?, Alice?”.

”Iya nek, cucumu!!”.

”Alice? cucuku?” Nenek alice langsung balik merangkul Alice.

”Kau sudah besar rupanya..”

”Ya nek aku sudah besar..”

Alicepun kembali merangkul nenek yang sangat ia cintai itu.Rey,Al dan Pak Dahlan perlahan mundur.Membarikan ruang pada Nenek dan Alice untuk bernostalgia.

***

Hujan telah reda semenjak sejam yang lalu.Pak Dahlan telah pulang setelah berbincang bincang hangat diruang tamu.Rey dan Al masih duduk duduk di kursi tamu.Mereka lelah setelah perjalanan yang begitu panjang.Alice sibuk membantu neneknya menyiapkan kudapan, dan membawanya keruang tamu.

”Lice, ngomong-ngomong, nama nenekmu siapa?”Tanya Al dengan berbisik.

”Nenek Elizabeth, panggil saja nenek Martha,”Jawab alice.

Nenek Martha datang dengan membawa teh dari dapur.

”Nah.. ini, diminum ya..”Ucap nenek Martha seraya duduk disamping Alice.

”Terima kasih nek..”.

”Iya sama-sama..”,

”Ngomong ngomong, ini siapa Lice? “Tanya nenek Martha.

”Kenalin Nek, ini sahabatku Reynard dan Al, Rey, Al ini nenek Martha.”

Rey dan Alpun mendekat ke nenek Martha seraya bersalaman.

”Kalian.. menginapkan?”Tanya nenek Martha

”Iya nek..mungkin Sekitar dua minggu..”Jawab alice.

”Wah bagus kalau begitu.Papa, Mamamu kenapa tidak ikut Lice?”.

”Lagi sibuk sepertinya Nek, tapi, nanti Papa Mama yang akan menjemput Alice waktu pulang..”

Merekapun berbicang hangat sampai larut membawa malam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

perhatian spasi, check

01 Aug
Balas

Siap Master... Maafkan pemula ini...

01 Aug



search

New Post