AIR MATA IBUKU
AIR MATA IBUKU
Namaku Agasha, nama lengkapku Mohammad Agasha Alimuafsal. Sekarang aku duduk di kelas 6 SD. Ayah dan ibuku adalah seorang guru. Aku memiliki dua orang adik yang bernama Fairus dan Arimby. Minggu kemarin tepatnya tanggal 5 Desember aku,ayahku dan kedua adikku memberi kejutan ke ibu yang sedang berulang tahun, sudah menjadi kebiasaan di keluarga kami selalu memberi kejutan bagi yang berulang tahun. Malam itu, tepat pukul 00.00 WIB kami menuju kamar ibu dan memberi kejutan kue ulang tahun. Kami secara bergantian mengucapkan selamat ulang tahun kepada ibu. Kami sekeluarga menikmati kue ulang tahun bersama diiringi canda tawa. Mungkin acara ini bagi orang lain tidak mewah tapi bagi keluarga kami ini adalah momen yang sangat berharga. Ayahku mengajarkan untuk hidup sederhana yang penting kami bisa berkumpul bersama dan bahagia.
Setelah menikmati kue, ibu mengajak kami sholat berjemaah dan ayahku yang menjadi imam. Setelah berdzikir tiba -tiba ibuku memeluk aku dan kedua adikku. Sambil menangis ibu minta maaf pada kami karena beberapa bulan ini ibu kurang perhatian kepada kami, itu karena ibu harus bersekolah lagi demi tugas negara. Biasanya kami bertiga selalu mendapat perhatian lebih dari ibu. Ibu selalu ada untuk kami. Ibu yang selalu menemani kami tidur, menemani belajar, menemani bermain, menemani jalan-jalan pas hari Minggu bahkan adikku yang menurut aku sudah besar masih dimandikan dan disuapi kalau makan, sampai ayahku bilang untuk tidak memanjakan kami.
Memang belajar kami sekarang berkurang, ibu sudah lama tidak menemani kami belajar, ibu jarang menemani kami tidur, kami sekarang sudah tidak pernah jalan-jalan lagi seperti dulu karena ibu sibuk dengan pekerjaannya, hampir 24 jam ibu berada di depan laptop entah apa yang dikerjakannya. Huhh…terkadang aku jengkel sama ibu. Ibuku sudah berubah, ibuku bukan seperti ibu yang dulu, dia lebih mementingkan laptop daripada aku dan kedua adikku. Pernah aku lampiaskan kekesalanku dengan bermain seharian ke rumah temanku…pas pulang aku langsung di tegur oleh ibuku.
”Gasha, dari mana saja kamu nak?”, tanya ibuku pas aku sampai di depan pintu,aku hanya cuek dan tidak menanggapi pertanyaan dari ibuku.aku tetap melangkahkan kakiku menuju kamarku, tetapi Ibu tetap membuntutiku dari belakang.
”Gasha … mandi dulu sana, tentu kamu belum sholat Asyar bukan ? habis mandi dan sholat lalu makan ya..ibu sudah masak ayam goreng kesukaan kamu ? kamu pasti suka”, kata ibuku.
Hmmm….aku heran kenapa ibu tidak marah, biasanya kalau aku bermain seharian pasti ibuku marah. Tapi kali ini kenapa tidak marah yah (pikirku penasaran). Huhh sudahlah biarkan saja (batinku menjawab).
Untuk kesekian kalinya ibu menyuruhku untuk makan, tapi tidak tahu kenapa emosiku langsung meledak dan berkata kasar pada ibuku,
“Aku tidak mau makan ibu, aku sudah kenyang, aku tidak butuh makan, aku tidak butuh ayam goreng, tapi aku butuh ibuku yang dulu, kembalikan ibuku yang dulu.” jawabku dengan suara keras.
Seketika itu,ibu terdiam, kedua adikku memandang sinis kepadaku sedangkan ayahku menghampiriku seakan mau menamparku tapi tangan ayahku dihadang oleh ibu.
“Biarkan Gasha mencurahkan isi hatinya yang mungkin selama ini terpendam, kita sebagai orang tua harus bisa menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak kita”, ucap ibu kepada ayahku. Tapi untuk kesekian kalinya aku tidak peduli.
“Ibu sudah banyak berubah, ibu sekarang tidak pernah ada untuk kami bertiga, ibu sibuk dengan laptop, ibu lebih sayang laptop daripada kami bertiga. Aku sekarang belajar sendiri. Ibu selalu menyuruhku untuk mengajari adik-adikku. Setiap hari minggu ibu tidak pernah mengajak kami jalan-jalan. Ibu sudah tidak peduli dengan kami, nilai-nilaiku di sekolah turun itu semua gara-gara ibu, ini salah ibu, aku bosan buu, aku rindu ibuku yang dulu”, teriakku kepada ibuku.
Ibuku hanya terdiam dan tidak lama kemudian air mata ibuku jatuh. Melihat ibu menangis ayahku merangkul dan membawa ibu menuju kamarnya. Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan. Kenapa aku berkata kasar dan berteriak-teriak kepada ibuku sendiri. Orang yang mengandung dan melahirkanku. Ya Tuhan…betapa besar dosaku pada ibuku. Saat aku menuju ke kamarku, tanpa sengaja, aku mendengar percakapan antara ayah dan ibuku. Sambil menangis, ibu mengatakan mau resign dari kuliahnya, karena tidak mau mengorbankan anak-anaknya. Entah apa itu resign aku tidak paham artinya.
Keesokan harinya, ketika bangun tidur aku melihat ibuku sudah ada di sampingku dan mencium keningku. Ibu meminta maaf atas kejadian tadi malam. Seperti biasa ibu mengajakku sholat subuh berjemaah. Aku masih terdiam membisu seraya berfikir kenapa ibu tidak marah padaku mengenai kejadian tadi malam. Seharian tidak terlihat olehku ibu memegang laptop. Keadaan kembali normal seperti dulu. Ibu menemani belajar, menemani tidur dan bahkan ibu menjanjikan kepada aku dan adik-adikku minggu depan jalan-jalan ke luar kota. Aku sangat senang sekali. Ibuku seakan-akan sudah kembali, perhatian dan kasih sayang ibu sudah kembali, tapi…yang ada dalam pikiranku sampai saat ini adalah kenapa ibu sekarang tidak memegang laptop di rumah.
Suasana ulang tahun ibuku malam ini diiringi tangis bahagia, tangis karena aku baru tahu bahwa ibu berhenti dari kuliahnya demi kami bertiga, ibu tidak mau mengorbankan anak-anaknya demi jabatan, ibu mengatakan keluarga adalah segalanya dan tidak bisa diganti oleh apapun. Ya Tuhan, sekarang terjawab sudah kenapa ibu selama ini sudah tidak memegang laptop lagi. Padahal jabatan ini sangat berarti buat ibu. Ibu mengorbankan cita-citanya demi anak-anaknya. Ibu…aku janji air mata ibu akan ku ganti dengan senyuman (ucapku dalam hati).
Pagi yang cerah, suara burung berkicau, ibu masuk kekamarku dengan wajah yang sumringah. Dia tersenyum kepadaku, menghampiriku dan memelukku, tidak tahu kenapa ibu sebahagia ini. Ternyata ibu memberi kabar bahwa aku juara 1 lomba matematika tingkat sekolah dasar. Mendengar hal itu aku langsung sujud syukur. Doaku terkabul, air mata yang kuberikan kepada ibu bisa aku ganti dengan senyuman.
“Ibuuu,maafkan aku anakmu. Aku yang membuat ibu menangis,aku membuat ibu berhenti kuliah sehingga ibu tidak bisa mencapai cita-cita ibu,aku menyesal,maafkan aku ibu”, tangisku pecah sambil bersujud di kaki ibu. Aku teringat kejadian malam itu.
“Anakku, tidak ada yang lebih berharga dari keluarga, harus ada yang dikorbankan demi kebahagiaan kita bersama. Prestasimu itu adalah kebahagiaan terbesar bagi seorang ibu”, jawab ibu dengan senyuman.
“Terima kasih Tuhan…Engkau telah mengganti air mata ibuku dengan senyuman. Dan terima kasih pula sudah memberikanku anugerah (seorang ibu) yang begitu pengertian”. Benar kata ibuku keluarga adalah segalanya. Terima kasih ibuuuu
PROFIL PENULIS
Namaku Mohammad Agasha Alimuafsal,biasa dipanggil Agasha atau Gasha. Aku lahir di Kabupaten Bangkalan, kalian pasti tahu kan ? yang ada jembatan terkenalnya yaitu “Suramadu” .Kamu pasti pernah ke sini karena terkenal se Indonesia .Aku lahir tanggal 12 September 2010. Ini adalah tulisanku yang kedua dan sekarang aku duduk di kelas 6 SDN Sumedangan 2 Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Kamu bisa menghubungi nomor WA bundaku di 085230266519. Salam kenal dan sampai jumpa di tulisanku yang lain ya . . .
Terima Kasih
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus kak.Semangat kak Agasha