Agen Rahasia - Misteri Ruangan Laboratorium
Misteri Ruangan Laboratorium
Sinar matahari pagi bersinar sangat terang, membuatku terbangun dari dunia alam mimpi. “Selamat pagi dunia!” Ucapku ketika mataku sudah terbuka. Seperti biasa pagi ini aku akan berangkat ke sekolah baruku. Namun, hari ini aku merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ya, hari ini aku merasa lebih bersemangat untuk pergi ke sekolah. Entah karena apa, mungkin karena aku tak sabar bertemu dengan Erlya.
Aku berjalan santai dikoridor sekolah, sambil menikmati udara sejuk pagi ini. Ya hari ini aku berangkat lebih awal dari biasanya. Keadaan sekolah masih sangat sepi, bisa dibilang mungkin aku yang pertama datang ke sekolah. Bahkan guru-guru saja belum ada yang terlihat satupun, hanya ada Pak Satpam yang menjaga gerbang sekolah.
Aku masuk ke kelas sambil menunggu Erlya datang. Sudah 10 menit aku menunggu, namun Erlya tak kunjung datang. Pasalnya sekarang masih pukul 06.00 mungkin saja Erlya tengah bersiap-siap. Aku pun merasa bosan, hingga muncul ide di pikiranku. “Mengapa aku tidak ke perpustakaan saja? Aku kan bisa baca buku disana.” Aku berbica dalam hatiku, kemudian bergegas pergi menuju perpustakaan.
Keadaan perpustakaan juga masih sangat sepi. Tidak ada siapa-siapa disana. Hanya ada aku dan berbagai macam buku. Aku pun mengambil salah satu buku untuk dibaca. Buku tersebut tampak menarik. cover yang indah dan penggunaan warna serta tulisan yang bagus pada judul itu membuatku tertarik pada buku tersebut. Aku melihat sinopsis buku tersebut. “Jadi, buku ini bercerita tentang seorang detektif?” Pertanyaan itulah yang sekarang muncul di pikiranku. Aku kemudian membaca buku tersebut, Bab per bab telah kubaca, tak teras beberapa menit telah berlalu, dan aku sudah selesai membaca buku tersebut.
“Ahh! Ceritanya bagus banget!” Aku berteriak, melontarkan kalimat tersebut. Banyak orang di perpustakaan menatap aneh kepadaku. Dan ya, aku baru menyadari bahwa di perpustakaan tersebut sudah ada banyak orang. Aku tersipu malu dan hanya bisa menyengir kuda saat orang-orang menatapku aneh. Aku kemudian melihat jam yang ada ditanganku. Jam sudah menunjukkan pukul 06.45, itu artinya aku sudah 45 menit membaca buku tersebut. Alhasil aku memutuskan pergi ke kelas untuk menemui Erlya, teman baruku.
Di depan pintu kelas, mata sipitku langsung tertuju kepada gadis cantik yang menggunakan hijab berwarna putih dan berkacamata. Ya dia adalah Erlya yang sedang membaca sebuah novel. Aku pun menghampiri Erlya dengan sangat semangat. Pasalnya aku belum pernah menemukan teman sebaik Erlya, begitupun sebaliknya. "Hai Erlya!" Sapaku kepada Erlya. Erlya mendongakkan kepalanya ke arahku, kemudian kembali fokus dengan novelnya. "Erlyaa!! Lagi baca apa sih? Sampai-sampai kamu tidak menjawab sapaan ku." Aku menggurutu kesal kepada Erlya, sementara gadis cantik tersebut hanya terkekeh geli melihat tingkah laku-ku.
"Jadi aku lagi baca novel tentang detektif. Tau nggak? Dari kecil aku pengen banget jadi detektif. Tapi aku selalu berfikir, aku bisa nggak ya?" Mendengar penjelasan Erlya, aku hanya tersenyum manis sambil menatap lekat Erlya.
"Kamu tau? Dulu, orang tuaku selalu berkata, bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selagi Tuhan masih berkehendak." Erlya masih melongo sambil menatapku, menurutku dia masih mencoba memahami kata-kata ku. Aku mengalihkan pandanganku ke arah depan. Menatap kosong apa yang ada di depanku
"Orang tuaku juga berkata, kalau kamu punya mimpi, kamu harus bangun dan mewujudkan mimpi tersebut. Jangan pernah berpikiran pesimis akan mimpimu. Asal kamu mau berusaha dan tak lupa berdoa kamu pasti bisa mewujudkannya. Semangat Erlya!" Aku mengucapkan kata-kata itu dengan penuh semangat, sambil mengepalkan tanganku dan mengangkatnya keatas. Sementara itu, Erlya hanya tersenyum manis menatapku.
"Ngomong-ngomong aku tadi juga habis baca cerita tentang detektif loh." Ucapku kepada Erlya dengan tujuan mengganti topik pembicaraan.
"Oh ya? Seperti apa ceritanya?" Tanya Erlya dengan wajah merekah. Aku kembali menatap Erlya dengan lekat, pandangan kami sempat bertemu beberapa detik. Kemudian aku mengarahkan pandanganku keluar kelas sambil melihat canda tawa murid lainnya.
"Ceritanya hampir mirip sama cerita kamu. Punya mimpi sama seperti kamu. Tetapi bedanya, dia percaya kalau dia bisa mewujudkannya. Dan itu semua benar-benar terjadi." Erlya hanya diam mendengar itu. Dalam hati Erlya ia berbica, sepertinya ucapan Rahma benar.
"Terimakasih Rahma!" Gumam Erlya dalam hati. Kemudian secara perlahan bibir Erlya pun melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman.
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku dan Erlya pun bergegas keluar kelas. Sesampainya di gerbang sekolah, ternyata Erlya sudah dijemput oleh orang tuanya. Jam masih menunjukkan pukul 12.00, biasanya aku dan Erlya pulang pukul 15.00. Namun, hari ini dari pagi hingga sekarang guru kami sedang melaksankan rapat. Alhasil kami dipulangkan terlebih dahulu. Aku yang datang dan pulang dengan berjalan kaki itu pun memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu. Aku mengelilingi sekolahku, melihat ada apa saja disekolah baruku ini.
Aku berjalan ke belakang perpustakaan, dan alangkah terkejutnya aku ketika melihat ada dua sampai tiga orang yang entah dari mana tiba-tiba menghilang dari tembok. Aku menganga lebar. Awalnya aku sedikit merinding karena aku kira itu hantu. Karena semua hantu bisa menembus tembok dalam pikiranku. Tapi, karena penasaran, akhirnya aku mendekati tempat dimana orang-orang itu menghilang. Saat berada didepan tembok, aku melihat sebuah buku coklat tua yang terlihat usang tergeletak di lantai. Aku mengambil buku tersebut dan kemudian membukanya. Aku terkejut saat melihat isi buku tersebut. kosong, hanya ada sebuah tombol merah yang terletak di bagian depannya. Karena penasaran, akupun menekannya. Alhasil, sebuah tembok keras yang berada didepanku terbuka seperti pintu lift. Aku sungguh terkejut melihat itu. Tapi, aku memberanikan diri untuk masuk. Saat pintu kembali terbuka, aku melihat sebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat canggih seperti sebuah ruangan laboratorium. Aku berjalan-jalan mengelilingi ruangan tersebut., dan tanpa sengaja aku melihat sebuah pintu yang terkunci. Saat mendekat ke pintu tersebut, aku mendengar sebuah suara. Aku menjadi merinding.
Suara apakah itu. Pertanyaan tersebut sekarang berada dipikiranku. Aku mencari cara bagaimana supaya bisa menemukan kunci pintu tersebut. Aku berjalan mondar-mandir di ruangan tersebut. Dan tanpa sengaja aku menjatuhkan sebuah ramuan, ramuan tersebut mengenai buku usang yang kutemukan tadi. Raut wajahku mulai terlihat panik, kemudian aku melihat ada sesuatu yang muncul dalam buku tersebut. Ya sesuatu yang menjelaskan cara menemukan kunci pintu tersebut.
"Jadi, aku harus melakukan semua ini untuk mendapatkan kunci tersebut?" Aku bertanya dalam hatiku sambil mengangguk anggukkan kepalaku. Kemudian akupun segera melaksanakan perintah yang ada dibuku tersebut. Satu persatu telah aku jalani, sekarang aku hanya tinggal menjalankan satu perintah saja.
"Perintah terakhir, kamu harus mengajak salah seorang temanmu untuk ikut kesini." Ucapku sambil membaca perintah dibuku tersebut. Aku lantas berpikir siapa yang akan aku ajak ke ruangan semacam laboratorium ini. Tak membutuhkan waktu lama akhirnya aku menemukan siapa orang yang akan aku ajak nantinya.
Hari sudah sore, aku memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. “Ini sudah sore lebih baik aku pulang dahulu saja. Tetapi bagaimana cara untuk menutup ruangan rahasia ini?” Pikirku dalam hati. Aku memikirkan itu sambil berjalan keluar ruangan tersebut. Diluar ruangan tersebut aku belum menemukan cara untuk menutupnya. Tiba-tiba saja ruangan tersebut menghilang dengan sendirinya dan yang nampak hanyalah dinding keras berwarna hijau. Ya itu adalah warna dinding sekolahku. Aku menghiraukan apa yang terjadi saat ini. Sekarang aku hanya ingin pulang kerumah. Pasalnya aku takut bibi dan paman akan kebingungan mencariku.
Sesampainya dirumah aku menghempaskan tubuhku diatas benda empuk yang ku gunakan untuk tidur. Menurutku hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Banyak kejadian aneh yang aku lihat. Mulai dari sejumlah orang misterius, ruangan rahasia, dan masih banyak lagi. Untung saja, tadi bibi dan paman tidak kebingungan mencari ku. Aku menghela nafasku lega, kemudian menutup mataku dan mencoba memasuki alam mimpi. Alam tempat terjadi nya segala sesuatu yang tidak mungkin didunia ini.
Senja sudah hampir menghilang, akupun bangun dari tidurku. Masih dengan rasa setengah sadar, aku mengucek ucek mataku. Aku menganga lebar, saat mataku terbuka. Pasalnya ini bukan tempat yang ku gunakan tidur tadi. Lebih anehnya, tempat yang kulihat ini tidak seperti tempat-tempat biasanya, melainkan seperti di dunia masa depan.
Aku mencoba bangun dari ranjang, kemudian bergegas menuju jendela. Aku melihat keadaan diluar sana. Betapa terkejutnya aku saat mengetahui apa yang ada diluar sana. Banyak benda-benda aneh dan kendaraan-kendaraan canggih diluar sana. “Sungguh benar-benar seperti dunia masa depan!” Kagumku saat melihat keadaan diluar.
Aku keluar dari ruangan itu, kemudian bergegas pergi untuk menjelajah dunia yang hampir seperti dunia masa depan. Di tengah perjalanan, aku menemukan sebuah bangunan tua. Lebih tepatnya bangunan yang tidak layak ada dimasa depan. Bangunan tersebut sangat kumuh dan terlihat menyeramkan. Ingin rasanya mengetahui bangunan apa itu, namun rasa takut dalam diriku masih saja menghantui. 15 menit aku berfikir, akhirnya aku memberanikan diri untuk memasuki bangunan tersebut.
Belum sampai didepan bangunan tersebut, aku mendengar suara mengerikan. Bukan, sepertinya ini bukan suara manusia. Pikiranku mulai kemana-mana. Namun aku berusaha untuk tetap memberanikan diri. Semakin dekat suaranya semakin keras. Hingga aku sampai di depan bangunan tersebut. Aku menyusuri sekitar bangunan itu menggunakan kedua mataku. Hingga sorot mataku melotot tajam saat melihat sebuah buku usang berwarna coklat tua yang mirip dengan buku di ruangan misterius kemarin. Aku bergegas mengambilnya, tanpa menghiraukan suara aneh yang sedari tadi semakin keras saja. Aku membuka buku tersebut, buku itu berisi tulisan bahwa siapa saja yang menemukan buku itu, maka ia harus menyimpannya. Aku pun menyimpan buku tersebut, kemudian perlahan-lahan membuka kenop pintu bangunan tersebut. Aku masuk secara diam-diam, mencari dimana sumber suara itu. Belum sampai aku menemukan sumber suara itu, tiba-tiba ada yang menyekapku dari belakang. Alhasil aku pun pingsan.
Sudah satu jam aku tak sadarkan diri. Kemudian aku perlahan-lahan membuka mataku. Yang terlihat hanyalah sebuah ruangan bernuansa putih seperti rumah sakit. Namun anehnya aku hanya sendirian disini. Lantas aku berfikir, bagaimana bisa aku ada disini? Dan siapa yang membawa ku kesini? Aku mencoba bangun dari tempatku, bergegas mencari pintu keluar. Aku terkejut dan refleks berteriak ketika tiba-tiba melihat tiga orang yang berpakaian seperti penculik.
“Tolong! Ada penculik tolong!” Aku berteriak sekeras mungkin. Berharap ada yang mendengar suaraku. 1 detik 2 detik 3 detik tak ada seorang pun yang menjawabnya. Sementara ketiga orang itu menatapku tajam dengan senyum smrik terpapar diwajahnya. Aku mulai bingung dan kemudian berteriak kembali.
“Tolong! Siapa saja, tolong aku!” Setelah aku melontarkan kata tersebut, tiba-tiba ada air mengalir yang tiba-tiba membasahi diriku. Aku pun bangun secara terkejut. Aku melihat bibi sedang membawa ember yang isinya adalah air. Ternyata bibi lah menyiram ku dengan air. Aku lantas berfikir, apakah itu tadi hanya mimpi? Entahlah aku tak tau, yang jelas besok aku ingin mengajak Erlya pergi ke ruangan laboratorium itu. Aku sangat penasaran akan misteri ruangan laboratorium tersebut.
Aku sedang menyiapkan buku pelajaran untuk pagi ini. Lagi-lagi sorot mataku menajam saat melihat dua buah buku usang berwarna coklat tua itu tengah ada dimeja belajar ku.
“Jadi kemarin itu kenyataan atau hanya mimpi, tapi kalau itu mimpi bagaimana buku ini bisa disini, tapi kalau itu nyata, ahh rasanya tidak mungkin.” Gumamku dalam hati. Aku masih bingung akan kejadian yang aku alami kemarin dan hari ini.
Seperti biasa, hari ini sekolah masih sangat sepi. Aku dan Erlya berjalan di koridor sekolah menuju belakang perpustakaan. Ya aku mengajak Erlya untuk pergi kesana, aku juga sudah menceritakan semua kejadian yang aku alami. Reaksi Erlya sama denganku, seperti nyata tapi rasanya aneh. Kurang dari 5 menit, tibalah aku dan Erlya di tempat tersebut. Aku mengeluarkan kedua buku usang yang ku temukan kemarin. Tiba-tiba entah karena apa, buku tersebut bergerak dengan sendirinya dan menyatukan dirinya secara bersamaan. Aku dan Erlya tak dapat melihat jelas apa yang sedang terjadi. Pasalnya saat buku tersebut menyatu, cahaya yang sangat terang menyinari tempat tersebut, sehingga membuat mata kami berdua silau. 10 menit setelah itu cahaya itupun perlahan hilang dengan sendirinya. Dinding keras disitu berubah menjadi sebuah ruangan laboratorium misterius. Anehnya lagi dua buku usang berwarna coklat tua tersebut kemudian berubah menjadi sebuah kunci. Tanpa berpikir panjang akupun mengambil kunci tersebut dan menyimpannya.
Aku dan Erlya bergegas masuk ke ruangan tersebut. Erlya tertegun saat melihat keindahan alat-alat canggih yang ada di ruangan itu. Matanya berbinar, seperti orang yang sedang melihat pangeran tampan. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku melihat tingkah Erlya.
“Ayo Erlya cepat kesini,” pintaku kepada Erlya. Pasalnya sedari tadi Erlya hanya melihat-lihat alat-alat diruangan tersebut, hingga melupakan apa tujuannya kemari. Mendengar adanya panggilan dariku, Erlya pun dengan segera menghampiriku. Aku kemudian memasukkan kunci yang tadi, dan pelan-pelan membuka kenop pintu ruangan tersebut.
Aku dan Erlya menganga. Mataku berbinar saat melihat apa isi ruangan tersebut. Alat-alat yang canggih, berbagai robot berteknologi mesin, cairan-cairan science, dan banyak lagi. Pemikiran Erlya sama denganku, ia berpikir apa yang ia lihat adalah sebuah dunia masa depan. Dunia yang segala sesuatu-nya serba menggunakan mesin dan teknologi.
Sepulang sekolah, aku menghembuskan nafasku lega. Ternyata, mimpi yang aku alami itu memang benar-benar ada di dunia nyata. Awalnya, aku mengira, apa yang aku lihat hanyalah halusinasiku saja. Ternyata, itu semua memang benar-benar ada. Aneh tapi nyata, mungkin kalimat tersebut sangat cocok untuk mewakilkan apa yang sedang aku alami saat ini.
Senyuman indah merekah diwajahku, akhirnya aku bisa memececahkan misteri ruangan laboratorium tersebut. Tak ada yang tahu pasal laboratorium misterius itu, kecuali aku dan Erlya. Namun rasanya masih ada yang janggal dipikiranku. Sebuah pertanyaan masih selalu mengahantui pikiranku, aku sangat penasaran akan hal itu, yaitu siapakah pembuat ruangan laboratorium misterius itu.
***
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut kak
Iya kak InshaAllah
Bagus Din, eh iya, coba dikasih profil penulis gitu napa? Biar tau. Kutunggu kau buat profil penulis mu ya...
aloo din
masih on kah ni aku wkwk
eng.., ada beberapa kata yg salah. coba diperhatikan lagi. daaan.., menghiraukan itu, di paragraf keberapa gitu, maksudnya tidak menghiraukan, kan? karena tidak menghiraukan artinya mengabaikan. terus, kenapa kamu menggunakan kata 'pasalnya' terus? sebaiknya jangan gunakan sebuah kata secara berulang-ulang. lebih dari 2-3 kali. itu aja kritikku. selain itu, ceritamu udah bagus, kook.. :D
Thanks nafisa kritiknya. Maaf kalau masih banyak kesalahan, ini masih belajar hehe
Um, InshaAllah:)
Din lanjut bikin cerita. Butuh bacaan nih.:)