Adinda ilmi mubarrokah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Agen rahasia - Awal pertemuan

Agen rahasia - Awal pertemuan

Awal Pertemuan

Aku masih sibuk mencari kelas baruku. Ya, aku sekarang sudah naik ke bangku SMP kelas satu. Aku terpilih untuk masuk di kelas unggulan. Yang artinya akan ada tambahan pelajaran. Aku tidak peduli kalau aku menabrak orang lain. Sebentar lagi lonceng berbunyi dan aku masih belum menemukan kelasku. Saat aku tengah berlari, seseorang menabrakku dari belakang. Tapi bukan aku yang menabrak.

“ Eh, maaf Mbak, buru-buru...” ucap orang itu. Aku yang dipanggil “ Mbak” itu langsung menoleh.

“ Um, saya siswi baru. Mungkin Mbak yang lebih tua.” Aku menimpali. Aku melihat orang yang menabrakku barusan. Mukanya cantik, menggunakan hijab berwarna putih dan berkacamata. Membawa banyak buku di tangannya membuatnya terlihat seperti siswi yang pintar.

“ Oh, saya juga siswi baru. Oh iya, kamu kelas VIIK ya? Kita sekelas, ayo bareng! Sebentar lagi lonceng berbunyi...” ajaknya. Dia tahu kalau aku kelas VIIK karena melihat tulisan di seragamku. Aku senang karena bertemu dengannya. Kuharap dia menjadi sahabatku.

Akhirnya, aku sampai di kelas. Ternyata kelasku terletak paling ujung disebelah kantin. Untung saja ada oranng itu, kalau tidak, aku pasti sudah munyer-munyer keliling sekolah. Aku duduk bersamanya karena dia yang minta. Toh, aku juga senang sebangku sama dia. Selain ramah, baik, dan cantik, ia juga terlihat pintar. Aku terdorong untuk berkenalan dengannya.

“ Oh ya, namamu siapa?” tanyaku sedikit menutup muka. Aku memang malu dan bingung kalau ditanya ataupun bertanya. Yang ditanya menoleh.

“ Namaku Erlya, nama kamu siapa?” dia balas bertanya.

“ Eh, um...namaku Rahma. Kamu...” aku salah tingkah. Aku sebenarnya hendak berbicara kamu cantik ya!. Tapi aku sendiri juga malu. Perempuan yang ternyata bernama Erlya itu mengerutkan alisnya pertanda bingung.

“ Aku kenapa?” tanyanya bingung.

“ Eh, enggak. Kamu mau nggak ke kantin waktu jam istirahat?” aku mengalihkan topik. Yang ditanya mengangguk-angguk mantap. Aku dan Erlya mulai akrab.

Istirahat telah tiba. Aku dengan Erlya pergi ke kantin sesuai permintaanku tadi. Aku dan Erlya seringkali diselip oleh Kakak Kelas saat mengantre. Aku menggerutu tapi Erlya justru menenangkanku. Aku rasa, Erlya juga orang yang sabar.

“ Uh, mentang-mentang jadi Kakak Kelas, meremehkan Adik Kelasnya!” aku menggerutu di belakang Kakak Kelas yang seenaknya menyerobot antrean.

“ Sudah, biarin saja mereka.” Erlya meleraikanku. Aku hanya bisa mendengus kesal terhadap Kakak Kelas tadi. Erlya hanya geleng-geleng kepala saja melihatku menggerutu seperti anak kecil.

“ Er, rumah kamu dimana?” aku bertanya di tengah keheningan kami berdua. Erlya tidak menjawab. Sepertinya terlalu fokus memperhatikan sebuah perpustakaan yang lumayan besar. Tapi masa sampai segitunya Erlya menatap perpustakaan yang besar itu. Ia sedang mengamati sesuatu. Tapi aku tidak tahu apa itu.

“ Er...Er...Erlya!” aku berteriak kesal. Yang diteriaki langsung terlonjak terkejut. Mengelus-elus dadanya seperti habis menonton film hantu. Biasanya, kalau habis menonton film hantu, aku tidak berani tidur sendirian.

“ Huh, jangan bikin kaget gitu! Eh, coba kamu lihat itu. Kayaknya ada yang diam-diam masuk ke sana, tuh.” Erlya membuatku ingin tahu. Tapi, setelah lama mengamati, tidak ada apa-apa. Mungkin Erlya hanya berhalusinasi saja. Akhirnya, kami memutuskan untuk ke kelas karena lonceng akan segera berbunyi.

Karena ini hari pertama di SMP, maka Guru kami akan membagi kelompok, ketua kelas, wakil kelas, dan instruktur kelas lainnya. Guru kami yang akan memilihkannya. Erlya dan aku sama-sama ingin menjadi ketua kelas. Walau begitu, aku dan Erlya tidak sampai bermusuhan.

“ Er, kalau kamu yang jadi ketua kelas, aku jadi apa?” tanyaku memulai pembicaraan kami. Erlya berpikir sejenak. Mukanya serius. Aku menunggunya.

“ Hmm, kalau aku jadi ketua kelas, kamu jadi cantik. Huwahahaha!” candanya. Aku yang serius ikut tertawa. Walaupun sebenarnya masih cantik Erlya dari aku.

“ Oke anak-anak, yang akan menjadi ketua kelas adalah Erlya, wakilnya adalah Fadhli, bendahara adalah Shofu, sekretaris adalah Rahma, seksi kebersihan adalah Nabila, seksi keamanan adalah Amin dan Wildan, dan seksi perlengkapan adalah Talita dan Nisa. Yang dipilih tidak boleh menolak!” seru Bu Siti tegas. Aku menjadi sekretaris melulu sejak merah putih. Mungkin aku memang tidak cocok menjadi ketua kelas. Aku saja pemalu, bingungan. Aku suka menjadi sekretaris karena jika sedang sibuk, Guru akan menitipkan soal kepada sekretarisnya. Siswa-siswa yang lain ingin tahu apa yang dititipkan kepada Guru. Aku merasa sekretaris adalah orang yang paling tahu kesibukan Guru. Tapi, sekretaris harus menulis soalyang banyak di papan tulis. Jika menulis di papan tulis sudah selesai, aku akan menulis lagi di buku tulis. Dan, harus menunggu anak-anak yang lambat menulis.

Sekolah telah usai. Aku diajak Erlya untuk bermain ke rumahnya. Aku segera berlari menuju rumah dan mengganti pakaianku. Bibi sampai bingung karena aku yang terburu-buru. Sampai lupa kalau aku harus mengantarkan pesanan ke banyak orang.

“ Mau kemana Rah? Tolong antarkan pesanan makanan. Ini alamatnya ya.” Kata Bibi singkat. Aku mengangguk iya dan segera mengantarkan pesanan itu menggunakan sepeda. Ya, ini sepeda yang dihadiahkan oleh Paman ketika aku memasuki umur yang ke-11 tahun.

“ Oke Bi! Tapi Rahma nggak pulang habis ini. Rahma mau mampir ke rumah teman dulu.” Kataku. Bibi hanya mengiyakannya saja. Lantas, aku pergi mengantarkan banyak pesanan. Warung Bibi sedang banyak pelanggan bulan ini. Tidak apa-apa, itu bisa menambah penghasilan Paman. Eits, sebenarnya aku juga bekerja, lho. Aku adalah kurir Bibi. Jadi, setiap ada pesanan, pasti ada ongkos kirimnya dong. Nah, disitu aku mulai menabung dan menghasilkan uang sendiri walaupun dengan sedikit bantuan daro Bibi.

Usai mengantar pesanan, aku menuju rumah Erlya sesuai dengan petunjuk dari Erlya. Setelah dua belokan ke kanan, ada sebuah gang kecil yang sangat mustahil dilewati roda dua. Aku menyusurinya. Tempatnya sedikit menyeramkan saat kulewati. Di belakang pagarnya, ada sebuah kuburan. Itu yang membuatku semakin seram.

“ Rahma!” teriak Erlya dari atas rumah. Aku mendongak ke arahnya. Rumahnya begitu bagus.Dengan cat berwarna putih dengan pagar yang tinggi membuatnya semakin mewah. Ada kolam ikan koi di pekarangan rumah. Aku terpesona.

“ Rahma, ayo masuk! Aku punya sesuatu!” ajaknya sambil menarik lenganku. Aku menyeimbangkan gerak kakiku dan Erlya. Aku menyusuri sebuah tangga yang penuh dengan foto Erlya di sampinya. Ternyata Erlya mengajakku bermain di kamarnya.

Kamarnya seperti di sebuah hotel bintang lima. Aku sangat terkagum-kagum dengan suasana kamarnya yang apik. Kulihat Erlya sedang bersantai duduk di teras atas kamarnya layaknya seperti bersantai di tepi pantai.

“ Er, kenapa kamu ngajak aku ke sini?” aku membuka topik pembicaraan. Erlya menoleh sejenak, lalu memalingkan mukanya kembali.

“ Sebenarnya aku suka dengan sifatmu yang periang. Sebenarnya waktu kamu ke toilet, aku dikantin. Diolok-olok sama mereka. Aku memang tidak punya teman dari dulu. Talita mendorongku sampai lenganku berdarah. Tapi itu tidak penting. Talita bilang aku nggak pantas jadi ketua kelas. Memang, dia satu sekoalh denganku sewaktu masih merah putih. Aku dulu sangat dekat dengannya. Tapi, semenjak aku dan dia diseleksi, mulailah bermusuhan. Aku lulus seleksi karate melawan dia. Tapi, dia melupakan kenangan indahnya bersamaku...” Erlya curhat denganku. Sebelumnya aku tidak pernah dijadikan tempat curhat oleh siapapun.

“ Aku melihatmu pertama kali seperti sudah berteman lama.” Dia melanjutkan ceritanya yang terpotong. Aku hanya bisa mengangguk pelan.

“ Aku mau jadi temanmu, kok!” tiba-tiba saja mulutku mengucapkan kata itu tanpa kusadari. Erlya memelukku sambil berkata terima kasih Rahma! Aku juga senang dapat berteman dengan orang sebaik dia seperti yang kupikirkan saat awal pertemuanku dengannya.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut terus kak. Ceritanya sudah bagus kok

24 Jul
Balas

Thanks kak Nayla!

24 Jul

Bagus ceritanya ya

23 Jul
Balas

Memuji diri sendiri wkwk

23 Jul

Lanjut terus kak ^ v ^

24 Jul
Balas

Iya kak(っ˘з(˘⌣˘ )

24 Jul

Itu cover nya bikin pake PicsArt ya?

23 Jul
Balas

Iya Naf

23 Jul

Iya. Yang bikin tuh Anisa Azka/Alin.

23 Jul

oh, pantes. kupu2nya kan kayak gitu, hehee

25 Jul

Gpp lah ya, yg penting kan buat sendiri. Kalau ambil dari medsos seperti google, ya harus dikasih keterangan. Betul tidak?

26 Jul

Uhuyy semangaaaattt say

23 Jul
Balas

Thank you Firda! Too btw^_^

24 Jul

Bagus cerita ee lanjukan outline kedua:)

23 Jul
Balas

Stay tune ya kak!^_^

24 Jul

wee ada namaku:v

24 Jul
Balas

Ceritanya bikin penasaran kelanjutannya:v

23 Jul
Balas

Stay tune ya untuk cerita selanjutnya hihi

24 Jul



search

New Post