Banyuwangi Dalam Mozaik 2
Bab Alasmalang dan Kebo-keboan yang Tersisa
Desa alasmalang banyuwangi adalah desa yang terletak pada jarak sekitar 20 kilometer dari arah selatan kota banyuwangi, desa ini terdiri dari Dusun Garit, Garit Wetan, Karang Asem, Wonorekso, dan Dusun Krajan.
Menurut srimargana dalam bukunya telah tercatat ada 209 desa penduduk sebelum perang puputan bayu,tetapi setelah perang yang berlangsung tahun 1771,hanya tersisa sekitar 30 desa dan salah satunya yaitu alasmalang dengan penduduk sekitar 5 orang. Dengan demikian desa alasmalang dapat disebut sebagai desa kuna yang telah berumur sekitar 252 tahun.
Desa alasmalang adlah desa yang memiliki tanah yang subur, yang mana alasmalang dapat bangkit dari keterpurukan, yang mana alasmalang menjadi tambah berkembang dan maju saat singojuruh berkembang dengan pesat setelah dibangunnya jalan kereta api di awal abad ke-19 dan pabrik minyak di singojuruh dan pabrik beras di lemah dewo
Pada tahun 1060-an. Pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah no.10 yang mana melarang penduduk asing untuk tinggal di pedesaan. Hal ini mengakibatkan banyak penduduk china yang mulai meninggalkan desa-desa, termasuk juga pada desa alasmalang, yang mana pada desa alasmalang terdiri dari bermacam-macam etnis seperti arab,china dan pendatang dari nusantara lainnya, akan tetapi pada orang arab yang bermarga Al Magribi masih tinggal di alasmalang
Tradisi Kebo-keboan
Ialah tradisi yang sangat unik bahkan sampai saat ini masih dilaksanakan, namun tradisi ini tidak hanya dilaksanakan pada desa alasmalang melainkan juga diselenggarakan di seluruh desa kuno termasuk di Bayu, Macan Putih, dan lain-lain.
Tradisi ini adalah tradisi yang mana mempertunjukan jaran kecak, danjuga sebagai tanda syukur atas keberhasilan pertaniannya.Pada masa Orde baru tradisi kebo-keboan ini pernah dilarang oleh pemerintah karena dianggap sebagai penborosan, karna pada masa itu tradisi tersebut sangat bergantung pada dana dari masyarakat sekitar.
Tradisi ini hanya dilaksanakan setahun sekali pada bulan muharram atau suro. Selain tradisi kebo-keboan, alasmalang era tahun 1950-an diramaikan oleh aktivitas kesenian seperti janger dan angkluk caruk.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar