Aan Nur Aini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

#2.Bapak Penjaga Sekolah

“Kukerahkan jiwa dan raga ku demi kebahagiaan mereka.

Walau raga ini terasa letih, walau hujan melanda, petir beriuh

Selama ajal belum menjemput aku akan terus berdiri tegak demi mereka.”

°°°

Sukabumi, 11 Juni 1970.

Aku adalah anak lelaki di sebuah desa terpencil. Terlahir di keluarga yang sederhana yang sangat jauh dari kemewahan. Aku adalah anak kedua dari delapan bersaudara. Dengan segala keterbatasan ekonomi keluargaku serta menjadi anak tertua kedua menjadikan aku anak yang tumbuh mandiri. Didikan keras kedua orang tua ku membuat ku tebiasa dengan kehidupan yang pahit sejak aku kecil.

Takdir berkata lain aku kehilangan satu adik perempuan ku dan kini kami menjadi tujuh bersaudara. Masa kecilku begitu pahit, namun aku selalu berusaha menikmati itu semua. Nasi kering dengan taburan garam dan cabai sebagai lauknya sudah menjadi makanan ku sehari-hari.

Sebagai anak tertua kedua setelah abang ku, aku harus selalu memikirkan bagaimana keadaan adik-adik ku yang lain. Bagaimana bisa perutku kenyang sedangkan adik-adik ku kelaparan, mustahil jika aku tega melakukan hal itu. Jika aku mengenang kembali kisah itu aku selalu bersyukur atas kehidupan ku saat ini.

Sesulit apapun keadaan ku saat itu, tetapi aku dan adik-adik ku tidak pernah bertengkar sama sekali. Indah sekali masa itu jika dikenang dimana makanan istimewa kami hanyalah satu bungkus mie instant yang dibagi untuk kami bertujuh, dan juga satu butir telur dadar yang dibagi menjadi tujuh agar kami semua dapat menyantapnya.

Masa sd ku diisi dengan belajar dan juga melakukan pekerjaan seperti mencari rumput untuk ternak, pergi ke sawah, pergi ke kebun, dan pekerjaan lainya yang selalu aku lakukan selepas pulang sekolah.

Saat itu jangankan untuk membeli perlengkapan sekolah untuk makan hari ini pun aku tidak tahu. Hanya satu buah buku tulis dimana semua mata pelajaran menjadi satu di buku itu dengan alas kaki sandal yang menemani hari-hari ku dalam menuntut ilmu dan juga kantung plastik yang dijadikan sebagai tas.

Sampai pernah terjadi hal lucu dimana guruku menegur aku dan teman-teman lainya karena pusing melihat semua mata pelajaran dijadikan satu buku.

(saat itu kami sedang dipinta untuk mengumpulkan tugas)

“Tolong kumpulkan tugas kemarin.” Ucap guruku

Kami pun mengumpulkan tugas tersebut. Tiba –tiba kami terkejut karena buku kami dikembalikan.

“Ini kenapa begini, semua mata pelajaran kalian jadi satu!” Ucap guruku.

“Maaf bu kita ga punya uang untuk membeli buku lagi”. Ucap salah satu temanku.

“Iya saya tahu, tetapi kenapa bisa nilai kalian semua nol semua !” Ucap guruku kembali.

Sedih rasanya karena aku hanya sanggup untuk membeli satu buah buku. Tetapi tidak apa jika di ingat kembali lucu sekali kejadian itu.

Menginjak remaja aku sempat berhenti untuk sekolah karena faktor biaya. Karena itu aku hanya melanjutkan pekerjaan-pekerjaan ke sawah, ke kebun, dan lainya. Sampai pada akhirnya aku menemukan sosok gadis yang cantik yang telah memikatku.

Ya aku mengenalnya karena kebetulan kami memang berteman, tetapi tidak telalu dekat hanya sesekali saja bertemu. Dan akhirnya akupun mencoba mengumpulkan keberanian ku untuk berbicara kepada kedua orang tuaku bahwa aku ingin meminang seorang gadis.

“Bapak , Umi ada yang mau saya bicarakan.” Panggil ku.

“Ada apa?” Sahut mereka berdua.

“Jadi begini saya ingin meminta izin untuk meminang seorang gadis.” Ucapku

“Apa kamu benar-benar udah siap?”. Tanya Umi kepada ku.

“InsyaAllah mi.” Jawabku.

“Yaudah kalau begitu secepatnya kita datang kepada keluarganya, enggak baik kalau terlalu lama.” Jawab bapak.

“Iya pak.” Ucapku mengakhiri pembicaraan.

Akupun mengumpulkan tekad ku untuk datang kepada keluarga untuk menyampaikan niat baik ku kepada keluarganya. Dan Alhamdulillah niat baik ku diterima olehnya.

Kami pun mengadakan pernikahan secara sederhana. Saat itu pekerjaan ku masih sama pergi ke sawah dan juga menjual hasil panen kebun. Hingga akhirnya aku ditawari oleh teman ku untuk pergi merantau.

Alhamdulillah hingga kini sudah hampir 20 tahun lebih aku bekerja sebagai panjaga sekolah di salah satu sekolah swasta di Jakarta. Walau dengan upah yang tidak terlalu besar, tetapi Alhamdulillah aku diberikan istri dan juga anak-anak yang mengerti dengan keadaan.

Selama 20 tahun lebih kami tinggal di sekolah tersebut, mungkin jika kami harus mengontrak untuk tempat tinggal dengan upah ku yang tidak terlalu besar tidak akan cukup untuk membayarnya. Makanya aku sangat bersyukur atas rezeki yang telah diberikan kepada keluargaku. Walau dengan upah yang tidak terlalu besar tetapi begitu banyak nikmat yang telah diberikan kepada kami.

Kunci utamanya adalah bersyukur selama kita mensyukuri atas rezeki yang telah diberikanya oleh-Nya, pasti akan selalu diberikan rasa cukup oleh-Nya. Dan kini selama ajal ku belum menjemput akan kukerahkan seluruh jiwa dan ragaku demi kebahagiaan mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post